Liputan6.com, Jakarta - Kemenangan Donald Trump di Pilpres Amerika Serikat (AS) 2024 membuat para miliarder dunia bersorak-sorai. Merujuk Bloomberg Billionaires Index, kekayaan bersih kolektif 10 orang terkaya dunia melonjak hampir USD 26,5 miliar, atau setara Rp 417,37 triliun (kurs Rp 15.750 per dolar AS).
Namun, beberapa miliarder justru kekayaannya menurun selepas Trump menang. Salah satunya CEO Meta sekaligus pendiri Facebook, Mark Zuckerberg yang kehilangan USD 81 juta atau setara Rp 1,27 triliun dari kekayaannya.
"Ingat, Donald Trump menuduh Zuckerberg telah berkomplot melawannya dalam Pemilu 2020. Trump juga mengancam akan memenjarakan Zuckerberg jika ia melakukan sesuatu kali ini," tulis CNBC TV18, Sabtu (9/11/2024).
Selain Mark Zuckerberg, pemilik Moët Hennessy Louis Vuitton (LVMH) Bernard Arnault juga kekayaannya menurun hingga USD 3 miliar, atau setara Rp 47,25 triliun.
Selain dua tokoh tersebut, miliarder dunia lain banjir pemasukan setelah kemenangan Trump. Seperti dialami CEO Tesla Elon Musk, yang secara mengejutkan cuan USD 26,5 miliar (Rp 417,37 triliun). Membuat kekayannya mencapai USD 290 miliar atau setara Rp 4.567,5 triliun.
Musk dilaporkan menyumbang lebih dari USD 130 juta (Rp 2 triliun) untuk mendukung kampanye pemilihan ulang Trump. Presiden terpilih AS tersebut memujinya secara luas selama pidato kemenangannya yang berdurasi 30 menit.
Jeff Bezos dari Amazon, yang juga memiliki The Washington Post dan memutuskan untuk memblokir outlet berita tersebut agar tidak mendukung kandidat mana pun, memperoleh lebih dari USD 7 miliar (Rp 110,25 triliun). Sehingga kekayaan bersihnya mendekati USD 228 miliar atau setara Rp 3.591 triliun.
Sementara Larry Ellison dari Oracle, pendukung lama Partai Republik, mengalami peningkatan kekayaan hampir USD 10 miliar, atau Rp 157,5 triliun.
Pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin masing-masing memperoleh lebih dari USD 5 miliar (Rp 78,75 triliun). Sedangkan kekayaan bersih Warren Buffett meningkat sebesar USD 7,6 miliar (119,7 triliun).
Kapitalisasi Pasar Tesla Tembus USD 1 Triliun
Sebelumnya, perusahaan otomotif milik Elon Musk, Tesla mencapai valuasi pasar USD 1 triliun untuk pertama kalinya sejak April 2022.
Saham melonjak sebanyak 7% pada Jumat ke puncak intraday USD 319,44, dengan saham melonjak 27% sejak Donald Trump dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden AS. Saham Tesla naik 26% tahun ini, sejalan dengan kenaikan S&P 500 dan Nasdaq 100.
CEO Tesla Elon Musk adalah sponsor besar kampanye Trump dalam beberapa bulan terakhir, menyumbangkan lebih dari USD 100 juta untuk upaya memilihnya kembali. Kenaikan besar dalam saham Tesla minggu ini melambungkan Musk ke kekayaan bersih sekitar USD 300 miliar, memperkuat posisinya sebagai orang terkaya di dunia menurut data Bloomberg.
Melansir Business Insider, Sabtu (9/11/2024), Analis Wedbush Dan Ives mengatakan kemenangan Trump, meskipun berpotensi negatif bagi sektor kendaraan listrik yang lebih luas, dapat menguntungkan Tesla secara signifikan. Sebab, meskipun potongan harga federal untuk kendaraan listrik dan insentif pajak kemungkinan akan dicabut selama masa jabatan kedua Trump, Tesla lebih cocok daripada pesaingnya untuk menavigasi skenario seperti itu.
