Jerome Powell Tegaskan Donald Trump Tak Punya Wewenang Memecatnya

1 week ago 12

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (Fed) Jerome Powell, menepis spekulasi mengenai kemungkinan jabatannya terancam seiring dengan persiapan Donald Trump untuk menjadi pimpinan tertinggi AS di Washington. Jerome Powell menegaskan bahwa ia tidak akan mundur jika diminta oleh Donald Trump

"tidak diperbolehkan secara hukum bagi Gedung Putih untuk memaksanya keluar dari posisinya," ujar Jerome Powell mengutip pada BBC, Jumat (8/11/2024).

Powell menyampaikan ini saat menjawab pertanyaan wartawan dalam konferensi pers setelah Bank Sentral AS mengumumkan penurunan suku bunga acuan ke kisaran 4,5%-4,75%.

Para ekonom memperkirakan bahwa suku bunga akan terus menurun dalam beberapa bulan ke depan. Namun, mereka mengingatkan bahwa rencana Trump untuk pemotongan pajak, kebijakan imigrasi, dan tarif impor dapat memberikan tekanan pada inflasi dan meningkatkan pinjaman pemerintah, yang bisa membuat prediksi tersebut lebih sulit terwujud.

Bunga utang AS sudah meningkat pekan ini. Powell mengatakan pada Kamis bahwa masih terlalu dini untuk memastikan bagaimana agenda pemerintahan baru akan berdampak pada ekonomi AS atau bagaimana The Fed seharusnya merespons.

"Ini masih tahap awal – kami belum tahu apa kebijakan-kebijakannya, dan kami belum tahu kapan kebijakan-kebijakan itu akan diterapkan," katanya.

"Dalam jangka pendek, pemilu tidak akan mempengaruhi keputusan kebijakan kami." tambahnya

Powell diangkat sebagai ketua The Fed oleh Trump pada 2017, namun belakangan sering menjadi sasaran kritiknya. Selama masa jabatan pertamanya, Trump kerap mengkritik para pejabat bank sentral di media sosial dengan menyebut mereka "bodoh" dan dikabarkan pernah berkonsultasi dengan penasihatnya mengenai kemungkinan memecat Powell.

Sekutu Trump Pertimbangkan Kendalikan The Fed

Media AS melaporkan bahwa para sekutu Trump sedang mempertimbangkan cara bagi Gedung Putih untuk memperbesar kontrol terhadap The Fed, termasuk kemungkinan menggantikan Powell sebelum masa jabatannya habis.

Trump telah berulang kali mengatakan bahwa ia memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya tentang tindakan The Fed. Pada musim panas lalu, ia mengatakan kepada Bloomberg bahwa dia akan membiarkan Powell menyelesaikan masa jabatannya, yang berakhir pada 2026, "terutama jika saya merasa dia melakukan hal yang benar".

Namun, Powell menegaskan pada Kamis bahwa ia tidak akan mundur jika diperintahkan oleh Trump, dan bahwa upaya untuk memecatnya sebelum masa jabatannya berakhir "tidak diizinkan menurut hukum".

Powell telah menghadapi sorotan besar dalam beberapa tahun terakhir, terutama saat harga mulai melonjak pada 2022.

The Fed merespons dengan menaikkan suku bunga dengan cepat tahun itu, dari mendekati nol menjadi sekitar 5,3% pada bulan Juli – tertinggi dalam lebih dari dua dekade. 

Kenaikan tersebut berdampak pada masyarakat dalam bentuk peningkatan biaya pinjaman untuk kartu kredit, hipotek, dan pinjaman lainnya, yang meningkatkan ketidakpuasan terkait kenaikan biaya hidup, khususnya untuk perumahan, yang menjadi salah satu faktor dalam pemilu.

The Fed Ubah Arah Kebijakan, Suku Bunga Turun

The Fed mulai mengubah arah kebijakan pada bulan September dengan menurunkan suku bunga sebesar 0,5 poin persentase, dengan alasan yakin bahwa laju kenaikan harga di AS mulai stabil.

Inflasi di AS mencapai 2,4% pada September, turun dari lebih dari 9% pada Juni 2022, menurut data resmi terbaru.

Pemotongan suku bunga yang diumumkan pada Kamis ini, yang sudah diantisipasi luas dan disetujui bulat, menurunkan suku bunga sebesar 0,25 poin persentase.

Powell menyatakan pada Kamis bahwa para pejabat tetap fokus pada menjaga kestabilan harga dan kesehatan pasar tenaga kerja.

Meskipun kekhawatiran akan meningkatnya pengangguran sempat mencuat awal tahun ini, kekhawatiran tersebut mereda pada bulan September setelah data menunjukkan peningkatan perekrutan yang tak terduga.

Namun, data terbaru menunjukkan hampir tidak ada pertumbuhan lapangan kerja pada bulan Oktober, saat negara itu menghadapi badai dan aksi mogok.

The Fed Sinyalkan Penurunan Suku Bunga Lebih Lambat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Powell mengatakan bahwa para pejabat memperkirakan akan terus menurunkan suku bunga, tetapi seberapa cepat dan seberapa jauh akan dilakukan masih akan dilihat ke depannya. Ia menolak memberikan panduan lebih lanjut.

"Kami tidak merasa ini saat yang tepat untuk memberikan banyak panduan tambahan – ada ketidakpastian yang cukup besar," ujarnya. "Intinya adalah menemukan kecepatan dan tujuan yang tepat seiring berjalannya waktu."

Whitney Watson, kepala bersama investasi pendapatan tetap di Goldman Sachs Asset Management, mengatakan perusahaannya memperkirakan pemotongan suku bunga lagi pada bulan Desember, tetapi mengakui adanya ketidakpastian terkait arah kebijakan selanjutnya.

Keputusan oleh The Fed ini bertepatan dengan peringatan dari Bank of England bahwa mungkin akan memerlukan waktu lebih lama bagi biaya pinjaman untuk turun, memperingatkan bahwa inflasi bisa naik setelah Anggaran pekan lalu. 

“Di kedua sisi Atlantik, kita melihat ekspektasi untuk pemotongan suku bunga di masa depan mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan dengan yang diharapkan banyak orang sebelumnya,” kata ahli strategi investasi di Quilter Investors, Lindsay James.

"Di AS, tampaknya suku bunga akan tetap tinggi lebih lama karena The Fed harus berhati-hati hingga dampak dari rencana Trump lebih dapat dinilai." tutupnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |