Liputan6.com, Jakarta AC Milan memulai pramusim mereka dengan duel melawan Arsenal yang berakhir dengan kekalahan tipis 0-1. Meski hasil akhir tidak berpihak pada Rossoneri, drama berlanjut ke adu penalti di mana Milan keluar sebagai pemenang berkat aksi heroik Lorenzo Torriani. Laga ini menjadi ajang pembuktian bagi beberapa pemain muda dan debutan yang tampil cukup menjanjikan.
Pertandingan ini juga memberi gambaran awal soal kesiapan tim racikan Massimiliano Allegri jelang musim baru, baik dari segi permainan maupun individu. Ada yang tampil stabil, ada pula yang masih terlihat gugup atau belum nyetel. Dari lini belakang hingga lini depan, performa Milan di laga ini menyisakan catatan menarik untuk diulas.
Lewat artikel ini, kita akan menyimak lebih dekat siapa saja yang tampil menonjol, siapa yang masih perlu perbaikan, dan bagaimana wajah baru Milan mulai membaur dalam sistem tim. Santai saja, ini baru pramusim.
Bek-bek Tampil Naik Turun
Fikayo Tomori layak dinobatkan sebagai pemain bertahan terbaik Milan di laga ini. Ia tampil lugas, disiplin, dan berani memotong serangan Arsenal pada momen-momen krusial. Tomori bahkan tak segan maju membantu serangan.
Malick Thiaw juga menunjukkan ketenangan meski aksinya tak sebanyak Tomori. Ia piawai menempatkan posisi di dalam kotak penalti dan beberapa kali membuat clearance penting. Sementara itu, Pavlovic tampil kurang meyakinkan, terutama dalam build-up.
Bartesaghi mendapat ujian berat saat harus berhadapan dengan Bukayo Saka. Ia kesulitan sepanjang laga dan kehilangan pemain yang dijaganya saat Arsenal mencetak gol. Performanya di sisi kiri jadi salah satu titik lemah Milan kali ini.
Lini Tengah Campur Aduk
Ruben Loftus-Cheek menjadi motor utama di lini tengah dengan aksinya yang eksplosif. Ia beberapa kali membuat lini belakang Arsenal kerepotan lewat lari tanpa bola dan flick-on cerdas. Namun, penyelesaian akhirnya masih kurang tajam.
Ricci tampil kalem dan stabil, tanpa banyak sorotan, tapi menjalankan perannya dengan baik. Ia jadi penghubung antarlini yang efektif meski minim aksi menonjol. Sebaliknya, Yunus Musah terlihat ceroboh dan kehilangan bola di area berbahaya.
Kehadiran Saelemaekers di sayap juga tidak terlalu membantu. Ia sempat aktif di awal laga, tapi gagal memanfaatkan peluang dan sering kalah duel. Kombinasi ini membuat Milan kesulitan mengontrol lini tengah.
Leao Aktif, Chukwueze Pasif
Rafael Leao jadi sumber ancaman utama Milan sepanjang laga. Setiap peluang berbahaya selalu melibatkan namanya, tapi keputusan akhirnya masih bisa dipertanyakan. Tetap saja, ini awal yang menjanjikan dari sang bintang.
Christian Pulisic nyaris tak terlihat karena Milan lebih banyak bertahan di babak pertama. Ia sempat menyentuh bola di area berbahaya, tapi langsung dihadang lawan. Sulit menilai performanya dalam waktu sesingkat itu.
Chukwueze dan Okafor sebagai pemain pengganti tampil kurang greget. Keduanya gagal memanfaatkan momen untuk unjuk gigi, bahkan ragu-ragu saat mendapat ruang. Okafor malah gagal mengeksekusi penalti di akhir laga.
Lorenzo Torriani, Bintang Malam Itu
Penampilan Lorenzo Torriani jadi kejutan manis di laga ini. Pemain muda ini masuk sebagai kiper pengganti dan langsung mencuri perhatian dengan serangkaian penyelamatan apik. Momen krusialnya adalah saat menepis tandukan berbahaya di akhir laga.
Dalam adu penalti, Torriani tampil luar biasa dengan menggagalkan tiga eksekusi Arsenal. Aksi heroiknya memberi kemenangan moral bagi Milan meski kalah dalam waktu normal. Performanya layak diganjar predikat Man of the Match.
Torriani menunjukkan bahwa Milan punya kiper muda potensial yang bisa diandalkan. Laga pramusim seperti ini menjadi panggung ideal bagi talenta muda seperti dirinya untuk mencuri perhatian staf pelatih.
Sumber: Sempre Milan