Liputan6.com, Jakarta - IMF memperingatkan bahwa kondisi pasar properti di China semakin memburuk. Hal ini dapat memengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Dalam laporan terbaru yang dirilis, IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China untuk 2024 menjadi 4,8%. Angka ini turun dibandingkan prediksi sebelumnya yakni sebesar 5%. Untuk 2025, pertumbuhan diperkirakan di kisaran 4,5%.
Dikutip dari CNBC, Kamis (24/10/2024), IMF menyoroti bahwa sektor properti yang melemah menjadi salah satu risiko terbesar bagi ekonomi global.
"Kondisi pasar real estat dapat memburuk, dengan koreksi harga lebih lanjut di tengah penurunan penjualan dan investasi," tulis laporan tersebut.
IMF juga membandingkan situasi ini dengan krisis properti di Jepang pada 1990-an dan Amerika Serikat pada 2008.
Jika krisis properti di China tidak segera ditangani, harga properti bisa terus turun, hal ini dapat menyebabkan konsumen kehilangan kepercayaan dan mengurangi belanja serta permintaan domestik.
Dalam beberapa bulan terakhir, China telah mencoba mendorong kembali pertumbuhan ekonominya. Pada bulan September, Bank Sentral China meluncurkan kebijakan untuk membantu perbankan dengan mengurangi jumlah uang tunai yang harus disimpan.
Beberapa hari kemudian, pemerintah pusat mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan penurunan pada sektor properti dan mendorong pemulihannya. Beberapa kota besar seperti Guangzhou dan Shanghai juga mulai meluncurkan langkah untuk mendorong minat beli rumah.
Mendorong Ekspor
Menteri Keuangan China, Lan Fo’an, mengatakan bahwa pemerintah siap meningkatkan defisit dan utang untuk menambah stimulus ekonomi. Selain itu, Kementerian Perumahan memperluas "daftar putih" proyek properti yang didukung pemerintah dan mempercepat pemberian pinjaman kepada proyek yang tertunda.
IMF menyebutkan bahwa beberapa langkah ini sudah masuk dalam proyeksi pertumbuhan mereka. Namun, kepala ekonom IMF, Pierre Olivier Gourinchas mengatakan kepada CNBC bahwa kebijakan tersebut bergerak ke arah yang benar tapi masih belum cukup untuk meningkatkan pertumbuhan lebih tinggi dari 4,8% tahun ini dan 4,5% tahun depan.
Dia menambahkan, langkah-langkah baru ini bisa membawa hasil positif, tapi ekonomi China tetap menunjukkan kinerja yang mengecewakan pada kuartal ketiga, sehingga ada ketegangan antara kebutuhan akan dukungan dan kenyataan bahwa ekonomi tidak berjalan baik. Apakah dukungan itu akan cukup?
"Kita belum tahu."
China melaporkan bahwa ekonomi mereka tumbuh 4,6% pada kuartal ketiga, sedikit lebih tinggi dari prediksi para ekonom sebesar 4,5%.
Namun, IMF juga mengingatkan bahwa stimulus pemerintah untuk mendorong permintaan domestik bisa membebani anggaran negara.
Selain itu, jika pemerintah memberikan subsidi untuk mendorong ekspor, langkah ini dapat memperburuk hubungan dagang bersama dengan negara-negara mitra.