Manchester United Lewati Musim Terburuk, Ruben Amorim Berdiri di Pusat Badai

9 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Aroma krisis semakin pekat di koridor Manchester United seiring berseliwerannya laporan kontradiktif mengenai masa depan Ruben Amorim. Sang pelatih Portugal tengah berada di mata badai setelah rentetan hasil memalukan terbaru Setan Merah di kancah Liga Premier.

Statistik mencengangkan menghantui Old Trafford karena musim ini akan berakhir dengan catatan poin terendah dalam sejarah klub di kompetisi elite Inggris. Kekalahan menyakitkan 0-2 di kandang sendiri melawan West Ham United akhir pekan lalu menjadi kekalahan ke-17 mereka musim ini, menghadirkan realita pahit di hadapan para pendukung setia.

Momentum negatif terus berlanjut dengan tujuh pertandingan beruntun tanpa kemenangan di bawah arahan Amorim. Performa memilukan ini telah menjerumuskan klub peraih 20 gelar liga utama tersebut ke posisi memalukan di peringkat ke-16 Liga Premier.

Dengan maksimal hanya bisa mengumpulkan 45 poin, masa depan semakin tidak menentu. Amorim sendiri telah memberikan sinyal mengejutkan, dengan mengisyaratkan kemungkinan meninggalkan jabatan jika situasi tidak membaik pada musim 2025/2026.

Di tengah badai keputusasaan, secercah harapan masih bersinar terang. Manchester United masih memiliki peluang mengakhiri musim dengan kejayaan, melalui laga puncak Liga Europa melawan Tottenham Hotspur pekan depan. Kemenangan di final tidak hanya akan menghadiahkan trofi berharga, tetapi juga memastikan tiket berharga ke Liga Champions musim depan.

Amorim dan Ratcliffe di Ambang Konflik

Meski berpeluang merebut gelar Liga Europa, nasib Ruben Amorim di Manchester United tampaknya tidak sepenuhnya terjamin. The Mirror mengungkap informasi mengejutkan bahwa jajaran petinggi Old Trafford, termasuk pemilik minoritas Sir Jim Ratcliffe, telah menyiapkan evaluasi menyeluruh terhadap posisi sang pelatih Portugal segera setelah musim berakhir.

Ratcliffe bersama Omar Berrada dan jajaran direksi lainnya akan menganalisis secara kritis perjalanan Amorim yang telah memimpin 39 pertandingan dengan catatan statistik yang kurang mengesankan yaitu 16 kemenangan, 8 hasil imbang, dan 15 kekalahan. Sebuah rekor yang jauh dari standar kebesaran klub.

Situasi semakin pelik setelah laporan mengindikasikan bahwa Amorim berada pada "jalur tabrakan" dengan manajemen. Komentar berani sang pelatih pasca kekalahan dari West Ham dianggap menggoyahkan hubungan kerja yang sebelumnya harmonis dengan Ratcliffe.

Perbedaan visi semakin terlihat jelas. Di satu sisi, jajaran hierarki United menegaskan bahwa absen dari kompetisi Eropa sama sekali bukan suatu opsi mengingat kondisi keuangan klub. Di sisi lain, Amorim dan tim pelatihnya justru memandang musim tanpa beban pertandingan kontinental sebagai kesempatan emas untuk membangun pondasi yang lebih solid di kompetisi domestik.

Pandangan Amorim tidak tanpa dasar. Arsenal membuktikan teori ini ketika mereka absen dari sepak bola Eropa pada musim 2021/2022, nyaris lolos ke Liga Champions di akhir musim dan kemudian tampil sebagai penantang serius gelar dalam dua musim berikutnya.

Masa Depan Amorim di United Diselimuti Kontradiksi

Di tengah pusaran spekulasi, talkSPORT melontarkan pandangan berbeda yang meredam ketegangan. Menurut sumber terpercaya, jajaran eksekutif Manchester United tidak memiliki "rencana langsung" untuk menggelar evaluasi mendalam terhadap posisi Ruben Amorim di Theatre of Dreams.

Realitas kontraktual menciptakan dimensi baru dalam situasi ini. Mantan arsitek kesuksesan Sporting Lisbon tersebut masih terikat perjanjian legal selama dua tahun ke depan dengan United. Implikasinya jelas, sehingga kecuali Amorim secara sukarela mundur, pemutusan hubungan kerja akan memaksa klub merogoh kocek dalam untuk kompensasi pesangon yang tidak murah.

Beban finansial semakin terasa berat mengingat Manchester United telah mengeluarkan dana fantastis sebesar 14,5 juta poundsterling untuk memutuskan hubungan dengan Erik ten Hag, staf pelatihnya, serta mantan direktur olahraga Dan Ashworth. Sebuah angka yang mencerminkan harga mahal dari ketidakstabilan manajemen.

Situasi diperumit dengan kebijakan efisiensi Sir Jim Ratcliffe yang telah membawa dampak signifikan. Taipan Inggris tersebut telah mengimplementasikan langkah pemangkasan biaya radikal yang berdampak pada 250 pemutusan hubungan kerja tahap awal, dilanjutkan dengan rencana pengurangan 200 posisi tambahan pada awal tahun ini.

Di tengah narasi yang saling bertentangan, dapat disimpulkan bahwa keputusan tentang masa depan Amorim tidak hanya dipengaruhi oleh pertimbangan teknis sepakbola, tetapi juga oleh kalkulasi finansial yang rumit dan strategi restrukturisasi jangka panjang klub.

Read Entire Article
Bisnis | Football |