Liputan6.com, Jakarta Perayaan ulang tahun ke-18 Lamine Yamal menimbulkan kontroversi setelah kehadiran sekelompok orang kerdil (dwarfisme) di acara tersebut. Pemain Barcelona itu menggelar pesta pribadi pada Senin kemarin waktu setempat, sehari setelah ulang tahunnya pada 13 Juli.
Pesta berlangsung di rumah pedesaan yang disewa Yamal di Olivella, sekitar 50 kilometer dari Barcelona. Acara tersebut dihadiri sejumlah pesohor, termasuk rekan setim seperti Lewandowski, Alejandro Balde, Gavi, dan Raphinha.
Namun, kehadiran beberapa kelompok orang kerdil yang terekam kamera saat memasuki lokasi memicu kecaman dari berbagai pihak. Adegan tersebut menimbulkan kekhawatiran soal penghormatan terhadap hak-hak penyandang disabilitas.
Pemerintah dan Lembaga HAM Bereaksi
Direktur Jenderal Hak Penyandang Disabilitas dari Kementerian Sosial Spanyol, Jesus Martin Blanco, menyerukan penyelidikan atas kejadian ini. Ia menilai tindakan tersebut bisa berdampak negatif pada generasi muda.
“Kami khawatir bahwa seseorang dengan pengaruh besar pada anak muda menggelar pesta semacam ini,” ujarnya kepada kantor berita EFE melalui Cadena Ser.
Martin juga menekankan pentingnya kesetaraan hukum. “Kami khawatir orang-orang punya uang dan berkuasa merasa bisa lolos dari tanggung jawab. Hukum berlaku untuk semua, baik yang rendah hati maupun yang berkuasa,” katanya.
Pembelaan dari Pihak Orang Kerdil
Pada hari yang sama, stasiun radio RAC1 menyiarkan wawancara dengan salah satu orang kerdil yang hadir di pesta tersebut. Suara dalam wawancara itu disamarkan dan nama tidak disebut untuk melindungi identitas.
“Kami hanya ingin bekerja,” kata sosok tersebut. “Kami punya kontrak sendiri, bekerja secara legal, dan tidak ada yang memaksa kami.”
Ia menambahkan bahwa aksi mereka adalah bagian dari pertunjukan profesional. “Kami datang, berdansa, membagikan minuman, melakukan trik sulap. Ini hiburan. Tak pernah ada perlakuan tidak hormat selama kami tampil,” tegasnya.
Asosiasi Tuntut Proses Hukum
Meski ada pembelaan, Asosiasi Orang dengan Achondroplasia dan Displasia Skeletal (ADEE) mengecam keras tindakan tersebut. Mereka menyebutnya sebagai pelanggaran nilai etika dan hukum.
Dalam pernyataan resminya, ADEE menyitir hukum yang melarang pertunjukan yang “menggunakan penyandang disabilitas untuk bahan olokan atau ejekan secara bertentangan dengan martabat manusia.”
ADEE menyatakan akan menempuh jalur hukum. Namun, orang kerdil yang diwawancarai mengklaim belum pernah dihubungi pihak asosiasi dan menganggap kritik tersebut merugikan profesinya.