Liputan6.com, Jakarta - Federal Reserve (The Fed) menyetujui pemangkasan suku bunga kedua berturut-turut pada Kamis, 7 November 2024 bergerak dengan kecepatan yang tidak seagresif sebelumnya tetapi tetap melanjutkan upayanya untuk menyesuaikan kebijakan moneter Amerika Serikat.
Melansir CNBC International, Kamis (8/11/2024) Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menurunkan suku bunga acuan pinjaman sebesar seperempat poin persentase atau 25 basis poin, ke kisaran target 4,50%-4,75%.
Pemangkasan ini pun sesuai dengan prediksi pasar, yang telah dikomunikasikan baik pada pertemuan September maupun dalam pernyataan tindak lanjut dari para pembuat kebijakan sejak saat itu.
Pemangkasan suku bunga dilakukan dengan pemungutan suara bulat komite. Kali ini, Gubernur The Fed Michelle Bowman menyetujui keputusan tersebut.
Pernyataan pascapertemuan mencerminkan beberapa perubahan dalam cara The Fed memandang kondisi ekonomi AS. Di antaranya adalah perubahan pandangan dalam cara menilai upaya untuk menurunkan inflasi sambil mendukung pasar tenaga kerja.
"Komite menilai bahwa risiko untuk mencapai sasaran ketenagakerjaan dan inflasi secara kasar seimbang," tulis The Fed dalam risalah terbaru.
Para pedagang kini memperkirakan The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga seperempat poin persentase pada bulan Desember mendatang, lalu berhenti pada bulan Januari karena menilai dampak dari langkah pengetatannya, menurut alat FedWatch milik CME Group.
"Kami menafsirkan pernyataan tersebut secara keseluruhan sebagai petunjuk ke jalur kebijakan yang stabil saat ini. karena para pembuat kebijakan meluangkan waktu untuk mencerna dampak kemenangan Trump pada kebijakan ekonomi, kondisi keuangan, dan semangat, dengan pemotongan lain pada bulan Desember sebagai kasus dasar yang baik," kata Krishna Guha, wakil ketua Evercore ISI.
FOMC mengindikasikan pada bulan September 2024 bahwa para anggota mengharapkan pemotongan suku bunga hingga setengah poin persentase lagi pada akhir tahun ini dan kemudian satu poin persentase penuh lagi pada tahun 2025.
The Fed Pastikan Hasil Pilpres AS Tak Pengaruhi Kebijakan Suku Bunga
Seperti diketahui, Presiden terpilih AS, Donald Trump memperoleh kemenangan pada Pemilu Nasional yang diselenggarakan pekan ini.
Para ekonom sebagian besar memperkirakan kebijakan ekonomi Trump akan menimbulkan tantangan bagi inflasi, dengan niatnya mengenakan tarif impor dan deportasi massal bagi imigran tidak berdokumen.
Namun, pada masa jabatan pertamanya, inflasi tetap rendah sementara pertumbuhan ekonomi, di luar fase awal pandemi Covid, tetap kuat.
Akselerasi aktivitas ekonomi di bawah Trump dapat mendorong Yhe Fed untuk memangkas suku bunga lebih sedikit, tergantung pada bagaimana inflasi bereaksi.
Powell mengatakan pemerintahan baru tidak akan secara langsung memengaruhi kebijakan moneter.
"Dalam waktu dekat, pemilu tidak akan memengaruhi keputusan kebijakan kami," kata Powell.
Harga Emas Menguat Usai The Fed Pangkas Suku Bunga
Sebelumnya, harga emas naik lebih dari satu persen pada perdagangan Kamis, 7 November 2024. Koreksi harga emas didorong dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah. Di sisi lain, the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS memangkas suku bunga 25 basis poin seperti yang diharapkan.
Mengutip CNBC, Jumat (8/11/2024), harga emas di pasar spot naik 1,2 persen menjadi USD 2.691,36 per ounce, setelah susut ke level terendah dalam tiga minggu pada Rabu pekan ini. Harga emas berjangka AS ditutup mendaki 1,1 persen ke posisi USD 2.705,80.
Selain itu, perak spot naik 1,8% menjadi USD 31,71 per ounce, platinum naik 0,6% menjadi USD 992,65 dan paladium turun 1,3% menjadi USD 1.021,25.
Di sisi lain, pada akhir pertemuan kebijakan dua hari, bank sentral AS memangkas suku bunga acuan menjadi 4,5 persen-4,75 persen. Selain itu, pembuat kebijakan juga memperhatikan pasar kerja yang secara umum telah mereda.
Tekanan pada Dolar AS
Suku bunga AS yang lebih rendah memberi tekanan pada dolar AS dan imbal hasil obligasi. Hal itu meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
“Emas tetap berada dalam pasar bull yang kuat dan tidak ada peristiwa pekan ini, dari pemilihan umum hingga keputusan the Fed hari ini yang mungkin akan mengubahnya,” ujar Pelaku Pasar Tai Wong.
Indeks dolar turun 0,6% terhadap mata uang lainnya setelah naik ke level tertinggi empat bulan usai kemenangan mantan Presiden Republik Donald Trump dalam pemilihan presiden pada Selasa pekan ini. Para pedagang saat ini memperkirakan pemangkasan 25 basis poin lagi oleh Fed pada Desember, menurut data LSEG.
"Dengan kembalinya Trump ke tampuk kekuasaan, setiap penurunan suku bunga di masa mendatang mungkin akan lebih sulit dicapai karena kekhawatiran bahwa harga yang lebih tinggi dan inflasi yang lebih tinggi memaksa bank sentral untuk mempertahankan kebijakan restriktif lebih lama dari yang mereka inginkan," tulis analis independen Michael Hewson dalam sebuah catatan.