"Tesla memiliki skala dan cakupan yang tak tertandingi dalam industri kendaraan listrik dan dinamika ini dapat memberi Musk dan Tesla keunggulan kompetitif yang jelas dalam lingkungan subsidi non-kendaraan listrik, ditambah dengan kemungkinan tarif Tiongkok yang lebih tinggi yang akan terus mendorong pemain kendaraan listrik Tiongkok yang lebih murah (BYD, Nio, dll.) agar tidak membanjiri pasar AS selama beberapa tahun mendatang," kata Ives.
Deregulasi signifikan di bawah Trump juga dapat mempercepat peluncuran platform Full Self-Driving Tesla ke pasaran. Valuasi premium Tesla sebagian besar bergantung pada kemajuannya dalam menghadirkan kendaraan yang sepenuhnya otonom, sehingga investor kemungkinan besar akan menyambut baik setiap kemajuan di bidang itu.
Saham Tesla Melambung, Kekayaan Elon Musk Bertambah Rp 406,5 Triliun
Sebelumnya, Miliarder Elon Musk menambah kekayaannya sebesar USD 26 miliar atau sekitar Rp 406,55 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah 15.636) dalam sehari pada Kamis, 24 Oktober 2024.
Hal ini terjadi setelah saham Tesla mengalami lonjakan terbesar sejak 2013. Menurut Forbes, total kekayaan Musk mencapai sekitar USD 269 miliar atau Rp 4.206 triliun, lebih tinggi USD 50 miliar dari Larry Ellison, pendiri Oracle dan mantan anggota dewan Tesla.
Dikutip dari CNBC pada Minggu (27/10/2024), sebagian besar kekayaan Musk berasal dari 13% kepemilikan sahamnya di Tesla. Selain itu, dia juga memiliki saham mayoritas di SpaceX, yang kini bernilai lebih dari USD 200 miliar di pasar swasta. Musk juga mengendalikan media sosial X dan perusahaan kecerdasan buatan bernama xAI.
Nilai kekayaan ini bisa bertambah lebih besar tergantung hasil persidangan terkait bonus yang ia terima pada 2018.
Saham Tesla Melonjak
Lonjakan saham Tesla terjadi setelah laporan keuangan perusahaan yang lebih baik dari perkiraan dipublikasikan pada Rabu. Dalam konferensi pers, Musk optimistis Tesla bisa tumbuh 20%-30% pada 2024. Saham Tesla melonjak 22% hari itu, kenaikan terbesar kedua sejak IPO perusahaan pada 2010.
Sebelum ini, saham Tesla sempat mengalami penurunan dan menuju bulan terburuknya sejak Januari. Namun, dengan kenaikan baru-baru ini, saham Tesla kembali positif 5% sepanjang 2024, meski masih di bawah kinerja Nasdaq yang tumbuh 23%.
Laba Tesla tercatat USD 0,72 per saham, melampaui ekspektasi analis yang hanya USD 0,58. Pendapatan didorong oleh USD 739 juta dari kredit regulasi lingkungan dan USD 326 juta dari sistem Full Self-Driving (FSD). Musk menyatakan bahwa Tesla segera meluncurkan layanan taksi otonom di Texas dan California pada 2024. Dua minggu sebelumnya, Tesla juga menggelar acara khusus memperkenalkan konsep taksi otonom Cybercab.
Tantangan Tesla
Meskipun Musk antusias tentang mobil otonom, Tesla masih tertinggal dibandingkan Waymo milik Alphabet, yang telah mengoperasikan layanan taksi tanpa pengemudi sejak Juni 2023. Hingga kini, Tesla belum dapat memproduksi mobil yang bisa benar-benar aman tanpa kendali manusia.
Tesla juga menghadapi keterlambatan dalam proyek lain. Truk listrik Tesla Semi dan model Roadster baru, yang diperkenalkan pada 2017, masih belum siap diproduksi massal.