Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menyelesaikan jabatannya dalam hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), di Gedung Managemen Garuda Indonesia Kantor Pusat, Bandara Soekarno Hatta, Jumat (15/11/2024).
Irfan yang diangkat kembali menjadi Dirut Garuda Indonesia melalui RUPS pada tahun 2023, harus menyelesaikan jabatannya dengan cepat. Dia pun sempat mengucapkan salam perpisahannya di Instagram pribadinya.
"Tibalah saatnya untuk menyelesaikan tugas di Garuda Indonesia. Sebuah kehormatan dapat bekerja sama dengan seluruh insan Garuda Indonesia Group, juga kehormatan bisa melayani begitu banyak penumpang dengan penuh rasa hormat. Salam sehat dan terima kasih," ujarnya dalam keterangan fotonya yang berbalik badan sembari melambaikan tangan.
Irfan Setiaputra, pria kelahiran Jakarta pada 24 Oktober 1964., dia memulai perjalanan kariernya di sektor teknologi setelah meraih gelar Sarjana Teknik Informatika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1989. Lulus dari salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia, Irfan segera berkiprah di sejumlah perusahaan teknologi internasional, termasuk IBM, LinkNet, dan Cisco.
Di Cisco, Irfan Setiaputra berhasil membuktikan kemampuan manajerialnya dengan mencapai prestasi yang signifikan. Sebagai Managing Director, ia sukses meningkatkan pendapatan Cisco Indonesia dari USD 25 juta menjadi USD 125 juta dalam kurun waktu tujuh tahun. Ia pun meraih berbagai penghargaan seperti IBM STAR of the STARS Award dan IBM Professional Achievement Award.
Garuda Indonesia Bakal Tambah 4 Unit Pesawat pada Akhir 2024
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, pada sisa tahun 2024 maskapai pelat merah tersebut menargetkan penambahan 4 unit pesawat. Sejauh ini, maskapai mengoperasikan dua tipe pesawat, yaitu narrow body dan wide body.
"Tahun ini kita berharap bisa mendatangkan 4 buah pesawat lagi. Mudah-mudahan menjelang akhir tahun sehingga bisa memastikan pelayanan menjelang libur Nataru (Natal dan Tahun Baru)," kata Irfan, dalam Public Expose Garuda Indonesia 2024 yang disiarkan secara daring pada Senin (11/11/2024).
Hingga Oktober 2024, Garuda Indonesia secara keseluruhan memiliki 96 pesawat yang siap beroperasi. Jumlah itu berkurang dibandingkan ketika Garuda Indonesia memiliki 97 pesawat siap terbang pada September 2024.Adapun 96 pesawat ini mencakup operasional dua maskapai yakni Garuda Indonesia dan anak usahanya, Citilink.
"Di Oktober 2024 pesawat Garuda Indonesia itu ada 56 yang siap selalu operasi. Sementara di Citilink ada 40, sehingga total Garuda dan Citilink itu ada 96 pesawat yang selalu siap beroperasi," kata Direktur Teknik Garuda Indonesia, Rahmat Hanafi.
Dengan kekurangan satu unit pesawat pada periode September ke Oktober, pesawat yang tak beroperasi tersebut adalah jenis Airbus 330-300.
Pada September 2024, Garuda Indonesia memiliki 10 pesawat jenis tersebut, sedangkan pada Oktober 2024 pesawat Airbus 330-300 yang dimiliki Garuda Indonesia tinggal sembilan unit.Di sisi lain, jumlah pesawat yang dioperasikan Citilink antara periode September dan Oktober tetap stabil yakni 40 unit.
Saat ini, Garuda Indonesia mengoperasikan 38 pesawat narrow body berupa Boeing 737-8OONG. Adapun 18 pesawat wide body yang terdiri dari 6 unit Boeing 777-300ER, 1 unit Airbus 330-200, 9 unit Airbus 330-300 dan 2 unit Airbus 330-900 Neo.
Pendapatan Garuda Indonesia Naik 16,12% per Oktober 2024
Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengumumkan pencapaian pendapatan usaha yang solid pada periode Januari-Oktober 2024. Garuda Indonesia mencatat pendapatan sebesar USD 2,8 miliar atau sekitar Rp 43,9 triliun hingga Oktober 2024.
Treasury Management Group Head Garuda Indonesia, Bima Tesdayu, menyatakan bahwa angka tersebut mengalami kenaikan 16,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu USD 2,4 miliar atau Rp 37,6 triliun.
“Dibandingkan Oktober 2023, pendapatan bersih kami meningkat cukup signifikan, naik 16% dari USD 2,4 miliar menjadi USD 2,8 miliar,” ujar Bima dalam Public Expose Garuda Indonesia 2024 yang disiarkan secara daring, Senin (11/11/2024).
Selain itu, EBITDA Garuda Indonesia juga tumbuh mencapai USD 780 juta atau sekitar Rp 12,2 triliun pada Oktober 2024, naik 13,82% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 685 juta atau Rp 10,7 triliun.
“Dari segi hasil operasional, kami juga mengalami peningkatan. Pada Oktober 2023, kami mencatat defisit sebesar USD 249 juta. Namun tahun ini berbalik menjadi positif USD 310,4 juta,” tambah Bima.
Strategi Utama Garuda Indonesia
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menambahkan bahwa kinerja positif ini didukung oleh tiga strategi utama, yaitu sederhana (simple), menguntungkan (profitable), dan layanan penuh (full service).
“Strategi sederhana berarti kami menyederhanakan tipe pesawat, mempererat koordinasi dengan Citilink, dan fokus pada rute domestik dan internasional yang menguntungkan,” jelas Irfan.
Irfan juga mengungkapkan bahwa beberapa rute tidak dilanjutkan karena pertimbangan keuangan. “Kami memastikan hanya rute penerbangan yang menguntungkan yang akan kami pertahankan untuk menjaga keberlanjutan perusahaan,” ujarnya.