Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia masih menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden Amerika Serikat 2024, sehingga belum bisa menaksir dampaknya terhadap ekonomi Indonesia.
Diketahui Pemilu di Amerika Serikat menjadi perhatian dunia karena persaingan ketat antara calon dari Partai Republik, Donald Trump, dengan Kamala Harris dari Partai Demokrat. Pemungutan suara berlangsung pada 5 November 2024.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan dampaknya terhadap Perekonomian dunia termasuk dalam negeri ditentukan dari siapa yang menang nanti, apakah itu Donald Trump atau Kamala Harris.
“Ya pertama kalau dampak terhadap pemilu Amerika ya kita lihat saja siapa yang menang,” kata Airlangga Hartarto dalam konferensi pers pertumbuhan ekonomi kuartal III-2024, di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/11/2024).
Kunjungan Prabowo ke AS
Adapun sejalan dengan pemilu di Amerika Serikat, Presiden Prabowo Subianto akan melakukan kunjungan kerja ke negeri Paman Sam dalam waktu dekat ini.
“Dan kemudian Bapak Presiden akan berangkat ke sana (19:46) nah tentu kita akan melihat dari pembicaraan Bapak Presiden di kunjungan ke Amerika Serikat,” kata Menko Airlangga.
Pertumbuhan Ekonomi Terjaga
Selain itu, meskipun di tengah masih tingginya ketidakpastian dan tantangan global, baik itu eskalasi di Timur Tengah, kemudian juga Perang Ukraina belum selesai, tensi geopolitik masih tinggi, ditambah lagi ketidakpastian hasil pemilu di Amerika, dan pelemahan kelas menengah, termasuk di Amerika, sehingga permintaan terhadap produk relatif menurun. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terjaga positif.
“Tadi diumumkan, ekonomi pertumbuhan Indonesia di kuartal ketiga 4,95 persen, dan ini bila dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun lalu, relatif sama. Tahun lalu kan Q3-nya 4,94 persen," ujarnya.
Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2024 masih tinggi dibandingkan negara lain. Seperti Singapura yang hanya 4,1 persen, Arab Saudi 2,8 persen dan Meksiko hanya 1,5 persen.
"Kalau kita bandingkan dengan negara lain, kita lihat Singapura juga relatif rendah di 4,1 persen, Arab Saudi 2,8 persen dan Meksiko 1,5 persen. Dan pertumbuhan kita ini diikuti oleh inflasi yang rendah yang 1,7 persen," pungkasnya.