Liputan6.com, Jakarta Final Wimbledon 2025 kembali mempertemukan dua kekuatan muda utama tenis putra: Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz. Duel ini menjadi panggung pembuktian bagi Sinner setelah kekalahan memilukan di Roland Garros sebulan lalu. Kali ini, petenis Italia itu tampil lebih tangguh dan berhasil membalikkan nasib.
Dengan kemenangan empat set atas juara bertahan Alcaraz, Sinner akhirnya meraih trofi Wimbledon pertamanya. Gelar ini juga menandai Grand Slam keempat dalam kariernya, sekaligus gelar mayor pertama yang diraihnya di luar lapangan keras. Hasil ini mengukuhkan status Sinner sebagai petenis nomor satu dunia yang layak.
Pertandingan berlangsung ketat dan penuh kualitas, mencerminkan kematangan teknik dan mental dari kedua bintang muda. Namun, Sinner menunjukkan ketenangan dan efisiensi luar biasa untuk mengamankan kemenangan penting ini.
Sinner Balas Dendam Kekalahan di Roland Garros
Jannik Sinner mengalahkan Carlos Alcaraz dengan skor 4-6, 6-4, 6-4, 6-4 di final Wimbledon 2025. Kemenangan ini menjadi pembalasan manis atas kekalahannya di final French Open hanya 35 hari lalu. Kala itu, ia sempat unggul dua set dan memiliki tiga match point sebelum Alcaraz bangkit dan menang dalam lima set.
Di Centre Court, Sinner tampil dengan mentalitas berbeda. Ia bermain konsisten dan mampu menahan tekanan dalam momen-momen krusial. Salah satu titik balik penting terjadi saat ia mematahkan servis Alcaraz dan unggul 3-1 di set keempat, lalu menjaga keunggulan hingga akhir pertandingan.
Meski sempat kehilangan match point pertama, Sinner tetap tenang dan akhirnya mengunci kemenangan pada kesempatan kedua. Ia lalu berlutut di tengah lapangan, menandai momen puncak kariernya di rumput London.
Akhiri Rekor Kemenangan Alcaraz di Wimbledon
Kemenangan ini juga mengakhiri rekor 24 kemenangan beruntun Alcaraz di ajang Wimbledon. Petenis asal Spanyol itu sebelumnya menjuarai turnamen ini dua kali berturut-turut dan berpeluang menjadi pria kelima di era Open yang meraih tiga gelar Wimbledon beruntun.
Namun, Sinner tampil terlalu solid. Ia tidak hanya unggul dalam rally dan servis, tetapi juga menunjukkan kedewasaan dalam mengeksekusi strategi. Dengan hasil ini, ia berhasil merebut gelar yang sebelumnya digenggam oleh rival terbesarnya.
Dalam pidato seusai pertandingan, Alcaraz mengakui keunggulan lawannya. Ia menyebut Sinner layak mendapatkan trofi ini dan memuji kualitas permainan yang ditunjukkan sepanjang turnamen.
Mental Baja dan Resiliensi Jadi Kunci
Salah satu kekuatan utama Sinner terletak pada mentalitasnya. Petenis asal Italia utara ini dikenal kalem dan fokus, bahkan dalam laga-laga paling menentukan. Kekalahan di Paris bulan lalu memang mengejutkan, tetapi ia memilih belajar dan bangkit.
Ia juga menghadapi tantangan lain selama turnamen. Cedera siku sempat mengganggunya, bahkan memaksanya menjalani pemeriksaan MRI. Namun, ia tetap melaju hingga final dengan konsistensi luar biasa.
Keberuntungan pun sempat berpihak padanya. Di babak keempat, Sinner nyaris tersingkir setelah tertinggal dua set dari Grigor Dimitrov. Tapi lawannya harus mundur karena cedera dada, memberi jalan bagi Sinner untuk terus melaju hingga puncak.