Liputan6.com, Jakarta Kisah dua mantan kiper klub Manchester kini berlanjut di panggung baru. Ederson, sosok yang pernah menjadi fondasi kesuksesan Manchester City, dan Andre Onana, rekrutan besar Manchester United yang menuai banyak kritik, sama-sama membuka lembaran baru di Turki musim ini.
Sejak bergabung dari Benfica pada 2017 dengan banderol £35 juta, Ederson langsung menjelma menjadi salah satu penjaga gawang terbaik Liga Inggris.
Kemampuannya mendistribusikan bola membuatnya dianggap sebagai pelopor gaya modern kiper “ball-playing”. Umpan-umpannya kerap disejajarkan dengan kualitas playmaker seperti Kevin De Bruyne, bahkan sempat disebut bisa jadi eksekutor penalti ketika City mengalami krisis algojo.
Selama delapan musim membela City, Ederson meraih tiga kali Golden Glove secara beruntun serta menjadi bagian penting dari dominasi The Citizens di era Pep Guardiola.
Namun, musim panas ini kebersamaan mereka berakhir. City memutuskan melakukan regenerasi dengan mendatangkan Gianluigi Donnarumma, sementara Ederson melanjutkan kariernya bersama Fenerbahce di Super Lig Turki.
Onana, dari Harapan Tinggi ke Jalan Terjal
Berbanding terbalik dengan Ederson, perjalanan Onana di Inggris penuh lika-liku. Didatangkan Erik ten Hag dengan harapan besar menggantikan David de Gea, sang kiper justru sering menimbulkan kegelisahan di lini pertahanan United.
Debutnya diwarnai kontroversi tabrakan dengan striker Wolves, yang lolos dari hukuman berkat keputusan VAR, keputusan yang belakangan diakui keliru oleh PGMOL.
Rangkaian blunder berikutnya semakin memperburuk situasi. Meski Ten Hag sempat membela Onana dengan klaim kontroversial bahwa dirinya adalah “kiper terbaik kedua di Premier League”, performa sang pemain tidak sejalan dengan pembelaan tersebut.
Musim panas ini, United mendatangkan Senne Lammens dan memberi kesempatan Altay Bayindir tampil reguler, sebelum akhirnya melepas Onana ke Trabzonspor dengan status pinjaman.
Pertemuan di Tanah Turki
Kedua kiper kini akan memulai babak baru dengan nuansa berbeda. Ederson tiba di Istanbul dengan reputasi kuat sebagai kiper revolusioner yang sudah membuktikan kualitasnya di level tertinggi.
Sebaliknya, Onana datang ke Trabzonspor dengan misi membuktikan bahwa periode buruknya di Inggris hanyalah “pengecualian” dalam kariernya.
Kebetulan, laga debut mereka di Turki bisa saja langsung mempertemukan keduanya, Trabzonspor kontra Fenerbahce. Duel ini akan mempertemukan dua eks penjaga gawang Manchester dengan nasib yang kontras: satu meninggalkan warisan kesuksesan, satu lagi mencoba menebus masa lalu yang penuh sorotan negatif.
Masa Depan yang Berbeda
Ederson tampak tenang menatap babak barunya di Turki, dengan status sebagai salah satu kiper terbaik era modern. Sementara itu, Onana masih dibayangi keraguan.
Meski ia pernah menegaskan, “Dalam enam bulan saya tidak bisa tiba-tiba berubah dari kiper terbaik Liga Champions jadi yang terburuk di dunia,” publik Manchester tampaknya belum melihat pembuktiannya hingga hari ini.
Kini, semua mata tertuju pada Super Lig: mampukah Onana mengembalikan reputasinya, atau justru semakin terbenam di bawah bayang-bayang Ederson?
Sumber: Mirror