Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memastikan siap menstabilkan Rupiah, termasuk melalui intervensi jika terjadi volatilitas yang berlebihan, imbas hasil pemungutan suara pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) yang sedang berlangsung.
Direktur di Departemen Manajemen Aset Moneter dan Sekuritas Bank Indonesia, Fitra Jusdiman menjelaskan, anjloknya Rupiah ke posisi terendah tiga bulan terhadap Dolar AS (USD) mencerminkan sentimen terhadap pemilu AS.
"Perkembangan pasar saat ini didominasi oleh sentimen Pemilu AS yang untuk saat ini menunjukkan potensi kemenangan bagi calon presiden (Partai Republik) Donald Trump," Fitra menyoroti, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (6/11/2024).
"Hal ini telah menyebabkan penguatan dolar AS secara luas terhadap sebagian besar mata uang asing lainnya," jelas sia.
Rupiah turun sebanyak 0,7 persen terhadap Dolar AS menjadi sekitar Rp.15.840. Ini merupakan level terlemah Rupiah sejak 13 Agustus 2024, menurut data dari LSEG.
Sebelumnya, pada Selasa sore (5/11), Rupiah sempat ditutup menguat tipis 4 poin terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa sore, 5 November 2024 setelah sempat melemah 30 poin di level Rp 15.748 dari penutupan sebelumnya di level 15.753.
BI sendiri telah mempertahankan suku bunga tetap pada pertemuan kebijakan bulan Oktober 2024, karena berfokus pada stabilitas Rupiah di tengah meningkatnya ketegangan konlik di Timur Tengah dan untuk menjaga inflasi Indonesia tetap terkendali.
Keputusan kebijakan BI berikutnya akan jatuh tempo pada 20 November mendatang.
Momentum Pilpres AS, USD Perkasa Terhadap Yuan Tiongkok Hingga Yen Jepang
Dolar AS (USD) menguat terhadap Peso Meksiko dan mata uang global utama lainnya pada Selasa malam (5/11) waktu setempat, saat pemungutan suara Pilpres AS mulai berakhir.
Melansir CNBC International, Dolar AS telah menguat hampir 2% terhadap Peso Meksiko, dan juga menguat terhadap Franc Swiss, Yen Jepang, dan Yuan Tiongkok. Indeks Dolar AS ICE naik 1%.
Sementara itu, Poundsterling Inggris dan Dolar Australia masing-masing melemah sekitar 0,5% terhadap Dolar AS, dan Euro turun 0,6%.
Pasar valuta asing bisa menjadi salah satu area pertama dalam sistem keuangan yang bereaksi saat hasil Pemilu AS keluar. Mata uang lebih sering diperdagangkan selama jam-jam malam di AS daripada saham dan obligasi domestik.
"Mengawasi dolar akan menjadi hal yang penting malam ini. Itu akan menjadi pesan yang paling likuid dan paling transparan tentang apa yang akan dilakukan pasar, karena di situlah masyarakat dapat menggunakan uangnya dengan cepat," kata David Zervos, kepala strategi pasar Jefferies dalam sebuah wawancara.
Menurutnya, para pedagang umumnya memperkirakan bahwa malam yang kuat bagi Donald Trump dan Partai Republik di Kongres dapat mendorong dolar AS lebih tinggi. Usulan Trump untuk menaikkan tarif terhadap mitra dagang utama AS, secara teori, akan menghasilkan dolar yang lebih kuat.
"Pungutan pajak perdagangan seharusnya meningkatkan aktivitas bisnis domestik dan mengurangi impor AS. Kami yakin dampak ini akan membantu lebih banyak perusahaan berkapitalisasi kecil yang berorientasi domestik dan meningkatkan nilai tukar dolar AS," kata Paul Christopher, kepala strategi pasar global di Wells Fargo Investment Institute, dalam sebuah catatan kepada klien pada hari Selasa.
Dolar AS secara umum menguat menjelang Hari Pemilihan. Indeks Dolar AS ICE naik lebih dari 3% pada bulan Oktober 2024, meskipun telah turun dalam beberapa hari terakhir.
Pergerakan Rupiah pada 6 November 2024
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) merosot pada awal sesi perdagangan Rabu pagi, 6 November 2024. Analis prediksi momentum pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) akan bayangi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Mengutip Antara, Rabu (6/11/2024), rupiah turun 66 poin atau 0,42 persen menjadi 15.715 per dolar AS dari sebelumnya 15.749 per dolar AS.
Analis mata uang Lukman Leong prediksi rupiah merosot setelah momentum Pilpres AS 2024.
“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang pagi ini menguat tajam merespons hasil exit poll yang menunjukkan keunggulan Donald Trump di Pilpres,” ujar Lukman saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Namun, dia menilai, dolar AS diprediksi masih bergejolak sepanjang hari merespons hasil voting yang di mana hasilnya masih terlalu awal untuk disimpulkan. Lukman prediksi rupiah bergerak di kisaran 15.700 per dolar -15.900 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Pada awal perdagangan Rabu, rupiah melemah 66 poin atau 0,42 persen menjadi Rp15.815 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.749 per dolar AS.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan Selasa, 5 November 2024, rupiah menguat. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan, penguatan rupiah tersebut lebih didukung oleh meningkatnya optimisme terhadap perekonomian Tiongkok.
PMI jasa Tiongkok melampaui ekspektasi pada Oktober, mengindikasikan pemulihan sektor jasa di Tiongkok. Selain itu, Pemerintah Tiongkok memberikan sinyal untuk tambahan stimulus kepada pemerintah daerah.
Kedua hal tersebut memberikan prospek positif terhadap pemulihan ekonomi Tiongkok di masa mendatang, sehingga mendorong sentimen risk-on di pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen Rupiah Lainnya
Sentimen risk-on dari Tiongkok mendorong imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia turun di seluruh tenor. Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp16.37 triliun pada Selasa, lebih tinggi dibandingkan dengan volume perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp16.25 triliun.
Kepemilikan asing pada obligasi rupiah turun sebesar Rp0,83 triliun menjadi Rp881 triliun atau 14,81 persen dari total obligasi yang beredar pada 4 November 2024. Pemerintah mengadakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan berhasil menyerap Rp10,2 triliun, melampaui target indikatif Rp9 triliun, dari penawaran yang masuk sebesar Rp16,25 triliun.
Josua mengatakan hingga akhir tahun, dengan masih terdapat potensi penurunan suku bunga Fed sebesar 50 basis poin (bps) yang juga mendorong terbukanya peluang penurunan suku bunga BI-Rate lebih lanjut, maka nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada di rentang Rp15.300 hingga Rp15.600 per dolar AS pada akhir 2024.