5 Catatan dari Kemenangan Telak Chelsea atas PSG di Final Piala Dunia Antarklub 2025: Taktik Cerdas Maresca

3 months ago 31

Liputan6.com, Jakarta Chelsea menutup musim panas 2025 dengan prestasi gemilang. Pasukan Enzo Maresca menggasak PSG dengan skor telak 3-0 di final Piala Dunia Antarklub 2025, Senin (14/7) dini hari WIB di Stadion MetLife, dan mengangkat trofi dunia untuk kali kedua dalam sejarah klub.

Di atas kertas, PSG yang tampil dominan sepanjang turnamen dan baru saja membantai Real Madrid 4-0 di semifinal, lebih difavoritkan. Bukan hanya di semifinal, kiprah PSG di fase gugur ajang ini memang luar biasa.

Namun, Chelsea tampil luar biasa sejak menit pertama dan menguasai pertandingan sepenuhnya di babak pertama berkat dua gol Cole Palmer dan satu gol dari Joao Pedro. The Blues tak terbendung di laga ini.

PSG coba membalas pada babak kedua, akan tetapi mereka kehilangan kontrol pada beberapa momen dan gagal total. Berikut lima pelajaran penting yang bisa dipetik dari duel Chelsea vs PSG.

1. Chelsea Langsung Tancap Gas Sejak Kick-off

Chelsea langsung mendikte jalannya laga sejak menit awal. Mereka tampil penuh percaya diri, mendominasi bola, dan memanfaatkan celah di pertahanan PSG. Bukan hanya sekadar agresif, pasukan Maresca bermain dengan pola yang sangat terorganisir dan efektif.

Kunci kemenangan Chelsea terletak pada 30 menit pertama. Palmer membuka skor di menit ke-22 dan menggandakan keunggulan delapan menit kemudian. Saat PSG masih terkejut, Pedro mencetak gol ketiga menjelang turun minum.

“Kami memenangkan pertandingan dalam 10 menit pertama. Kami mengatur tempo. Ini tentang bagaimana Anda memulai final," ucap Enzo Maresca, dikutip dari DAZN.

2. Garis Pertahanan PSG Akhirnya Runtuh

Salah satu kekuatan PSG di turnamen ini adalah lini belakang mereka yang solid. Sebelum final, tim asuhan Luis Enrique hanya kebobolan sekali dalam enam pertandingan dan mencatat tiga clean sheet beruntun di fase gugur.

Namun, rapatnya pertahanan itu akhirnya jebol oleh aksi Palmer. Gol pembuka Chelsea menjadi gol pertama yang bersarang ke gawang PSG dalam 436 menit terakhir. Dari sana, segalanya berubah. PSG terlihat goyah, kehilangan kendali, dan tak pernah benar-benar bangkit.

3. Cole Palmer, Sang Raja Final Baru

Nama Cole Palmer kembali bersinar terang di laga besar. Meski sempat mengalami penurunan performa di paruh kedua musim, pemain berusia 23 tahun ini menunjukkan kelasnya di panggung paling bergengsi musim panas ini.

Palmer mencetak dua gol dalam tempo 30 menit, lalu mengirimkan assist untuk gol ketiga Chelsea. Dengan kontribusi tiga gol dalam satu final, ia memperkuat reputasinya sebagai pemain yang selalu bersinar di laga puncak.

Kini, Palmer telah terlibat langsung dalam delapan gol dalam enam final senior. Dari Community Shield hingga Euro 2024, dan kini Piala Dunia Antarklub, Palmer selalu hadir di momen-momen besar.

4. Ousmane Dembele Melempem di Laga Final

Di sisi lain, Ousmane Dembele tampil jauh dari ekspektasi. Dengan torehan 35 gol di semua kompetisi musim lalu, ia semestinya menjadi ancaman utama Chelsea. Namun, di laga ini, sang winger tak berkutik.

Dembele tak mencatatkan satu pun tembakan di babak pertama, hanya menciptakan satu peluang, dan tak memenangkan satu duel pun. Meski sedikit membaik di babak kedua, performanya tetap mengecewakan.

Penampilan ini pun memunculkan spekulasi bahwa tempatnya di panggung elite, termasuk dalam perburuan Ballon d’Or, kini terancam oleh nama-nama seperti Lamine Yamal.

5. PSG Pulang dengan Rasa Malu

Setelah menaklukkan klub-klub top seperti Bayern dan Madrid, PSG tampak percaya diri menuju final. Namun, kekalahan telak ini menjadi penutup yang mengecewakan bagi musim yang sebelumnya nyaris sempurna.

Gagal mencetak gol dan kebobolan tiga kali melawan tim yang finis keempat di Premier League jelas bukan hasil yang bisa dibanggakan. Apalagi, insiden pasca-laga di mana Luis Enrique tertangkap kamera menampar Joao Pedro, hanya memperburuk citra klub.

Chelsea berangkat dari New Jersey dengan trofi dunia dan status sebagai klub terbaik di dunia saat ini. Sementara PSG, meski sukses di Eropa, harus menelan pil pahit sebagai runner-up yang tak berdaya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |