Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia berencana untuk meningkatkan volume impor sejumlah komoditas dari Amerika Serikat guna menyeimbangkan defisit neraca perdagangan antara kedua negara yang semakin melebar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa beberapa barang dari Amerika Serikat akan makin banyak diserap oleh pasar Indonesia. Langkah ini diambil sebagai respons atas defisit perdagangan AS terhadap Indonesia yang pada tahun 2024 tercatat mencapai US$ 18 miliar.
“Jadi ini semua adalah area di mana kita tentu dapat melakukan outsourcing minyak dan gas ini dari Amerika Serikat, termasuk produk Boeing dan sebagainya,” ujar Sri Mulyani dikutip Senin (28/4/2025).
Defisit perdagangan tersebut telah memicu respons keras dari Presiden AS Donald Trump, yang menetapkan tarif dagang sebesar 32% untuk sejumlah produk asal Indonesia sebagai bagian dari kebijakan perang dagang global yang ia gulirkan.
Komoditas Impor dari AS yang Akan DioptimalkanPemerintah Indonesia menyebutkan beberapa komoditas utama dari AS yang akan ditingkatkan impornya, antara lain:
- Minyak dan Gas Bumi (Migas). Khususnya produk gas cair (LNG dan LPG) yang sangat dibutuhkan Indonesia, mengingat Indonesia bukan lagi negara eksportir utama migas.
- Produk Penerbangan. Indonesia juga akan meningkatkan impor dari perusahaan dirgantara AS, yakni Boeing, meskipun belum dirinci produk spesifik apa yang akan dibeli.
- Produk Energi dan Pertanian. Indonesia akan meningkatkan impor komoditas pertanian seperti kedelai, bungkil kedelai, dan gandum yang berasal dari AS.
Hasil Negosiasi Tarif dengan Pemerintah AS
Negosiasi tarif dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat berlangsung selama sepekan. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Airlangga Hartarto dan bertemu langsung dengan United States Secretary of Commerce, Howard Lutnick.
Dalam pertemuan tersebut, Indonesia menegaskan komitmennya untuk meningkatkan pembelian produk AS sebagai strategi untuk meredam ketegangan perdagangan bilateral.
Lunakkan Donald Trump soal Tarif Impor, Sri Mulyani Ungkap Strategi Ini
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) menetapkan tarif impor kepada Indonesia sebesar 32% lantaran alami surplus dengan AS. Seiring hal itu pemerintah Indonesia berupaya negosiasi dagang dengan Amerika Serikat (AS) untuk memangkas defisit perdagangan AS terhadap Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani pun mengungkapkan langkah yang dilakukan dalam perkembangan negosiasi tarif perdagangan dengan AS, saat sesi wawancara sela agenda Spring Meetings Bank Dunia dan IMF di Washington DC, AS, Sabtu (26/4/2025).
"Hal yang pertama ditanyakan adalah perkembangan negosiasi tarif perdagangan dengan AS. Saya sampaikan bahwa Indonesia melakukan pendekatan dialogis untuk memahami sudut pandang Pemerintah Amerika Serikat sekaligus menawarkan opsi-opsi yang bertujuan memangkas defisit neraca perdagangan Amerika Serikat terhadap Indonesia,” tulis Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam akun instagram resminya @smindrawati.
Sri Mulyani juga menjelaskan kalau upaya Indonesia dalam mengurangi hambatan perdagangan baik yang terkait tarif dan nontarif antara lain dengan melakukan deregulasi dan reformasi administrasi.
"Di sisi lain, pemerintah Indonesia melihat situasi ini sebagai peluang untuk melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor. Oleh karenanya, diskusi dengan berbagai mitra seperti ASEAN Plus Three dan Uni Eropa terus dijalin dengan baik demi tujuan bersama, menciptakan kerja yang saling menguntungkan,” kata dia.
Selain itu, Sri Mulyani menyatakan, optimisme langkah-langkah yang telah disiapkan tidak hanya mampu meredam guncangan yang terjadi, tetapi juga membuka banyak kesempatan untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Tak Cuma AS, Sri Mulyani juga Negosiasi Tarif dengan China
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan posisi daya tawar Indonesia dalam negosiasi kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) masih kuat. Tak cuma negosiasi dengan AS, pemerintah juga membahas peluang dengan China.
Dia mengatakan telah bertemu dengan Menteri Keuangan China, dan menggambarkan diskusi yang hangat antara kedua negara. Menurutnya, pihak AS pun menunjukkan respons yang hampir serupa berkaitan dengan negosiasi tarif impor.
"Kami melakukan bilateral di sideline dengan Menteri Keuangan RRT tadi malam, kita juga menyampaikan untuk terus mempererat hubungan, beliau mengundang saya untuk pergi ke Beijing dan juga dari sisi Amerika sendiri juga ingin tetap meningkatkan hubungan erat dengan Indonesia," ungkap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dikutip Jumat (25/4/2025).
Dia mengatakan, posisi Indonesia di ASEAN cukup bagus sebagai negara terbesar. Sederet potensi yang dimiliki, menjadikan Indonesia memiliki posisi daya tawar yang cukup kuat.
"Jadi dalam hal ini Indonesia baik di dalam ASEAN sebagai negara terbesar, hubungannya dengan Amerika Serikat, hubungannya dengan RRT, pihak-pihak yang sekarang mungkin mengalami eskalasi tensi, kita tetap dalam posisi yang cukup netral dan dihormati dan diperhitungkan. Ini merupakan daya tawar yang baik yang harus kita jaga," tuturnya.
Kinerja perekonomian Indonesia juga jadi aspek yang memperkuat daya tawarnya dengan negara lain. Apalagi tantangannya adalah ketidakpastian ekonomi global.
"Tentu kalau perekonomian kita dengan kinerja yang relatif baik, terjaga, itu juga memberikan respect dan daya tawar yang baik dalam kita menghadapi situasi dunia yang begitu dinamis dan sangat fluid," sebutnya.
Ditopang Ekonomi Domestik
Bendahara Negara ini menjelaskan kondisi ekonomi Indonesia dalam posisi yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari permintaan domestik yang mampu menjadi bantalan ekonomi meski dilanda guncangan.
"Langkah-langkah selama ini yang dilakukan oleh Indonesia untuk menjaga pertumbuhan ekonomi melalui reformasi, perbaikan produktivitas, kemudian panen dari agrikultur atau pertanian kita yang itu juga menjadi salah satu bentuk cushion atau bantalan terhadap shock yang berasal dari eksternal," tuturnya.
"Ini semuanya membantu resiliensi perekonomian Indonesia sehingga kita juga mampu untuk tetap menjaga posisi tawar Indonesia. Jadi negosiasi memang adalah negosiasi untuk saling memberi dan menawarkan dan kemudian saling kompromi," sambung Sri Mulyani.