Jakarta, CNN Indonesia --
Portugal mengumumkan akan mengakui kemerdekaan Palestina pada Minggu (21/9) besok. Kementerian Luar Negeri Portugal menyatakan pengakuan akan diumumkan sebelum Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 22-29 September.
"Pernyataan Pengakuan Resmi akan dilaksanakan pada Minggu, 21 September, sebelum Konferensi Tingkat Tinggi minggu depan," demikian pernyataan Kemlu Portugal pada Jumat, seperti dikutip Al Jazeera.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut surat kabar Portugal Correio da Manha, keputusan ini diambil setelah Perdana Menteri Portugal Luis Montenegro berkonsultasi dengan Presiden Marcelo Rebelo de Sousa dan parlemen.
Pengumuman Portugal itu disampaikan setelah PBB untuk pertama kalinya menyatakan bahwa Israel telah melakukan genosida dalam agresinya di Jalur Gaza, Palestina.
Lebih dari 65.100 warga Palestina tewas dalam agresi brutal ini. Mayoritas korban anak-anak dan perempuan.
Pemerintah Portugal pertama kali menyatakan keinginan untuk mengakui kemerdekaan Palestina yaitu pada 31 Juli lalu.
Keinginan itu diutarakan setelah pemerintah Portugal menilai bahwa perkembangan konflik Gaza dalam beberapa waktu belakangan "sangat mengkhawatirkan, baik dari perspektif kemanusiaan maupun referensi berulang mengenai kemungkinan aneksasi wilayah Palestina" oleh Israel.
Selain Portugal, sejumlah negara juga telah menyatakan akan mengakui kedaulatan Palestina pada pertemuan PBB, September ini. Negara-negara itu antara lain Prancis, Inggris, Australia, Malta, Kanada, dan Belgia.
Sementara itu, Israel menolak keras hal tersebut dan dilaporkan mengancam akan mencaplok Tepi Barat jika Barat terus melanjutkan rencana pengakuan itu pada pertemuan PBB.
Namun, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta dunia tidak boleh terintimidasi Israel dan aneksasinya yang merayap atas Tepi Barat saat ini.
"Kita tidak perlu merasa terintimidasi oleh risiko pembalasan," kata Guterres seperti diberitakan AFP, Sabtu (20/9).
"Dengan atau tanpa melakukan apa yang sedang kita lakukan, aksi-aksi ini akan terus berlanjut dan setidaknya ada peluang untuk memobilisasi komunitas internasional guna menekan agar aksi-aksi ini tidak terjadi," ujarnya.
Ia menegaskan situasi di Gaza sangat mengerikan dan semua diakibatkan kebengisan Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan terus menerus hingga kini.
"Ini adalah tingkat kematian dan kehancuran terburuk yang pernah saya saksikan selama menjabat sebagai Sekretaris Jenderal, mungkin hidup saya," tuturnya.
"Penderitaan rakyat Palestina tak terlukiskan. Kelaparan, kurangnya layanan kesehatan yang efektif, orang-orang yang hidup tanpa tempat tinggal yang layak di daerah-daerah konsentrasi yang luas," ujarnya.
(blq/chri)