Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menerima tingkat estafet kepemimpinan Clean Energy Task Force (CETF) ASEAN Council on Petroleum (ASCOPE). Tingkat ini diterima dari pemimpin sebelumnya yaitu dari Malaysia. Serah terima kepemimpinan ini berlangsung pada Mid-Year Task Force Meeting yang diselenggarakan pada 23 April 2025 di Singapura.
Pertamina NRE, sebagai subholding energi baru dan terbarukan PT Pertamina (Persero), dipercaya untuk mewakili upaya kolaboratif negara-negara ASEAN dalam mendorong pengembangan energi bersih dan transisi energi berkelanjutan di kawasan ASEAN. Kegiatan ini menjadi momentum ASCOPE untuk memperkuat kerja sama energi, khususnya di sektor energi baru terbarukan.
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina NRE Fadli Rahman menjelaskan, dirinya memberikan apresiasi kepada Malaysia yang telah memimpin dan mendorong pencapaian milestone CETF di periode tahun 2022-2025.
Fadli Rahman juga menegaskan komitmennya untuk terus mendorong pencapaian tujuan CETF, khususnya dalam mempercepat implementasi energi bersih dan berkelanjutan, meningkatkan kerja sama lintas negara, serta menyelaraskan inisiatif ASCOPE dengan target transisi energi ASEAN secara keseluruhan.
“Kami merasa bangga dan terhormat dipercaya memimpin Task Force ini. Ini adalah kesempatan strategis untuk memperkuat posisi Indonesia dalam kerja sama regional, khususnya dalam mendorong transisi energi yang inklusif dan berkelanjutan di ASEAN,” ujar Fadli dalam keterangan tertulis, Senin (28/4/2025).
Pada acara serah terima tersebut pula, telah ditunjuk Vice Chairs dari 3 negara, yakni Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Masing-masing Vice Chairs tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian rencana aksi CETF, yang mencakup namun tidak terbatas pada (1) identifikasi dan implementasi partnership antar negara anggota ASCOPE, (2) advokasi dan penyusunan rekomendasi regulasi, (3) pengembangan kapasitas secara berkelanjutan, serta (4) akses terhadap pendanaan hijau.
Kepemimpinan Pertamina NRE dalam CETF ASCOPE 2025 menegaskan peran strategis Indonesia dalam kancah energi ASEAN, serta memperkuat komitmen nasional terhadap target Net Zero Emission 2060 dengan terus berupaya mengembangkan energi baru terbarukan serta inisiatif hijau lainnya.
Pertamina NRE Kaji Bangun Pembangkit Nuklir
Sebelumnya, Pertamina New & Renewable Energy (NRE) terus menggali berbagai potensi sumber daya energi baru terbarukan untuk program transisi energi di 2025. Dengan turut membuka kerja sama, baik dalam dan luar negeri.
CEO Pertamina NRE John Anis mengatakan, perusahaan juga terbuka dan terus membuat kajian soal pemakaian nuklir sebagai sumber energi kelistrikan.
"Angin sampai nuklir kita jajaki, berbagai potensi energi bersih kita gali. Selagi satu visi. Potensi kerja sama tentu akan kita lakukan," kata John Anis di Jakarta, dikutip Selasa (11/3/2025).
John memaparkan berbagai proyek masa depan yang akan menjadi fokus utama perusahaan dalam mendukung energi hijau di Indonesia.
Salah satu proyek yang akan dikembangkan adalah ekspansi energi panas bumi (geothermal), seperti di Lumut Balai, Sumatera Selatan, Lampung, dan Sulawesi Utara.
Kemudian juga berbagai inovasi dari pemanfaatan panas bumi yang menjadi salah satu fokus Pertamina NRE lewat anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
"Pengembangan energi panas bumi menjadi prioritas utama kami karena Indonesia memiliki potensi besar di sektor ini," ungkap dia.
Menurut dia, pemanfaatan geothermal dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam penyediaan energi bersih di Tanah Air. Oleh karena itu, perusahaan akan terus menjajaki berbagai peluang kerja sama guna mempercepat pengembangan proyek ini.
Listrik dari Gas Suar Kilang
Selain geothermal, Pertamina NRE juga berencana menggarap proyek Flare Gas To Power. Proyek ini akan dijalankan bersama dengan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).untuk mengoptimalkan pemanfaatan gas suar dari kilang.
Dengan demikian, energi yang selama ini terbuang dapat dikonversi menjadi listrik, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk operasional kilang maupun keperluan lainnya.
"Kami ingin memastikan bahwa setiap sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan optimal Sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia," tutur John.
Kembangkan Perdagangan Karbon
Untuk mengejar program net zero emission (NZE) di 2060, Pertamina NRE juga terus mengembangkan perdagangan karbon di Indonesia.
Setelah menginisisasi perdagangan karbon di 2023, Pertamina NRE akan mengoptimalkan pemanfaatan kredit karbon dari berbagai proyek energi terbarukan, termasuk geothermal, solar PV, dan biomassa.
Dengan skema ini, Johm mengatakan, pihak ha dapat menjual kredit karbon kepada perusahaan yang membutuhkan kompensasi atas emisi yang mereka hasilkan. Sehingga membantu menyeimbangkan emisi nasional dan mendorong investasi di sektor energi hijau.
"Kami ingin berkontribusi dalam pengurangan emisi dengan memanfaatkan potensi besar Indonesia dalam energi bersih serta memastikan ekosistem perdagangan karbon yang transparan dan berkelanjutan," ujar John.