Liputan6.com, Jakarta - Menghitung detik-detik pelantikan Presiden Terpilih Prabowo Subianto menjadi pucuk pimpinan Republik Indonesia. Salah satu targetnya, mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen. Lantas, apa ini bisa tercapai?
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas mengatakan, target itu bisa dicapai jika Prabowo berani bertindak tegas. Utamanya dalam menutup celah korupsi dan mencegah kebocoran-kebocoran anggaran.
"Keinginan tersebut tentu tidak mustahil bisa terwujud asal saja Prabowo mampu menghentikan praktek korupsi dalam pemerintahannya. Sebab masalah korupsi ini sudah merupakan masalah lama dalam pemerintahan kita," ujar Anwar dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Sabtu (19/10/2024).
Dia mengisahkan, pada zaman orde baru, Sumitro Djojohadikusumo memprediksi kebocoran anggaran negara mencapai 30 persen. Anwar khawatir besarnya kebocoran anggaran lebih besar saat ini.
Dia menghitung, dengan dugaan bocornya anggaran saat ini, ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,2 persen. Dengan demikian, ketika celah itu ditutup, pertumbuhan ekonomi yang tinggi bukan sesuatu hal yang mustahil.
"Jika Prabowo berhasil menutup kebocoran tersebut dan mampu membuat penggunaan dari anggaran yang ada seefektif dan seefisien mungkin, maka tentu tidak mustahil pertumbuhan ekonomi nasional akan berada di sekitar 6,5-7,5 persen pertahun," kata dia.
"Jika hal demikian bisa terjadi maka tentu negara ini akan menjadi negara yang makmur dan pertumbuhan ekonominya akan tinggi," sambungnya.
Bos BI Ramal Ekonomi Indonesia di Awal Pemerintahan Prabowo Tumbuh 5,5%
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada awal Pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di atas 5,5 persen. Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (16/10/2024).
"Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 berada dalam kisaran 4,7-5,5% dan meningkat pada 2025," kata Perry.
Perkiraan tersebut tercermin lantaran pertumbuhan ekonomi triwulan III 2024 didukung oleh permintaan domestik. Konsumsi rumah tangga, khususnya kelas menengah ke atas, tetap terjaga.
Selain itu, investasi juga diprediksi masih akan kuat, khususnya investasi bangunan sejalan dengan penyelesaian berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
Di sisi lain, ekspor nonmigas tumbuh positif di tengah perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas. Dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan ditopang oleh Industri Pengolahan, Konstruksi, dan Perdagangan Besar dan Eceran.
Kenaikan Investasi
Secara spasial, kinerja ekonomi terjaga di seluruh wilayah. Pada triwulan IV 2024, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap baik ditopang terutama oleh kenaikan investasi dan baiknya konsumsi rumah tangga, serta peningkatan belanja Pemerintah pada akhir tahun.
"Ke depan, berbagai upaya perlu terus ditempuh untuk mendorong pertumbuhan, baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran," ujarnya.
Oleh karena itu, Bank Indonesia memperkuat bauran kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar lebih tinggi, bersinergi erat dengan kebijakan stimulus fiskal Pemerintah.
Sementara dari sisi penawaran, kebijakan reformasi struktural perlu terus diperkuat untuk mendorong sektor ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja. Upaya tersebut didukung dengan optimalisasi stimulus kebijakan makroprudensial dan akselerasi digitalisasi transaksi pembayaran yang ditempuh Bank Indonesia.