5 Catatan Penting Final Liga Champions PSG 5-0 Inter Milan: Antara Treble dan Trouble!

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta PSG menunjukkan performa bagus pada laga final Liga Champions melawan Inter Milan di Allianz Arena, Minggu 1 Juni 2025. PSG memenangkan laga dengan skor telak 5-0 atas Inter Milan dan mengamankan gelar juara.

PSG tampil agresif sejak menit awal dan mampu memanfaatkan peluang. Desire Doue menunjukkan performa gemilang dengan memborong dua gol. Sementara Achraf Hakimi, Khvicha Kvaratskhelia dan Senny Mayulu masing-masing menyumbang satu gol.

Bagi PSG, gelar ini punya arti yang sangat penting. Sebab, ini adalah gelar juara Liga Champions pertama dalam sejarah PSG. Mereka juga menghapus memori buruk saat kalah 0-1 dari Bayern Munchen di final edisi 2020 lalu.

Sementara, bagi Inter Milan, mimpin untuk meraih treble justru menjadi trouble. Inter Milan gagal meraih gelar sama sekali, dari peluang mendapat tiga gelar juara. Simak pelajaran laga PSG vs Inter Milan selengkapnya di bawah ini.

Lini Belakang Inter Milan Berantakan

PSG tampil bagus di final Liga Champions. Namun, dalam kemenangan telak mereka, ada kontribusi besar dari performa Inter Milan yang buruk. Terutama para pemain belakang Inter Milan.

Federico Dimarco salah dalam melakukan jebakan offside pada proses gol pertama PSG. Pada proses gol kedua, Dimarco juga telat turun dan blok yang tidak optimal membuat bola berubah arah.

Performa Alessandro Bastoni, Francesco Acerbi, dan Benjamin Pavard juga jauh dari optimal. Simone Inzaghi sempat mengubah komposisi pertahanan pada babak kedua. Namun, Yann Bisseck yang dimainkan justru harus diganti karena cedera.

Sepak Bola Menyerang jadi Pemenang

Duel PSG dan Inter Milan menyajikan dua tim dengan kutub sepak bola yang berbeda. PSG mengandalkan sepak bola menyerang, sementara Inter Milan bisa bermain dengan pragmatis dan menjadikan pertahanan sebagai kunci.

Beberapa tahun terakhir, gaya pragmatis acap kali berujung kesuksesan. Namun, PSG membuktikan bahwa ada banyak jalan untuk sukses. Sepak bola menyerang juga bisa menghasilkan gelar juara.

PSG tampil menyerang sejak fase awal Liga Champions. Hingga laga final, PSG bikin 38 gol di Liga Champions. Hanya satu tim yang mencetak gol lebih banyak dari mereka yakni Barcelona (43 gol), yang disingkirkan Inter Milan di semifinal.

Treble dan Kegemilangan Anak-anak Muda PSG

PSG meraih treble. Kesuksesan ini tak lepas dari kontribusi luar biasa para pemain muda. Desire Doue, gelandang 19 tahun yang direkrut dari Rennes, tampil gemilang dengan mencetak dua gol di final.

Lali, ada nama Senny Mayulu, juga berusia 19 tahun, menutup pesta gol di final dengan mencetak gol kelima. Sebelum final Liga Champions, mungkin namanya tidak banyak dibahas.

Selain dua nama di atas, masih ada nama Joao Neves (20), Warren Zaire-Emery (19), Bradley Barcola (22), Nuno Mendes (22), Beraldo (21), hingga Willian Pacho (23). PSG punya banyak pemain muda dan masa depan mereka cerah.

Sejarah Baru Liga Champions

Apa yang terjadi di final Liga Champions adalah antiklimaks. Inter Milan diyakini akan menunjukkan performa solid. Namun, mereka justru menjadi bulan-bulanan PSG dan mencatat sejarah minor.

Dalam sejarah Liga Champions, termasuk pada format lama, kemenangan terbesar di final adalah dengan margin empat gol. Dua tim mampu mencapai hal itu yakni AC Milan 4-0 Barcelona (1994) dan Real Madrid 7-3 Frankfurt (1960).

Kini, PSG membuat rekor baru. PSG menang dengan selisih lima gol di final. PSG jadi tim dengan kemenangan terbesar. Sedangkan, bagi Inter Milan, mereka punya catatan minor dengan kekalahan paling besar di final Liga Champions.

Penghargaan untuk Luis Enrique

Di balik semua cerita indah yang diukir PSG, ada dua nama yang layak dapat pujian yakni Luis Campos (Direktur Olahraga) dan Luis Enrique (pelatih). Mereka adalah otak dari proyek yang dibangun PSG.

Luis Enrique mengukir cerita indah bersama PSG. Dia membawa PSG meraih treble. Bagi Luis Enrique, ini adalah kali kedua dia meraih treble. Sebelumnya, Enrique meraih treble saat menjadi pelatih Barcelona.

Berdasar catatan Opta, hanya dua pelatih yang mampu meraih treble bersama dua tim berbeda. Selain Enrique, ada Pep Guardiola yang pernah mencatat prestasi itu. Pep melakukannya bersama Barcelona (2008/2009) dan Manchester City (2022/2023).

Read Entire Article
Bisnis | Football |