Liputan6.com, Jakarta - AXA Mandiri tetap optimis akan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan pada 2025 hingga dua digit, meskipun industri asuransi unit link mengalami penurunan.
Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global dan dampak dari inflasi, perusahaan ini memfokuskan diri pada produk asuransi endowment (dwiguna), yang memberikan kepastian bagi nasabah, terutama untuk tujuan pendidikan dan perlindungan keluarga.
Direktur AXA Mandiri, Rudi Nugraha mengungkapkan, produk seperti Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera yang menawarkan manfaat akhir masa asuransi dengan fleksibilitas dan kepastian, menjadi solusi tepat di tengah naiknya biaya pendidikan yang diprediksi terus meningkat 10-15% setiap tahunnya.
"Endowment memberi kepastian bagi nasabah, dan saat ini, orang-orang lebih memilih produk yang menawarkan manfaat pasti daripada yang bergantung pada fluktuasi pasar," ujar Rudi pada peluncuran produk Asuransi Mandiri, Selasa (5/11/2024).
Sementara itu, Samuel Ray, seorang profesional di bidang HR dan Financial Content Creator, juga menekankan pentingnya perencanaan keuangan yang matang untuk masa depan. Menurut dia, produk endowment seperti Mandiri Masa Depan Sejahtera menjadi pilihan tepat bagi mereka yang ingin memastikan keluarga tetap terlindungi meskipun ada ketidakpastian ekonomi.
Untuk target penjualan pada 2025, AXA Mandiri tetap optimis bahwa produk ini akan mencatatkan angka pertumbuhan dua digit, meski industri asuransi unit link secara keseluruhan mengalami penurunan.
"Kami berharap produk endowment dapat menggantikan penurunan di sektor unit link dan kami menargetkan pertumbuhan yang lebih agresif dibandingkan tahun ini," ujar Rudi.
AXA Mandiri Tumbuh Agresif dengan Fokus pada Produk Endowment dan Inklusi Keuangan
Hingga Oktober 2024, pendapatan premi AXA Mandiri tercatat tumbuh dua digit dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Optimisme ini juga diperkuat dengan strategi perusahaan yang menyasar berbagai segmen pasar, termasuk produk mikro yang sudah berhasil menarik 30.000-40.000 nasabah per bulan dalam tiga tahun terakhir. Meski demikian, pasar terbesar tetap didominasi oleh wilayah Jawa, Bali, dan Sumatera.
AXA Mandiri juga terus mengedepankan inklusi keuangan dengan memperkenalkan produk mikro yang terjangkau untuk nasabah di tier 2 dan 3. Perusahaan ini berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara produk unit link dan endowment, meski permintaan untuk produk endowment saat ini lebih tinggi.
Sebagai tambahan, AXA Mandiri memiliki pengelolaan investasi yang solid dengan lebih dari Rp 41 triliun aset yang dikelola, serta Risk-Based Capital (RBC) yang sangat kuat di atas 400%.
Ini memberi jaminan kepada nasabah bahwa produk endowment yang mereka pilih akan tetap memberikan manfaat sesuai dengan yang dijanjikan, tanpa terpengaruh oleh volatilitas pasar.
Dengan berbagai inovasi dan strategi yang telah diterapkan, AXA Mandiri siap melanjutkan perjalanan tumbuh lebih agresif pada 2025, terutama melalui produk-produk yang memberikan kepastian di tengah ketidakpastian ekonomi.
OJK: Aset Industri Asuransi September 2024 Tembus Rp 1.142 Triliun
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat aset industri asuransi pada September 2024 mencapai Rp 1.142,50 triliun atau naik 2,46 persen yoy dari posisi yang sama di tahun sebelumnya, yaitu Rp 1.115,02 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ogi Prastomiyono menjelaskan dari sisi asuransi komersial, total aset mencapai Rp922,48 triliun atau naik 3,81 persen yoy.
Adapun kinerja asuransi komersial berupa akumulasi pendapatan premi mencapai Rp245,42 triliun, atau naik 5,77 persen yoy, yang terdiri dari premi asuransi jiwa yang tumbuh sebesar 2,73 persen yoy dengan nilai sebesar Rp135,64 triliun, dan premi asuransi umum serta reasuransi yang tumbuh 9,78 persen yoy dengan nilai sebesar Rp109,78 triliun.
"Secara umum, permodalan industri asuransi komersial masih menunjukkan kondisi yang solid, dengan industri asuransi jiwa dan asuransi umum secara agregat melaporkan Risk Based Capital (RBC) masing-masing sebesar 458,31 persen dan 329,89 persen (masih berada di atas threshold sebesar 120 persen)," kata Ogi dalam konferensi pers RDK Oktober 2024, Jumat (1/11/2024).
Asuransi Nonkomersial
Untuk asuransi nonkomersial yang terdiri dari aset BPJS Kesehatan (badan dan program jaminan kesehatan nasional) dan BPJS Ketenagakerjaan (badan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, atau jaminan kehilangan pekerjaan), serta program asuransi ASN, TNI, dan POLRI terkait program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, total aset tercatat sebesar Rp220,02 triliun atau menurun sebesar 2,80 persen yoy.
Industri Dana Pensiun
Di sisi industri dana pensiun, total aset dana pensiun per September 2024 tumbuh sebesar 10,10 persen yoy dengan nilai sebesar Rp1.500,06 triliun, meningkat dari posisi September 2023 sebesar Rp1.362,44 triliun.
Sementara untuk program pensiun sukarela, total aset mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,60 persen yoy dengan nilai mencapai Rp380,80 triliun.
Lalu untuk program pensiun wajib, OJK mencatat, yang terdiri dari program jaminan hari tua dan jaminan pensiun BPJS Ketenagakerjaan, serta program tabungan hari tua dan akumulasi iuran pensiun ASN, TNI, dan POLRI, total aset mencapai Rp1.119,26 triliun atau tumbuh sebesar 11,72 persen yoy.
"Pada perusahaan penjaminan, nilai aset tumbuh 3,65 persen yoy dengan nilai mencapai Rp47,58 triliun pada September 2024, dengan posisi aset pada September 2023 sebesar Rp45,91 triliun," pungkasnya.