Liputan6.com, Jakarta Dalam hiruk pikuk euforia kelolosan Timnas Indonesia U-23 ke semifinal Piala AFF U-23 2025 dan sorotan pada pemain-pemain yang mencetak gol atau menciptakan assist, mudah bagi kita untuk melewatkan peran-peran yang tak terlihat seperti yang dilakukan Toni Firmansyah.
Jika ditelisik lebih dalam, kiprah Timnas Indonesia U-23 di fase grup Piala AFF U-23 2025, satu nama layak mendapat sorotan khusus yakni Toni Firmansyah. Dia tak bikin gol atau assist, tapi bekerja dalam senyap.
Toni mungkin tak tercatat di papan skor atau kolom assist. Namanya tak segemerlap Jens Raven yang sudah mencetak enam gol, atau Robi Darwis yang menjadi jenderal lini tengah dengan empat assist.
Tapi dalam senyap, gelandang asal klub Persebaya Surabaya itu adalah fondasi kokoh yang memungkinkan gemerlap itu bersinar. Toni Firmansyah adalah pekerja kotor yang rela berjibaku untuk menyeimbangkan tim. Dia bekerja untuk keseluruhan tim.
Si Pekerja Keras yang Tak Tercatat di Headline
Di bawah asuhan Gerald Vanenburg, Toni Firmansyah diubah perannya secara drastis. Di Persebaya Surabaya, pemain 20 tahun ini lebih dikenal sebagai gelandang serang dengan kemampuan ofensif yang mumpuni. Namun, di level tim nasional, Toni diberi mandat berbeda, menjadi gelandang bertahan.
Itu bukan peran yang mudah, apalagi mengingat karakter alami Toni yang lebih menyerang. Tapi Toni menunjukkan kedewasaan taktikal luar biasa. Ia menerima peran baru itu tanpa keluhan dan menjalaninya dengan penuh tanggung jawab.
Hasilnya? Toni mencatatkan 10 tekel di fase grup, tertinggi dibanding pemain lain di turnamen ini. Dari jumlah itu, 7 tekel sukses, menunjukkan efisiensi dan ketepatan dalam membaca permainan lawan. Tak hanya itu, ia juga menambahkan satu intersep dan lima sapuan, menjadikannya pemain Indonesia dengan sapuan terbanyak sejauh ini.
Statistik ini bukan sekadar angka. Mereka adalah cerminan dari dedikasi Toni dalam menjalankan peran yang tak banyak mendapat sorotan kamera, peran yang kerap kotor, penuh benturan, dan memerlukan fokus serta keberanian.
Lebih dari Sekadar Pemotong Serangan
Meski ditugaskan sebagai gelandang bertahan, Toni tak melupakan akarnya sebagai pemain kreatif. Hal ini terlihat dari kontribusinya dalam fase pembangunan serangan.
Toni jadi pemain kedua dengan jumlah umpan paling banyak kedua di skuad Indonesia pada fase grup. Toni melepas 181 umpan (164 sukses). Dia hanya kalah dari Robi Darwis yang mampu mencatatkan 200 umpan. Robi Darwis memang punya menit bermain lebih baik.
Yang menarik, sebagian besar umpan Toni bersifat progresif, cenderung ke depan, bukan sekadar mengalirkan bola secara horizontal. Ini menunjukkan bahwa Toni tetap mampu membawa visi menyerang dari posisi yang lebih dalam. Ia tak sekadar memotong aliran bola lawan, tetapi juga menjadi penggerak transisi.
Pilar Senyap di Balik Langkah Garuda Muda
Indonesia menutup fase grup dengan hasil memuaskan: juara Grup A dengan tujuh poin, hasil dari kemenangan atas Brunei Darussalam (8-0) dan Filipina (1-0), serta hasil imbang tanpa gol melawan Malaysia. Banyak pihak menyoroti ketajaman Jens Raven dan kreativitas Robi Darwis. Tapi keberhasilan ini juga berakar dari fondasi kuat yang dibangun Toni Firmansyah di lini tengah.
Ia menjadi penyeimbang yang membuat Robi bisa lebih bebas bergerak ke depan, dan memberi perlindungan pada lini belakang saat lawan mencoba menekan. Toni adalah tameng pertama dan terakhir sebelum bola mencapai area berbahaya.Layak Dihargai
Dalam sepak bola, tak semua pahlawan mengenakan jubah. Ada yang bertarung dalam diam, membersihkan kekacauan, dan memastikan semuanya berjalan lancar. Toni Firmansyah adalah pahlawan semacam itu untuk Timnas U-23.