Liputan6.com, Jakarta - Presiden Rusia, Vladimir Putin optimistis negara anggota BRICS akan menghasilkan sebagian besar pertumbuhan ekonomi global dalam beberapa tahun mendatang, berkat ukurannya dan pertumbuhan yang relatif cepat dibandingkan dengan negara-negara Barat
Pemimpin Rusia tersebut akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak BRICS di kota Kazan, Rusia, pada 22-24 Oktober mendatang.
"Negara-negara dalam asosiasi kami pada dasarnya adalah pendorong pertumbuhan ekonomi global. Di masa mendatang, BRICS akan menghasilkan peningkatan utama dalam PDB global,” ujar Putin kepada para pejabat dan pengusaha di forum BRICS di Moskow, dikutip dari CNBC International, Senin (21/10/2024).
"Pertumbuhan ekonomi anggota BRICS akan semakin tidak bergantung pada pengaruh atau campur tangan eksternal. Ini pada dasarnya adalah kedaulatan ekonomi,” ucap Putin.
Dalam BRICS, Rusia mengajak negara-negara lain bekerja sama dengannya untuk merombak sistem keuangan global dan mengakhiri dominasi dolar AS.
Tiongkok, India, dan UEA mengonfirmasi pada Jumat pekan lalu para pemimpin mereka akan menghadiri pertemuan puncak BRICS di Kazan.
Selain itu, Putin juga menyebutkan 30 negara di seluruh dunia telah menyatakan minatnya untuk bekerja sama dengan kelompok BRICS dan pertemuan puncak minggu depan akan mempertimbangkan kemungkinan opsi untuk perluasan lebih lanjut kelompok tersebut.
"Pintu terbuka, kami tidak menghalangi siapa pun,” ungkap Putin kepada wartawan dari negara-negara BRICS.
Putin mengutip beberapa inisiatif yang telah digariskan Rusia sebelumnya menjelang pertemuan puncak, termasuk sistem pembayaran lintas batas bersama dan perusahaan reasuransi.
Inisiatif Keuangan Rusia
Putin juga mengatakan, anggota kelompok tersebut sedang mengerjakan sistem pengiriman pesan keuangan seperti SWIFT yang kebal terhadap sanksi Barat dan penggunaan mata uang digital nasional dalam membiayai proyek investasi dengan potensi pertumbuhan tinggi di dalam dan di luar BRICS.
Ia menekankan inisiatif keuangan Rusia untuk pertemuan puncak tersebut menyiratkan penggunaan mata uang nasional secara luas, sementara pembicaraan tentang penciptaan mata uang tunggal untuk kelompok BRICS masih terlalu awal.
Ia meminta Bank Pembangunan Baru, satu-satunya lembaga pembangunan multilateral yang berfungsi di BRICS, untuk berinvestasi dalam teknologi dan infrastruktur.
"Sebagai lembaga pembangunan, bank tersebut telah berfungsi sebagai alternatif bagi banyak mekanisme keuangan Barat, dan kami tentu akan terus mengembangkannya," kata Putin.
Malaysia Bersiap Gabung Kelompok Negara BRICS, Indonesia Kalah Cepat
Sebelumnya, Malaysia tengah bersiap untuk bergabung dengan kelompok ekonomi negara berkembang BRICS. Hal itu diungkapkan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. dalam sebuah wawancara dengan media China, Guancha.
“Kami telah mengambil keputusan, kami akan segera menerapkan prosedur formal… kami hanya menunggu hasil akhir dari pemerintah di Afrika Selatan,” kata PM Malaysia Anwar dalam video wawancaranya, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (20/6/2024).
Perwakilan dari kantor PM Anwar Ibrahim pun telah mengkonfirmasi pernyataannya.
Namun, PM Anwar tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang proses pengajuan Malaysia ke BRICS.
Komentar PM Anwar muncul menjelang kunjungan tiga hari Perdana Menteri China Li Qiang ke Malaysia minggu ini, sebagai bagian dari perayaan 50 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Malaysia dan China diperkirakan akan menandatangani beberapa kesepakatan selama kunjungan LM Li Qiant, termasuk memperbarui perjanjian kerja sama perdagangan dan ekonomi yang berdurasi lima tahun.
Sementara itu, di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia, Thailand, Myanmar, Laos, dan Kamboja sebelumnya telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan aliansi perdagangan tersebut, sementara Vietnam mengatakan mereka “memantau dengan cermat proses perluasan keanggotaan BRICS”.
Seperti diketahui, kelompok negara BRICS awalnya mencakup Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, yang memberinya akronim.
kelompok ekonomi negara berkembang tahun lalu mulai memperluas keanggotaannya untuk menyaingi tatanan dunia yang didominasi oleh perekonomian Barat, dengan Arab Saudi, Iran, Ethiopia, Mesir, Argentina dan Uni Emirat Arab bergabung dan lebih dari 40 negara menyatakan minatnya.
Indonesia juga Berminat Gabung BRICS
Setelah berpartisipasi dalam KTT BRICS pada Agustus 2023 lalu, Presiden Indonesia Joko Widodo menegaskan bahwa pemerintahannya sedang “meninjau dan mempertimbangkan kemungkinan negara untuk bergabung dengan kelompok tersebut”, menurut pernyataan pemerintah.
Juga pada bulan Januari 2024, kantor berita Antara melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pihaknya terus memperhatikan kemungkinan bergabung dengan aliansi perdagangan tersebut dan mempertimbangkan manfaat yang akan diperoleh dari keanggotaan tersebut.
Namun Menlu Retno menambahkan bahwa Indonesia tidak akan terburu-buru dalam prosesnya.
“Kebijakan luar negeri kita selalu dipertimbangkan dengan matang. Tidak ada keputusan yang diambil begitu saja (tanpa pertimbangan yang matang). Oleh karena itu, untuk saat ini Indonesia masih mempelajari manfaat yang bisa diperoleh dengan bergabung dengan BRICS,” ujarnya.
Sementara itu, Kabinet Thailand bulan lalu menyetujui rancangan surat pemerintah yang mengindikasikan niat Bangkok untuk menjadi anggota BRICS, menurut laporan South China Morning Post.