Liputan6.com, Jakarta - Untuk memengaruhi orang lain di tempat kerja, ubah tiga hal sederhana ketika Anda ingin berkomunikasi dengan lawan bicara. Kesuksesan suatu karier bergantung pada bagaimana kemampuan Anda untuk meyakinkan orang lain.
Dilansir dari CNBC pada Rabu (13/11/2024), banyak pemimpin perusahaan mempertimbangkan hal terkait cara berkomunikasi, saat memilih siapa yang layak untuk diberikan tanggung jawab besar. Meskipun kemampuan teknis juga tidak kalah pentingnya, tetapi keterampilan komunikasi persuasiflah yang membuat seseorang dapat terlihat lebih menonjol.
Orang yang sukses di berbagai bidang tahu memengaruhi orang lain tidak hanya soal teknik tetapi juga tentang menyampaikan pesan dengan tepat. Komunikasi persuasif adalah keterampilan yang dapat dipelajari. Berikut adalah tiga langkah mudah yang dapat dilakukan dalam berkomunikasi:
1. Langsung pada Kesimpulan Anda
Pengambil keputusan seringkali sibuk, jadi jika anda bertele-tele, mereka dapat kehilangan minat terhadap Anda. Mereka akan lebih tertarik dengan seseorang yang dapat menyampaikan intinya dengan jelas. Untuk itu, mulailah dengan menyatakan kesimpulan, saran, atau permintaan, kemudian tambahkan alasan atau data yang mendukung komunikasi Anda.
2. Tawarkan Ide Anda sebagai solusi masalah
Komunikator yang baik bisa melihat dari sudut pandang audiens. Orang-orang dengan posisi tinggi menginginkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan prioritas mereka. Misalnya, daripada mengatakan, “Sistem ini meningkatkan efisiensi hingga 40%,” lebih baik Anda mengatakan, "Solusi ini akan membuat laporan triwulanan selesai tiga hari lebih cepat, jadi Anda punya lebih banyak waktu untuk persiapan rapat dewan."
Cara Lainnya
Prinsip yang sama juga berlaku saat menolak permintaan. Daripada hanya bilang, “Saya akan menghubungi Anda nanti,” Anda bisa katakan, “Saya ingin memberi jawaban yang berguna untuk perencanaan triwulanan Anda. Bolehkah saya punya waktu hingga Jumat untuk memastikan data yang Anda perlukan?”
3. Bicaralah dengan Wibawa
Pilihan kata bisa mengubah cara orang memandang pesan anda. Misalnya, dibandingka berkata, “Menurut saya kita harus...,” katakanlah, “Menurut pengalaman saya…,” yang menunjukkan keahlian. Gantilah kata kerja yang lemah dengan yang lebih kuat, seperti mengubah “harus” menjadi “memilih untuk,” atau “membantu” menjadi “memimpin” atau “mengawasi.” Ini bukan soal bahasa yang rumit, tetapi tentang menggunakan kata-kata yang mencerminkan tindakan yang tegas dan terukur.
Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024: 4 Tips agar Bisa Seimbangkan Pekerjaan denga Kehidupan Pribadi
Sebelumnya, Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Pada tahun ini tema yang diambil tentang kesehatan mental di tempat kerja yakni "Saatnya Memprioritaskan Kesehatan Mental di Tempat Kerja". Kampanye ini bertujuan untuk mengadvokasi kesehatan mental di tempat kerja.
Psikolog klinis Fifi Pramudika mengatakan bahwa kunci untuk bisa memiliki kesehatan mental yang sehat adalah bisa menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan personal.
"Pekerja dapat menerapkan strategi personal untuk menyeimbangkan antara kinerja dengan kehidupan pribadi," kata Fifi bersama Kementerian Kesehatan jelang Hari Kesehatan Mental Sedunia pada Rabu, 9 Oktober 2024.
1. Melakukan Perawatan Diri
Fifi mengungkapkan bahwa di ruang konseling kerap menemukan pekerja yang kehidupannya hanya bekerja. Banyak pekerja melupakan kesenangan untuk diri sendiri seperti melakukan hobi dan hal-hal lainnya.
"Sering saya temukan di ruang konseling, punya hobi apa? Dijawab enggak ada. Sehingga rutinitas berangkat ke kantor terus bekerja lalu jam 18 sudah kembali ke rumah, scroll handphone sebentar lalu tidur. Begitu terus tiap hari," kata psikolog yang mengenyam pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Fifi pun mengatakan bahwa merawat diri adalah hal penting melakukan hobi yang disuka seperti berolahraga, bermain musik, atau jalan-jalan.
"Olahraga, main, itu penting banget. Kan kita kerja itu tegang ya membutuhkan aktivitas untuk melepaskan ketegangan itu dengan melakukan hal disuka," katanya.
2. Menentukan Skala Prioritas
Fifi menyarankan, skala prioritas itu bisa berubah. Misalnya di satu waktu fokus pada karier tapi di satu waktu ada kondisi yang perlu memprioritaskan untuk keluarga misal karena anak sakit atau menjaga orangtua yang masuk rumah sakit.
"Hidup itu perlu seimbang, kalau tidak seimbang itu biasanya muncul gejala. Misalnya jadi sakit atau tidak bisa optimal saat bekerja atau tidak achieve target. Bisa juga gejala itu muncul dalam relasi dengan keluarga seperti ada gesekan dengan pasangan atau anak," katanya."Jadi penting untuk mencari titik seimbang."
3. Mencari Dukungan Sosial
Saat bekerja maupun di rumah perlu bersosialisasi. Fifi mengatakan kehadiran dukungan sosial seperti dari teman dan keluarga itu penting karena bisa menguatkan kita.
4. Menerapkan Batasan yang Sehat
Fifi menyarankan pekerja untuk memiliki jadwal bekerja atau mengeset jam bekerja. Lalu, penting juga untuk membatasi pekerjaan, misalnya sesudah jam 18 hingga 7 pagi tidak lagi membahas pekerjaan.
"Jangan terus-terusan bekerja, kita harus recharge untuk mengisi baterai kita kan sudah seharian bekerja, bekerja kan capai ya," ungkap Fifi.
Bila perlu membedakan alat komunikasi untuk bekerja dengan yang bukan.
"Biasanya kalau buka aplikasi pesan jadi ingat pekerjaan, dengan alat komunikasi yang berbeda bisa membantu mengondisikan lingkungan kita yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi," katanya.