Jurus Kemenperin Racik Susu dan Kakao Lokal Tembus Standar Industri

9 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian meramu strategi agar hasil produksi agro lokal bisa berkualitas dan diterima industri dalam negeri. Penerapan digitalisasi hingga pelatihan menjadi hal yang diperhatikan.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menyampaikan ada dua komoditas yang bahan bakunya mayoritas didapat dari impor. Yakni, susu dan kakao untuk industri dalam negeri. Adapun, untuk industri susu, Kemenperin telah menerapkan digitalisasi untuk menjamin kualitasnya bisa diterima industri.

"Untuk susu ini kita sudah masuk ke digitalisasi tempat penerimaan susu dan hasilnya cukup bagus karena kontaminannya dapat diturunkan luar biasa. Jadi standarnya sudah sangat tinggi untuk yang sudah didigitalisasi," kata Putu ditemui Kantor Kemenperin, Jakarta, Kamis (3/7/2025).

Sementara itu, untuk pemenuhan kualitas kakao produksi lokal, Kemenperin menggandeng asosiasi dalam memberikan pendampingan. Petani kakao akan dilatih akan menghasilkan biji kakao yang berkualitas sesuai permintaan industri, bahkan layak untuk diekspor.

"Jadi kita didik dari dia di mana dia ngambil kakao, itu kita didik menjadi dokter kakao. Setelah itu kembali ke daerah, ke tempat dia, didampingi oleh LSM kakao, itu yang kita lakukan, sehingga dengan artisan-artisan ini melakukan grading," ucapnya.

"Yang bagus dia jadikan benar-benar jadikan yang premium, yang kurang bagus ini dilakukan pengolahan untuk menjadi intermediate product," sambung Putu.

Bahan Baku Kakao dan Susu Mayoritas Impor

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Perindustrian mencatat masih banyak bahan baku industri agro yang dipenuhi dari impor. Bahkan impor bahan baku seperti kakao sempat menyentuh 200 ribu ton per tahun.

Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza menyampaikan masih banyak masalah di sektor hulu untuk pemenuhan bahan baku industri agro. Padahal potensi ekspor produk olahan makanan dan minuman cukup menjanjikan.

"Sehingga karena terbatas, sementara volume dan permintaan ekspor tinggi untuk produk makanan dan minuman talahan, ini akhirnya bahan baku juga beberapa impor," kata Faisol, ditemui di Kantor Kemenperin, Jakarta, Kamis (3/7/2025).

Produksi Lokal Minim

"Dan tentu ini PR (pekerjaan rumah) buat kami untuk bisa berkomunikasi dan bisa membantu para pelaku usaha supaya bisa mengembangkan juga ketersediaan bahan baku di hulu," ucapnya.

Faisol mencatat beberapa komoditas yang masih belum sepenuhnya dipenuhi dari dalam negeri seperti kakao dan susu. Produksi kakao sendiri diketahui menurun, sama halnya dengan produksi susu nasional.

"Ada kakao maupun susu. Ini memang tidak mudah karena tanaman kakao semakin menurun, susu juga bukan sesuatu yang mudah karena iklim, cuaca, maupun bibit dari sapi penghasil susu ini juga tidak mudah," ungkap Faisol.

Butuh 300 Ribu Ton Kakao per Tahun

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengungkapkan industri lokal butuh setidaknya 300.000 ton per tahun. Namun, masih banyak kebutuhan itu dipenuhi dari impor.

"Kalau dari kita, paling sedikit untuk Kakao ya, untuk paling sedikit kita itu membutuhkan 300 ribu ton, pertahun. (Impornya pernah) 200 ribu (ton). Jadi kalau dipersentasi sudah lebih daripada 50 persen. Tapi sekarang sudah menurun nih, karena kita sekarang sudah bisa dipenuhi dalam negeri sekitar berapa persennya," tutur dia.

Sama halnya dengan susu. Kebutuhan industri susu nasional sekitsr 4,4 juta ton per tahun. Sayangnya, 80 persennya masih disuplai dari impor. "Jadi kalau susu, kita empat koma sekian juta. Memang kita sekarang baru dalam negeri itu baru bisa menyuplai 20 persennya," ujarnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |