Liputan6.com, Jakarta Ketika Adnan Januzaj mencetak dua gol ke gawang Sunderland pada 5 Oktober 2013, publik Old Trafford serentak percaya bahwa mereka baru saja menyaksikan lahirnya bintang baru Manchester United.
Di usia 18 tahun, pemain asal Belgia itu tampil tanpa beban, mengubah jalannya laga, dan langsung memikat hati para penggemar. Dunia sepak bola menatapnya dengan penuh harapan, dan Sir Alex Ferguson pun tak ragu menyebutnya sebagai "pemain yang sangat seimbang".
Musim debutnya bak mimpi. Januzaj digadang-gadang sebagai suksesor Ryan Giggs, bahkan menerima penghargaan Pemain Terbaik Tahun Ini untuk tim cadangan. Manchester United seolah menemukan simbol baru untuk masa depan pasca-kepergian Ferguson.
Namun, kisah itu tak berlangsung lama. Dalam hitungan musim, nama Januzaj perlahan menghilang dari radar. Dari seorang wonderkid yang disebut akan jadi tumpuan masa depan klub, ia justru meninggalkan Old Trafford dengan cerita yang tak seindah harapan awalnya.
Fenomena Januzaj: Dari Penyelamat ke Yang Terlupakan
Lebih dari 12 tahun yang lalu, pada sore hari tanggal 5 Oktober, Moyes yang berada di bawah tekanan memberikan debut penuh Liga Primer kepada Adnan Januzaj dalam pertandingan melawan Sunderland di Stadium of Light.
Banyak yang terkejut ketika pemain berusia 18 tahun itu dimasukkan ke dalam susunan pemain, tetapi setelah mencetak dua gol pada penampilan perdananya di liga, semua orang membicarakan bakat muda asal Belgia ini.
Januzaj, yang direkrut dengan harga £297.000 dari Anderlecht pada tahun 2011, datang ke pertandingan ini dengan ekspektasi tinggi.
Setelah dianugerahi penghargaan Pemain Terbaik Tahun Ini versi Denzil Haroun untuk pemain cadangan terbaik pada Mei 2013, remaja ini dipuji tak lain oleh Sir Alex Ferguson.
"Adnan baru berusia 18 tahun dan perlu menyesuaikan diri dengan postur tubuhnya, tetapi dia memiliki keseimbangan yang baik, akselerasi yang baik, dan merupakan pemain dengan teknik yang sangat baik," ucap Ferguson.
Ketika Percaya Diri Hilang, Karier pun Ikut Redup
Beberapa bulan setelah tampil gemilang di Liga Primer, Januzaj diberi kaus nomor 11 legendaris peninggalan Ryan Giggs.
Januzaj menandatangani kontrak berdurasi lima tahun, masuk nominasi BBC Young Sports Personality of the Year, dan tampak berada di jalur yang benar untuk jadi bintang besar. Namun, semua berubah ketika David Moyes dipecat.
Louis van Gaal, manajer baru saat itu, tak banyak memberi kesempatan. Januzaj pun mulai kehilangan ritme. “Yang saya butuhkan hanyalah seorang pelatih yang percaya pada saya,” ujarnya kepada BBC.
"Setelah Moyes pergi, situasinya sulit karena saya tidak banyak bermain. Saya hanya bermain satu pertandingan, lalu duduk di bangku cadangan, lalu satu pertandingan lagi, lalu enam pertandingan di bangku cadangan," kata Januzaj.
Jalan Keluar bagi Adnan Januzaj
Louis van Gaal datang membawa sistem dan struktur ketat yang menuntut kedisiplinan taktis, sesuatu yang sering membatasi pemain kreatif seperti Januzaj. Dari situ, pintu keluar dari Old Trafford mulai terbuka.
"Sebagai anak muda yang ingin bermain, sulit bagi saya untuk duduk di bangku cadangan dan tidak menunjukkan kepada orang-orang betapa hebatnya saya," lanjutnya.
"Saya memiliki tiga pelatih itu [pelatih cadangan Warren Joyce, Sir Alex Ferguson, dan Moyes] yang memberi saya semangat untuk bermain di klub yang saya cintai. Lalu orang-orang itu datang," katanya.
Sempat dipinjamkan ke Dortmund dan Sunderland, Januzaj akhirnya menutup bab kariernya di MU. Ia sempat menemukan kestabilan di Real Sociedad, sebelum bergabung dengan Sevilla pada 2022.
Sumber: SportBible