Liputan6.com, Jakarta - Pabrik baterai kendaraan listrik PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power, yang merupakan perusahaan patungan antara Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution, tetap beroperasi meski LG mundur dari megaproyek Indonesia Grand Package. Hal tersebut diungkap oleh Head of Corporate Strategy Hyundai Motors Indonesia (HMID) Hendry Pratama.
Operasional produksi sel baterai yang telah berjalan sejak Juli 2024 tidak terpengaruh dengan LG mundur dari megaproyek tersebut. "Atas beritanya LG mundur ini sebenarnya tidak ada hubungan langsung dari operasional HLI di Indonesia karena HLI bisa sourcing dari lokasi-lokasi lain, dari pihak-pihak lain," ujarnya dikutip dari Antara, Kamis (24/4/2025).
Lebih lanjut, Hyundai Motors Indonesia meyakinkan bahwa entitas HLI di Indonesia tidak mengalami perubahan dan tetap beroperasi seperti biasa.
HLI saat ini terus memproduksi sel baterai yang digunakan oleh Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) untuk perakitan unit kendaraan listrik, terutama Hyundai Kona Electric.
Vice President of Commercial and Marketing IBC Bayu Yudhi Hermawan juga menjelaskan pengembangan industri baterai EV terintegrasi merupakan proyek besar yang tidak hanya melibatkan LG.
"Jadi, memang tidak hanya spesifik dari satu rantai value chain, tapi juga terintegrasi. Dan memang apa yang terjadi kemarin itu memang lebih ke area midstream dan hulunya. Sementara untuk hilirnya HLI ini tetap jalan dengan normal,” katanya.
IBC juga mengapresiasi komitmen kuat dari HLI, Hyundai, dan manufaktur EV secara keseluruhan.
Rosan Roeslani: Proyek Baterai EV USD 9,8 Miliar Tetap Jalan, LG Diganti Mitra Baru
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Perkasa Roeslani, angkat bicara terkait kabar pembatalan investasi proyek baterai kendaraan listrik (EV) oleh LG di Indonesia yang nilainya mencapai USD9,8 miliar.
"Memang LG ini investasi yang totalnya USD9,8 miliar, terbagi memang ini adalah suatu investasi yang besar," kata Rosan dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Rosan Roeslani pun menegaskan bahwa proyek tersebut tidak sepenuhnya dibatalkan, melainkan akan tetap berjalan dengan menggandeng mitra baru.
"Jadi memang berita mereka mudnur itu bukan mudnur semuanya, oh enggk, mereka sudah melakukan di GV nomor 4 senilai USD1,1 miliar yang memang untuk proyek sebesar ini tentu negosiasi itu lama dan kita juga ingin investasi ini berjalan," jelasnya.
Lebih lanjut, Rosan menjelaskan bahwa proyek tersebut terbagi dalam empat tahap atau group venture (GV), dan LG telah memulai pembangunan (groundbreaking) pada GV ke-4 dengan nilai investasi USD 1,1 miliar. Menurutnya, proses negosiasi proyek sebesar ini memang memerlukan waktu panjang.
"Ekosistem dari miningnya nikel mate, nikel sulfur, anoda, katoda, prekursor, baterai sell, sampai recycle batery nya. Jadi, terbagi dalam 4 GV, dan mereka sudah groudn breaking di GV nomor 4," jelasnya.
Partner Lain
Lebih lanjut, Rosan menekankan bahwa meski ada dinamika dalam proyek ini, LG tetap berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia, baik di sektor yang sama maupun sektor lainnya.
"Saya tahu beritanya cukup ramai, saya sampaikan ini angka yang statistik yang benar, ini buktinya investasi kita berjalan dengan baik," ujarnya.
"Oleh sebab itu diputuskan proyek ini terus berjalan dan digantikan oleh partner lain. Dan dengan partner lain sudah berjalan diskusinya, dan dari pihak LG pun tetap komitmen berivestasi dibidang lainnya, dan masih terbuka investasi di bdiang yang sama," tambah Rosan.