Liputan6.com, Maluku - Aktivitas jual beli di pasar tradisional di Pulau Geser, Kecamatan Seram Timur, Kabupaten Seram, Maluku. Uang rupiah kertas jadi andalan transaksi di kawasan tersebut.
Namun, ada satu kondisi yang berbeda dengan uang koin atau uang logam. Kabarnya, banyak orang dan pedagang tidak menerima pembayaran dengan uang logam tadi, meski tidak ada alasan jelas yang mendasari hal tersebut.
"Kenapa uang logam tidak berlaku di Pulau Geser?," tanya seorang anak Sekolah Dasar (SD) dalam Sosialisasi Rupiah, Ekspedisi Rupiah Berdaulat Bank Indonesia, di Pulau Geser, dikutip Rabu (23/10/2024).
Selain itu, pedagang kue dan minuman ringan, mengonfirmasi kalau uang logam tidak terlalu dipakai dalam transaksi jual beli. Dia termasuk pihak yang menolak menggunakan uang logam."Orang-orang sudah tidak mau terima uang logam, saya juga tidak tau kenapa," ujar dia.
Menanggapi kondisi tersebut, Ketua Ekspedisi Rupiah Berdaulat wilayah Maluku, Desi Muriany menegaskan uang logam masih berlaku untuk digunakan bertransaksi. Baik nominal Rp 500 maupun Rp 1.000. Dia mengakui ada informasi tersebut.
"Jadi uang logam itu mereka kalau ada yang mau bertransaksi, penjualnya enggak mau, padahal masih berlaku," ujar Desi, ditemui terpisah.
Perlu Sosialisasi
Dia menegaskan kembali, sesuai aturan perundang-undangan, penggunaan uang, baik uang kertas maupun uang logam berlaku untuk digunakan untuk transaksi, selama masih dinyatakan berlaku.
Bahkan ada ancaman sanksi pidana bagi pihak-pihak yang menolak transaksi dengan uang logam. Desi menyadari, perlu ada sosialisasi yang lebih gencar untuk bisa menyadarkan masyarakat soal penggunaan uang tadi.
"Mungkin nanti kami akan coba bicarakan dulu dengan pimpinan juga, dengan rekan-rekan dari perbankan ya. Sosialisasi. Mungkin kami akan sampaikan ke Bank Maluku juga,” terangnya.
Banyak Duit Lusuh, BI Sebar Rp 5 Miliar Uang Baru di 5 Pulau Timur Indonesia
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) terus menggenjot penggunaan uang tunai yang layak pakai ke sejumlah pulau di wilayah Timur Indonesia. Menyusul, banyak beredarnya uang tunai dengan kondisi yang lusuh dan rusak di beberapa pulau kecil di Indonesia.
Sedikitnya, BI menyiapkan uang tunai sebanyak Rp 5 miliar untuk 5 pulau di sekitar Kepulauan Maluku. Diantaranya, Pulau Banda, Pulau Gorom, Pulau Geser, Pulau Manipa, dan Pulai Tifu. Nominal paling banyak disebar di Banda Neira sebanyak Rp 2 miliar.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aida S Budiman menyampaikan penggunaan uang layak pakai jadi upaya memudahkan transaksi masyarakat. Lantaran, uang lusuh kerap ditemui ketika adanya praktik transaksi, terutama di wilayah pulau-pulau kecil. Selain uang yang rusak, persebaran uang dengan nominal yang tak seimbang juga menjadi tantangan di masyarakat.
"Kalau kita melakukan transaksi jual beli uang kita uang besar pas mau dibalikin uangnya gak ada. Jadi itu menimbulkan keengganan atau kesusahan dalam kita melakukan transaksi," ucap Aida dalam rangkaian Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB), di Banda Neira, Maluku, dikutip Senin (21/10/2024).
Selama 2024 ini, BI melakukan edukasi sekaligus melayani penukaran uang ke 90 pulau di 18 provinsi se-Indonesia. Harapannya, langkah tersebut bisa meningkatkan stabilitas ekonomi masyarakat.
"Untuk menjaga stabilitas ekonomi, satu hal yang penting dilakukan adalah menjamin supaya ekonomi tersebut berjalan ada uangnya, kalau tidak ada uangnya bapak ibu gak bisa bertransaksi," bebernya.
Imbauan kepada Masyarakat
Aida turut mengimbau masyarakat untuk menjaga kualitas uang tunai yang dimilikinya. Tujuannya, agar bisa tetap dalam kondisi yang layak untuk transaksi.
"Kenapa penting? Karena rupiah itu adalah simbol negara kita. Jadi kalau cinta rupiah pastikan rupiah itu mesti kita dijaga, pemakaiannya kita pastikan jangan diucel-ucel, jangan dicekrek dipakaikan streples, jadi nanti bisa cepat rusak, kita cintai dan juga kita pastikan tidak ada yang memalsukan rupiah," urai Aida.
Sebagaimana diketahui, Ekspedisi Rupiah Berdaulat merupakan program kolaborasi antara BI dengan TNI AL. Sejumlah perwakilan dari kantor perwakilan BI di berbagai daerah turut serta dalam kegiatan tersebut.
Selain penukaran uang, ada pula layanan kesehatan yang bisa diakses masyarakat sekitar. Tak lupa, ada program sosial BI yang menyumbangkan sejumlah keperluan bagi rumah-rumah ibadah.
Masyarakat Terbantu
Sementara itu, salah satu masyarakat, Abdullah (55) mengaku terbantu dengan adanya layanan penukaran uang tunai dari BI. Dia menjadi bisa mengganti uang-uang lusuh yang sengaja dikumpulkannya dari setiap transaksi.
"Karena kalau uang sudah rusak itu banyak orang tidak mau, saya pun tidak enak kasih kembalian dengan uang rusak," kata Abdullah, di lokasi.
Pria yang berdagang air minum tersebut mengaku sering mengumpulkan uang yang rusak atau lusuh. Setidaknya, dalam satu bulan dia bisa mengumpulkan sebanyak Rp 1 juta uang dengan nominal yang beragam.
"Dengan adanya ini (penukaran uang baru) kita jadi terbantu," ucap Abdullah yang menukarkan uang lusuh dengan total Rp 3 juta tersebut.
Tak cuma Abdullah, antusiasme juga turut datang dari seorang bocah bernama Anton (15). Dia terlihat datang berbondong-bondong dengan kawannya ke lokasi penukaran uang BI.
Tak banyak yang dia bawa, hanya berkisar Rp 180 ribu dengan pecahan uang Rp 2.000, Rp 5.000, Rp 10.000 dan Rp 20.000. Dia mengatakan, uang tersebut merupakan pemberian orang tuanya untuk jajan sehari-hari dan ditabung. Hanya saja, kondisi uangnya tak sepenuhnya dalam kondisi baik.
"Iya, saya mau tukar uang ini karena sudah banyak yang rusak," ucap Anton.