Pressing Tinggi dan Tangguh di Belakang: Bayern Munchen Tunjukkan Wajah Juara di Parc des Princes

3 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Memenangi duel Liga Champions di bulan November memang tidak menentukan apa pun. Namun, ada kemenangan yang terasa lebih berat daripada sekadar tiga poin. Kemenangan Bayern Munchen atas PSG di Parc des Princes adalah salah satunya. Bukan hanya soal hasil akhir 2-1, tetapi cara mereka melakukannya yang meninggalkan kesan mendalam.

Musim lalu, PSG berada jauh dari daftar kandidat juara ketika mereka masih berjuang di fase liga. Namun pada akhirnya, mereka justru mengangkat trofi. Konteks seperti ini mengingatkan bahwa kesimpulan di fase awal harus tetap hati-hati. Namun performa Bayern di Paris terasa berbeda. Bukan sekadar pernyataan, tetapi fondasi yang kokoh.

Di bawah Vincent Kompany, Bayern tampil dengan intensitas, struktur, dan keyakinan yang sangat terukur. Mereka menekan tinggi, memenangkan duel penting, dan mengubah tekanan menjadi peluang. Mereka tidak hanya bermain baik, mereka mengontrol pertandingan.

Jika ada satu pesan yang ingin disampaikan Kompany kepada timnya, itu adalah keseimbangan antara kepercayaan diri dan kewaspadaan. Ia mengatakan, “Ketika ada hype, jangan terlalu percaya. Anda [para pemain Bayern] tidak sebagus itu.” Sebuah pengingat bahwa perjalanan masih panjang.

Dominasi Bayern di Babak Pertama

Sejak menit awal, Bayern menunjukkan agresivitas dalam pressing. Mereka menempel pemain lawan secara man-to-man, memaksa PSG melakukan kesalahan dalam membangun serangan dari belakang. Luis Enrique mengakui timnya terlalu longgar dalam penguasaan bola, sehingga memberikan hadiah bagi Bayern.

Gol pertama datang cepat setelah Dayot Upamecano memotong sentuhan lemah Nuno Mendes dan mengirim bola ke depan dengan cepat. Luis Diaz menyelesaikan peluang itu untuk mencetak gol pembuka. Ini adalah gambaran jelas bagaimana Bayern mengubah tekanan menjadi serangan terstruktur dalam hitungan detik.

Gol kedua Diaz berawal dari kesalahan Marquinhos, yang kembali kehilangan bola di area berbahaya. Bayern tidak hanya memenangkan duel fisik, tetapi juga membaca ritme permainan dengan sangat tepat.

Dalam 45 menit pertama, Bayern bisa saja unggul lebih dari dua gol. Pergerakan cepat dan perpindahan posisi terus membongkar struktur pertahanan PSG, yang terlihat selalu satu langkah terlambat dalam merespons.

Fleksibilitas Peran dan Struktur Taktis yang Cair

Salah satu aspek paling mencolok dari performa Bayern kali ini adalah fleksibilitas para pemainnya. Harry Kane beberapa kali turun jauh ke lini tengah, bahkan mendekati area bek tengah, untuk membuka ruang dan mengalirkan bola ke sisi sayap.

Upamecano sering muncul di kanal kanan lapangan PSG, bukan hanya di area bertahannya sendiri, memotong serangan dan kemudian menginisiasi progresi permainan. Di sisi lain, Josip Stanisic terlihat muncul di zona menyerang, membantu menambah jumlah pemain di depan dan menciptakan kelebihan jumlah.

Gerakan ini bukan kebetulan. Mereka adalah hasil dari struktur yang memberi kebebasan dalam ruang tertentu, tapi tetap disiplin dalam transisi bertahan. Kompany menegaskan bahwa semuanya berawal dari dasar: memenangkan duel dan menguasai bola kedua.

Kombinasi teknik, fisik, dan pemahaman taktik inilah yang menjadikan Bayern tampak siap menghadapi lawan dengan profil apa pun.

Ujian Setelah Kartu Merah Luis Diaz

Pertandingan berubah ketika Diaz menerima kartu merah akibat tekel berbahaya kepada Achraf Hakimi. Dalam situasi memainkan 10 pemain di kandang lawan, banyak tim biasanya memilih bertahan sepenuhnya dan berharap keberuntungan.

Namun Bayern tidak kehilangan ketenangan. PSG mencetak gol melalui tendangan voli Joao Neves, tetapi setelah itu Bayern tetap menjaga blok pertahanan dengan disiplin tinggi. Mereka memaksa PSG melepaskan tembakan jarak jauh dan umpan silang tanpa tujuan jelas.

Manuel Neuer nyaris tidak mendapat ancaman berat. Ini bukan sekadar bertahan dalam, tetapi bertahan dengan kontrol. Kompany menyebutnya sebagai kunci penting untuk dibawa sepanjang musim, bukti bahwa timnya bisa menghadapi situasi sulit tanpa panik.

Bayern kini memimpin klasemen Bundesliga dan Liga Champions. Mereka belum kehilangan satu poin pun dalam 13 pertandingan di dua kompetisi tersebut. Namun Kompany dengan sengaja menolak euforia.

Read Entire Article
Bisnis | Football |