AC Milan dan Kisah Kebangkitan: Seberapa Jauh Rossoneri Bisa Melangkah?

Liputan6.com, Jakarta AC Milan membuka musim 2025/26 dengan performa yang tidak hanya menjanjikan, tetapi juga melampaui ekspektasi awal. Hingga pekan ke-13, mereka memimpin klasemen sementara Serie A dengan 28 poin, jumlah yang sama dengan juara bertahan Napoli, tetapi unggul dalam selisih gol. Kejutan ini menjadi pondasi kuat untuk meraba seberapa jauh Rossoneri dapat melangkah musim ini.

Kembalinya Massimiliano Allegri ke Milanello baru berlangsung setengah musim, tetapi dampaknya begitu terasa. Para pemain benar-benar jatuh hati pada sang pelatih dan ide-idenya, serta percaya penuh pada sistem permainan yang diterapkan. Dengan keyakinan kolektif seperti ini, langit tampak menjadi batas yang mungkin bisa mereka sentuh.

Musim masih panjang, tetapi fondasi teknis dan mental AC Milan menunjukkan bahwa mereka bukan hanya kompetitif, melainkan kembali berada di antara yang terbaik di Italia. Pertanyaannya kini: apa saja kekuatan dan tantangan yang akan menentukan perjalanan mereka menuju gelar?

Menurut laporan Gazzetta dello Sport, AC Milan kini telah kembali ke “VIP club”, bersaing langsung dengan tim-tim papan atas Serie A. Identitas permainan ala Allegri mulai terbentuk dengan jelas meski masih ada ruang untuk perbaikan di beberapa sektor.

Salah satu isu utama adalah kedalaman skuad. Allegri sengaja memilih komposisi yang ramping karena absen di kompetisi Eropa, tetapi konsekuensinya mulai terlihat. Ketiadaan pelapis sepadan untuk Adrien Rabiot, misalnya, mungkin membuat mereka gagal menjauh dari Napoli di posisi puncak. Andai lini tengah memiliki cadangan yang sama berkualitas, kestabilan permainan bisa lebih terjaga.

Permasalahan serupa terjadi di lini depan. Masalah kebugaran Christian Pulisic membuat Milan harus sering melakukan penyesuaian taktik. Mereka memang tetap mampu mengumpulkan poin, tetapi performa kurang meyakinkan dari Christopher Nkunku serta kesulitan berkepanjangan Santiago Gimenez menambah tantangan dalam urusan mencetak gol. Kedalaman serangan yang belum optimal terlihat menjadi isu berulang yang harus segera dibenahi, terutama jika Milan ingin menjaga konsistensi hingga akhir musim.

Tidak semua masalah Milan berkaitan langsung dengan produktivitas menyerang. Youssouf Fofana, misalnya, mulai menunjukkan potensi untuk berkontribusi lebih jauh dalam menutup kebutuhan kreativitas maupun penetrasi dari lini tengah. Andai ia mencetak gol akhir pekan lalu, narasinya tentu berbeda. Talentanya jelas, tetapi sentuhan akhir masih perlu perbaikan.

Di sisi lain, sektor pengalaman berada di tangan Luka Modric. Meski tidak mengalami penurunan drastis, laporan tersebut mengatakan bahwa Modric mengalami beberapa momen tidak stabil. Pada usia yang sudah senior, hal ini bukan sesuatu yang mengejutkan. Akan tetapi, situasi ini juga menegaskan pentingnya hadirnya pelapis seperti Ardon Jashari. Jika pemain muda itu sudah sepenuhnya siap, beban Modric bisa berkurang dan ritme permainan lebih terjaga sepanjang musim.

Keseimbangan antara pemain berpengalaman dan tenaga baru akan menjadi salah satu faktor penentu di fase akhir kompetisi. Milan memiliki pondasi yang kuat, tetapi mempertahankan tempo tinggi hingga Mei tetap menjadi tantangan besar.

Dengan kombinasi kepercayaan diri, taktik Allegri, serta momentum yang tengah mengalir, AC Milan memiliki peluang nyata untuk menutup musim dengan catatan istimewa. Kunci keberhasilan mereka akan berada pada kemampuan menjaga konsistensi, memperbaiki kedalaman skuad, dan memaksimalkan potensi para pemain yang belum optimal. Jika tiga aspek itu berjalan harmonis, perjalanan Rossoneri musim ini bisa berakhir jauh lebih indah dari yang dibayangkan banyak orang.

Sumber: La Gazzetta dello Sport, Sempre Milan