Liputan6.com, Jakarta - Laporan e-Conomy SEA 2024 menyebutkan bahwa Gross Merchandise Value (GMV) Ekonomi digital Indonesia capai USD 90 miliar atau Rp 1.430 triliun (estimasi kurs Rp 15.898 per USD) pada 2024. Dengan nilai ini maka Indonesia bersiap menjadi pasar digital terbesar di Asia Tenggara.
e-Conomy SEA 2024 merupakan riset mengenai ekonomi digital yang dilakukan keroyokan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company.
Satu hal yang juga menarik dalam laporan e-Conomy SEA 2024 adalah proyeksi pertumbuhan pusat data di Indonesia yang diperkirakan akan meningkat sebesar 268%. Kebutuhan pemrosesan data di Indonesia sangat besar lantaran populasinya yang juga besar.
Hal ini tentunya mendorong investasi signifikan dalam infrastruktur data center.
Meskipun beberapa negara lain seperti Malaysia mencatatkan komitmen investasi lebih tinggi, tetapi Indonesia memiliki potensi besar dari segi kebutuhan data yang terus meningkat.
Aspek Inovatif yang mendukung Perkembangan
Salah satu aspek inovatif yang turut mendukung perkembangan ini adalah video commerce. Platform seperti Youtube telah memperkenalkan fitur belanja langsung (live shopping), yang memungkinkan kreator lokal menghadirkan pengalaman interaktif bagi konsumen.
“Live commerce adalah bagian dari video commerce dan memberikan pengalaman belanja yang menghibur dan menginspirasi, bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan berbelanja. Ini adalah cara baru untuk mendorong interaksi brand dan konsumen,” jelas Country Director, Google Indonesia, Veronica Utami dikutip Kamis (14/11/2024).a
Sikap Optimisme ini juga didukung oleh minat para investor yang percaya pada potensi jangka panjang ekonomi digital Indonesia.
Direktur Asia Tenggara di Temasek, Cassie Wu menambahkan bahwa fundamental yang kuat dan demografi yang menguntungkan menjadi alasan utama kepercayaan investor terhadap Indonesia.
Dengan fondasi ekonomi digital yang kuat dan inovasi berkelanjutan, Indonesia diperkirakan memainkan peran penting sebagai pusat pertumbuhan digital di Asia Tenggara.
GITEX GLOBAL 2024: ASEAN Bakal Jadi Pusat Ekonomi Digital Dunia, Apa Peran Indonesia?
Asia Tenggara atau ASEAN menjadi salah satu kawasan negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi stabil di dunia. Bahkan, ASEAN kini dinobatkan sebagai Macan Asia dalam hal kekuatan ekonomi.
Bagaimana tidak, disaat negara-negara di dunia memutar otak untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, negara di kawasan Asian Tenggara ini justru tahan banting. Sebut saja Indonesia yang rata-rata pertumbuhan ekonominya masih di atas 5%.
Untuk terus meningkatkan ekonomi di ASEAN, beberapa negara mulai mengembangkan ekonomi digitalnya. Pemerintah Indonesia mencatat, potensi ekonomi digital di negaranya bisa tembus USD 109 miliar atau sekitar Rp 1.761 triliun (kurs 16.164 per USD) di tahun 2025.
“Dalam menghadapi pesatnya transformasi digital kami berpegang erat dan berkomitmen mewujudkan proyek prioritas berdasarkan empat pilar yaitu, infrastruktur digital, pemerintahan digital, masyarakat digital, dan ekonomi digital,” ujar Dirjen Aplikasi Informatika Kemkominfo RI, Hokky Situngkir ditulis, Rabu (16/10/2024).
Di sisi lain, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto prediksi pertumbuhan ekonomi digital di pasar ASEAN bisa mencapai USD 2 triliun pada 2030.
Prediksi tersebut sejalan dengan adanya Digital Economy Framework Agreement (DEFA) yang telah dilakukan negara-negara di ASEAN termasuk Indonesia. Menurut Airlangga, DEFA bisa turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi digital ASEAN hingga dua kali lipat, termasuk untuk Indonesia.
"Dengan program ini diharapkan ekonomi ASEAN yang business as usual adalah USD2 triliun menjadi USD 2 triliun. Jadi ekonomi Indonesia yang 2030 diperkirakan untuk digital USD 360 miliar itu akan naik jadi USD 600 miliar," kata Airlangga.
ASEAN Bakal Jadi Pusat Teknologi Dunia
Sejalan dengan apa yang dilakukan pemerintah Indonesia, dunia juga mnelihat bahwa ASEAN akan menjadi salah satu game changer dalam perkembangan teknologi planet ini.
Executive Vice President of the Dubai World Trade Centre (DWTC), Trixie LohMirmand di GITEX Global 2024 menyebut kini banyak perusahaan teknologi dunia mulai berinvestasi di negara-negara ASEAN.
"Amazon mengumumkan investasi sebesar USD 9 miliar dolar di bidang AI cloud di Singapura. Lalu, Microsoft menginvestasikan di Malaysia. Ada juga USD 1,9 miliar di Indonesia. Selain itu, ada banyak berita menarik, investasi besar, dan minat yang luar biasa di pasar Asia, terutama Asia Tenggara, yang disebut Macan Asia," katanya.
Trixie menambahkan, pada 2025, Singapura akan menjadi host dalam pegelaran event pameran perusahaan teknolgi dunia, GITEX Asia pada April 2025.
"Momentum adalah kuncinya. Tahun ini dan tahun depan adalah tentang momentum, baik untuk perusahaan besar, UKM, startup, maupun Big Tech. Kita harus bergerak cepat bersama dunia untuk mengikuti evolusi yang terjadi," pungkasnya.
Untuk itu, Dia mengajak semua negara dunia untuk berkolaborasi dalam membangun ekonomi digital dunia, khususnya melalui pasar kawasan ASEAN.