Liputan6.com, Jakarta Adrien Rabiot akhirnya resmi berkostum AC Milan setelah melewati masa sulit di Marseille. Gelandang asal Prancis itu hengkang tak lama setelah dirinya bersitegang dengan Jonathan Rowe di ruang ganti usai kekalahan 0-1 dari Rennes. Insiden tersebut membuat Rabiot masuk daftar transfer dan membuka jalan untuk pindah ke Italia.
Kepindahan ke Milan terjadi dengan cepat. Rossoneri memboyong Rabiot dengan biaya €10 juta termasuk bonus, dan mengikatnya dengan kontrak tiga tahun. Langkah ini disebut-sebut sebagai tambahan penting bagi skuad Milan yang tengah memburu Scudetto dan bersaing di Eropa.
Menariknya, kepindahan Rabiot juga mempertemukannya kembali dengan Massimiliano Allegri. Sang pelatih pernah menjadi sosok penting dalam perjalanan karier Rabiot saat masih berseragam Juventus. Kini, mereka kembali berada di satu tim, tapi kali ini dengan warna merah-hitam khas Milan.
Reuni ini bukan sekadar soal nostalgia. Bagi Milan, kehadiran Rabiot membawa pengalaman sekaligus fleksibilitas di lini tengah. Sementara bagi Rabiot sendiri, kembali bekerja sama dengan Allegri adalah kesempatan untuk menghidupkan kembali chemistry lama yang pernah mereka bangun.
Proses di Balik Layar Transfer Rabiot
Rabiot tak menampik jika transfernya ke AC Milan berlangsung begitu cepat. Ia menyebut semua berawal dari obrolannya dengan Allegri, yang lebih dulu menjabat sebagai pelatih Rossoneri. Ketika konflik di Marseille memanas, komunikasi mereka kembali intens.
Rabiot mengatakan bahwa Allegri berperan penting dalam mempercepat keputusan yang diambil. Dengan situasi yang tak kondusif di Marseille, Rabiot merasa pilihan terbaik adalah menerima tawaran Milan. Dari sana, proses berjalan tanpa hambatan hingga akhirnya kesepakatan tercapai.
Menurut laporan, pembicaraan final berlangsung di hari-hari terakhir bursa transfer. Rabiot bahkan menegaskan bahwa begitu Allegri menjelaskan proyek Milan kepadanya, ia langsung tertarik untuk bergabung. Kesamaan visi menjadi alasan utama dirinya tak ragu pindah.
“Semuanya selesai di hari-hari terakhir bursa transfer. Saya berbicara dengan Allegri ketika beliau tiba di Milan, tetapi saya masih terikat kontrak dengan Marseille," bukanya pada MilanNews.
"Lalu, ketika apa yang terjadi di Marseille terjadi, pelatih menelepon saya kembali, menjelaskan proyeknya kepada saya, dan akhirnya, semuanya berjalan cepat. Kami berhasil mencapai kesepakatan ini,” sambungnya.
Hubungan Erat dengan Allegri
Bukan rahasia lagi bila Rabiot punya ikatan erat dengan Massimiliano Allegri. Di Juventus, keduanya pernah bekerja sama dan menciptakan hubungan profesional yang solid. Hal itu membuat adaptasi Rabiot di Milan terasa lebih mudah.
Menurut Rabiot, Allegri bukan hanya seorang pelatih, tetapi juga sosok yang selalu menekankan mentalitas pemenang. Kedekatan itu membuat dirinya percaya penuh dengan proyek yang kini sedang dibangun di Milan.
Rabiot mengaku tetap menjaga komunikasi dengan Allegri meski sempat berpisah jalan setelah sang pelatih meninggalkan Juventus. Hubungan baik yang terjaga inilah yang membuat Rabiot merasa nyaman kembali dipimpin olehnya.
“Kami banyak berbagi. Saya langsung akrab dengannya di Juve. Ia punya mentalitas yang tepat untuk menang; ia hidup untuk sepak bola, sama seperti saya," jelasnya.
"Kami punya hubungan yang sangat baik, bahkan setelah ia meninggalkan Juve, kami masih sering mengobrol dan bahkan bertemu. Sebelum menjadi pelatih hebat, ia orang yang hebat,” puji Rabiot.
(MilanNews)