Liputan6.com, Jakarta - Harga emas menyentuh rekor tertinggi pada Jumat, 28 Maret 2025. Kenaikan harga emas itu terjadi seiring investor berbondong-bondong ke aset sahaven di tengah kekhawatiran perang dagang global yang dipicu oleh tarif terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Mengutip CNBC, Sabtu (29/3/2025), harga emas di pasar spot naik 0,6 persen menjadi USD 3.074,43 per ounce pada pukul 02.41 PM EDT (18.39 GMT) setelah mencapai rekor tertinggi ke-18 pada 2025 dan sempat di posisi USD 3.086,70 pada awal sesi. Emas batangan telah menguat 1,7 persen pada pekan ini dan berada di jalur kenaikan mingguan dalam empat minggu berturut-turut.
Harga emas berjangka di AS ditutup melesat 0,8 persen ke posisi USD 3.114,30.
"Permintaan safe haven terus berlanjut karena meningkatnya kekhawatiran tentang tarif, perdagangan dan ketidakpastian geoplitik yang sedang berlangsung, yang mendukung emas,” ujar Vice President and Senior Metals Strategist Zaner Metals, Peter Grant.
Emas yang secara tradisional dipandang sebagai lindung nilai terhadap ketidakstabilan ekonomi dan politik cenderung tumbuh subur dalam lingkungan suku bunga rendah.
Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) naik 0,4 persen pada Februari, dibandingkan ekspektasi analis sebesar 0,3 persen, serupa dengan kenaikan pada Januari.
Grant menambahkan data tersebut kemungkinan tidak akan banyak mengubah ekspektasi penurunan suku bunga karena hanya sedikit lebih panas dari yang diharapkan.
Adapun the Federal Reserve (the Fed) telah mempertahankan suku bunga sepanjang 2025 setelah tiga kali penurunan suku bunga pada 2024, tetapi isyaratkan potensi penurunan suku bunga setengah persen pada akhir tahun.
Sentimen Suku Bunga The Fed
Saat ini, pasar prediksi penurunan suku bunga the Fed sebesar 63 basis poin (bps) pada akhir tahun, dimulai pada Juli. Pasar kini bersiap hadapi rencana Donald Trump untuk tarif timbal balik yang akan ditetapkan pada 2 April 2025.
Analis menilai, kebijakan Donald Trump dianggap sebagai inflasi yang menimbulkan risiko bagi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan ketegangan perdagangan.
Di sisi lain, harga perak di pasar spot turun 1,4 persen menjadi USD 33,93 per ounce, platinum merosot 0,7 persen menjadi USD 979,10 dan paladium susut 0,3 persen menjadi USD 972,13. Ketiga harga logam itu akan alami kenaikan mingguan.
Tren Bullish Harga Emas Berlanjut, Target Baru USD 3.100 per Troy Ounce
Sebelumnya, harga emas dunia kembali mencatatkan rekor tertinggi pada perdagangan Kamis 27 Maret 2025, mencapai level USD 3.059 per troy ounce. Kenaikan ini didorong oleh ketidakpastian yang meningkat di pasar global akibat kebijakan perdagangan Presiden AS, Donald Trump, yang memberlakukan tarif 25% pada mobil dan suku cadang otomotif impor.
Kebijakan tarif Donald Trump memperburuk ketegangan dagang dan meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai aset safe-haven.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, tren kenaikan harga emas diprediksi akan terus berlanjut. Kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menunjukkan bahwa, harga emas hari ini berpotensi naik hingga mencapai level USD 3.100.
"Namun, jika harga gagal menembus level tersebut dan mengalami pembalikan (reversal), maka ada kemungkinan penurunan ke level USD 3.035 sebagai target terdekat," jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (28/3/2025)
Meskipun tren kenaikan masih kuat, harga emas mengalami sedikit hambatan akibat penguatan dolar AS. Indeks Dolar AS (DXY) sempat turun 0,33% ke 104,31, tetapi tetap berada di level yang cukup kuat.
Sentimen hati-hati dari The Federal Reserve (The Fed) juga mempengaruhi pergerakan harga emas, dengan pasar uang mulai memperhitungkan pemangkasan suku bunga sebesar 64,5 basis poin pada tahun 2025.
Kebijakan perdagangan Trump juga memicu ketegangan dengan negara-negara mitra dagang utama AS. Kanada dan Uni Eropa (UE) telah mengancam akan memberikan respons terhadap tarif baru tersebut. Ketegangan ini turut membebani sentimen risiko, menyebabkan bursa saham AS mengalami tekanan dan mendorong investor untuk mengalihkan dana ke emas.
Fundamental Ekonomi AS
Di sisi fundamental, data ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda ketahanan yang kuat. Laporan klaim tunjangan pengangguran untuk pekan yang berakhir 22 Maret meningkat menjadi 224 ribu, sedikit di bawah perkiraan 225 ribu, yang mencerminkan pasar tenaga kerja masih solid.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi kuartal keempat 2024 tercatat di 2,3% secara kuartalan, lebih tinggi dari estimasi sebelumnya 1,9%, meskipun sedikit di bawah perkiraan pasar sebesar 2,4%.
Pasar perumahan AS juga mulai menunjukkan perbaikan. Penjualan rumah tertunda pada bulan Februari turun 3,6% YoY, membaik dari penurunan tajam 5,2% pada bulan Januari. Data ini mengindikasikan adanya pemulihan bertahap di sektor perumahan.
Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun tetap stabil, naik satu basis poin menjadi 4,371%, sementara imbal hasil riil AS turun tipis ke 1,979%. Kondisi ini menandakan bahwa pasar masih mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil langkah lebih lanjut.
Dengan kombinasi faktor-faktor ini, Andy Nugraha menyimpulkan bahwa, harga emas tetap berada dalam tren bullish. Jika momentum positif berlanjut, harga dapat melampaui USD 3.100, tetapi investor harus waspada terhadap potensi perubahan tren yang bisa memicu aksi ambil untung.