Real Madrid dan Masalah Keteguhan Xabi Alonso: Mengapa Keengganannya Bisa Menghambat Ledakan Lini Serang Los Blancos

Liputan6.com, Jakarta Real Madrid tengah memasuki fase pelik dalam perjalanan mereka di La Liga musim ini. Hasil imbang beruntun membuat tekanan terhadap Xabi Alonso mulai meningkat, terutama terkait keputusannya yang dinilai kurang tepat dalam memaksimalkan opsi lini depan. Meskipun memiliki stok penyerang yang menjanjikan, Alonso tampak kukuh dengan pendekatannya.

Sementara Kylian Mbappe selalu menjadi pilihan utama, persoalan muncul ketika Real Madrid membutuhkan perubahan cepat di lini serang. Dalam laga kontra Girona yang berakhir 1-1 pekan lalu, Alonso baru memasukkan Gonzalo Garcia pada menit ke-90, padahal momentum laga jelas membutuhkan respons lebih awal. Keputusan itu semakin dipertanyakan karena Endrick—penyerang muda yang digadang-gadang sebagai masa depan klub—kembali diabaikan.

Situasi ini menimbulkan tanda tanya besar: mengapa Alonso begitu enggan memberi menit bermain bagi penyerang berusia 19 tahun asal Brasil tersebut? Pasalnya, performa Real Madrid yang stagnan dalam beberapa pertandingan terakhir menunjukkan kebutuhan akan variasi serangan yang lebih segar.

Endrick baru tampil sekali di La Liga musim ini, sebagai pemain pengganti ketika Real Madrid menang 4-0 atas Valencia. Minimnya menit bermain membuatnya mulai dikaitkan dengan rencana peminjaman pada Januari mendatang, dengan Lyon dikabarkan sebagai kandidat terkuat.

Alonso memilih Gonzalo Garcia dibanding Endrick ketika butuh tenaga tambahan di lini depan. Garcia memang menjanjikan, tetapi keputusan memasukkannya pada menit ke-90 melahirkan kritik tersendiri. Los Blancos kini merindukan sosok seperti Joselu—penyerang yang sangat efektif sebagai 'impact player' pada musim 2023/24.

Lebih jauh, Real Madrid justru dikabarkan mempertimbangkan opsi mendatangkan striker veteran seperti Niclas Fullkrug pada bursa Januari, bahkan tersiar kabar bahwa Karim Benzema membuka peluang kembali ke klub. Situasi ini terlihat kontradiktif mengingat mereka memiliki talenta muda dengan potensi besar, tetapi nyaris tidak dioptimalkan.

Real Madrid kini tertinggal dari Barcelona, dan tekanan terhadap Alonso mulai meningkat. Mereka sudah meraih tiga hasil imbang beruntun di liga. Dalam kondisi demikian, keputusan untuk terus mencadangkan Endrick menjadi semakin sulit dipahami.

Secara statistik, Endrick sebenarnya menunjukkan perkembangan positif musim lalu. Ia mencetak tujuh gol dan satu assist dalam 37 pertandingan di semua kompetisi, termasuk masing-masing satu gol di La Liga dan Liga Champions. Yang paling mencolok adalah performanya di Copa del Rey, ketika ia mencetak lima gol hanya dalam enam penampilan.

Menariknya, pada ajang tersebut ia diberi kesempatan menjadi starter. Akan tetapi, pada final melawan Barcelona yang berakhir 3-2 untuk rival abadi mereka, Endrick hanya tampil selama sembilan menit. Namun, Carlo Ancelotti setidaknya memperlihatkan kepercayaan yang jauh lebih besar dibanding Alonso saat ini.

Minimnya menit bermain di Real Madrid berdampak langsung pada karier internasionalnya. Ancelotti selaku pelatih Timnas Brasil juga tidak memanggilnya dalam beberapa laga terakhir. Hal ini sangat disayangkan mengingat Endrick sebelumnya sempat mencetak gol beruntun untuk Selecao—melawan Inggris, Spanyol, dan Meksiko—dan dipandang sebagai harapan besar generasi baru Brasil.

Kini, ia telah melewati delapan pertandingan tanpa panggilan internasional. Jika situasi ini tidak berubah, peluangnya untuk tampil di Piala Dunia musim panas mendatang bisa hilang begitu saja.

Xabi Alonso tentu memiliki strateginya sendiri. Namun, jika Los Blancos ingin membuat lini serangnya kembali meledak, keputusan untuk memberi kesempatan kepada Endrick tampaknya bukan hanya logis, tetapi juga mendesak.

Sumber: The Real Champs