Liputan6.com, Jakarta - HSBC mengumumkan komitmen untuk mencapai emisi net zero pada 2050 secara global bersama Saint Gobain, serta mendukung pencapaian target yang sama di Indonesia pada 2060.
Langkah ini merupakan bagian dari inisiatif keberlanjutan jangka panjang HSBC yang bertujuan mengurangi dampak lingkungan secara global sekaligus mendukung negara-negara termasuk Indonesia dalam proses transisi energi dan keberlanjutan.
Salah satu upaya konkret dari HSBC dalam mencapai target ini adalah dengan meluncurkan Sustainable Supply Chain Financing (SSCF), program pembiayaan yang dirancang khusus untuk membantu perusahaan dan pemasok mereka dalam mengadopsi praktik bisnis yang ramah lingkungan.
SSCF memberikan akses keuangan yang terjangkau kepada perusahaan yang berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dalam rantai pasok mereka. Dengan insentif tersebut, HSBC berharap dapat mempercepat peralihan perusahaan menuju praktik bisnis yang berkelanjutan dan pada akhirnya berkontribusi pada pencapaian emisi net zero.
Menurut pihak HSBC, SSCF akan menjadi program strategis yang menghubungkan tujuan global HSBC dengan kebutuhan lokal di Indonesia.
“Indonesia memiliki peran penting dalam mencapai target keberlanjutan dunia karena potensi ekonominya yang besar dan sumber daya alam yang melimpah. Melalui SSCF, kami berharap dapat mendorong perusahaan di Indonesia untuk mengambil langkah nyata dalam transisi menuju ekonomi hijau," ujar Managing Director Wholesale Banking HSBC Indonesia, Riko Tasmaya saat Press Conference, Selasa (12/11/2024).
Program SSCF
Program SSCF hanyalah salah satu dari serangkaian langkah yang diambil HSBC untuk membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan, baik di tingkat lokal maupun global.
Langkah HSBC ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak di Indonesia, mengingat banyak perusahaan yang mulai memperhatikan dampak lingkungan dalam kegiatan operasional mereka.
HSBC menargetkan bahwa inisiatif seperti SSCF dapat memperkuat kesadaran perusahaan lokal tentang pentingnya pengurangan emisi karbon. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat mendukung komitmen pemerintah Indonesia dalam mencapai net zero pada 2060.
Dengan mendukung perusahaan melalui akses pembiayaan berkelanjutan, HSBC ingin menjadi bagian dari solusi dalam menanggulangi perubahan iklim
HSBC Catat Pertumbuhan Positif di Sektor Wealth Management
Sebelumnya, di tengah ketidakpastian ekonomi global, HSBC mencatatkan kinerja luar biasa dalam sektor wealth management sepanjang tahun ini.
Dengan pertumbuhan Assets Under Management (AUM) dan pendapatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, HSBC menegaskan posisinya sebagai pemimpin dalam industri ini.
Menurut manajemen HSBC, meskipun tidak menyebutkan angka spesifik, pertumbuhan lebih dari dua digit dalam AUM dan pendapatan menunjukkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Bahkan, HSBC merasa percaya diri dibandingkan dengan kompetitornya, yang unggul dalam hal pertumbuhan wealth management, baik dari sisi AUM growth maupun revenue growth.
HSBC menekankan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari strategi mereka yang fokus pada pemberian solusi keuangan yang menyeluruh kepada nasabah. Melalui pendekatan ini, nasabah merasa lebih aman dan percaya untuk mengalokasikan lebih banyak investasi mereka di HSBC.
Selain itu, HSBC berusaha untuk tidak hanya menjual produk keuangan semata, tetapi juga meningkatkan kualitas hubungan dengan nasabah melalui model advisory yang membantu nasabah merencanakan keuangan mereka dengan lebih baik.
"Dengan menyediakan total financial solution, kami memastikan bahwa nasabah memiliki rencana yang komprehensif untuk masa depan finansial mereka. Ini bukan hanya soal produk, tetapi bagaimana kami membantu mereka meraih tujuan finansial yang lebih besar," kata Head of Network Sales and Distribution HSBC Indonesia, Sumirat Gandapraja kepada wartawan, Kamis (7/11/2024).
Diversifikasi Portofolio untuk Hadapi Volatilitas Pasar
Tidak hanya berfokus pada pertumbuhan, HSBC juga mengingatkan pentingnya diversifikasi dalam portofolio investasi, terutama di tengah volatilitas pasar yang meningkat.
Dengan kondisi pasar yang belum stabil, baik di Asia maupun di pasar global seperti Amerika Serikat, HSBC menyarankan agar nasabah tidak mengandalkan satu jenis instrumen investasi saja.
Menurut HSBC, strategi asset allocation yang tepat—termasuk pembagian alokasi untuk equity, fixed income, money market, serta mata uang asing seperti USD—merupakan kunci untuk mengurangi risiko investasi. Pendekatan ini diyakini dapat meminimalisir dampak dari perubahan politik maupun ekonomi yang tidak terduga.
"Di tengah ketidakpastian pasar, kami mendorong nasabah untuk memiliki portofolio yang terdiversifikasi dengan baik sesuai dengan profil risiko masing-masing. Ini adalah langkah penting untuk menghadapi volatilitas pasar dan memastikan stabilitas keuangan jangka panjang," tambah Sumirat Gandapraja.