Andai Kylian Mbappe Masih di PSG

3 days ago 11

Liputan6.com, Jakarta Musim panas 2024 ditandai perubahan besar di Paris. Kylian Mbappe, ikon Paris Saint-Germain (PSG) selama beberapa tahun terakhir, memilih pindah ke Real Madrid demi satu ambisi: trofi Liga Champions.

Namun, kenyataan berjalan berlawanan dengan harapannya. Di Liga Champions musim ini, Real Madrid tersingkir di perempat final oleh Arsenal—tim yang kemudian disingkirkan PSG di semifinal.

PSG melaju tanpa ampun. Mereka menutup musim dengan menaklukkan Inter Milan 5-0 di final dan meraih treble bersejarah. Ironisnya, trofi yang dikejar Mbappe justru diraih mantan klubnya setelah dia pergi.

Andai Mbappe tetap di Paris dan tidak hijrah ke Madrid, apakah semua ini akan tetap terjadi?

Tanpa Mbappe, PSG Lebih Harmonis?

Kemenangan PSG di Allianz Arena bukan sekadar hasil, tapi pernyataan. Dengan permainan kolektif dan agresivitas tinggi, mereka menghancurkan Inter Milan tanpa ampun.

Achraf Hakimi dan Desire Doue membawa PSG unggul dua gol di babak pertama. Usai jeda, Luis Enrique menunjukkan betapa timnya belum puas. Doue mencetak gol keduanya, lalu Khvicha Kvaratskhelia dan Senny Mayulu melengkapi pesta.

Trofi Liga Champions perdana PSG datang lewat performa komplet. Dari kerja keras hingga pengambilan keputusan, tim ini tampil hampir sempurna di semua aspek permainan.

“Mereka Tak akan Menang Jika Masih Ada Mbappe”

Pertanyaan pun muncul: bagaimana jika Mbappe tetap bertahan? Dalam segmen ESPN FC, analis Stewart Robson memberi jawaban yang lugas—tidak akan sebaik ini.

“Saya rasa mereka tidak akan sebagus ini kalau Mbappe masih di tim,” kata Robson. “Dia pemain hebat, memang. Dia mencetak banyak gol di Madrid musim ini. Namun, tingkat kerja kerasnya tak cukup. Jika satu pemain tidak menekan atau merebut bola, yang lain juga sulit mendekat.”

Robson menekankan bahwa kekompakan PSG menjadi kunci keberhasilan mereka. “Di seluruh lapangan—intensitas, energi, atletisme pemain PSG—sungguh luar biasa. Mereka membuat keputusan yang tepat dengan campuran pemain muda dan berpengalaman. Kapan menekan, kapan menahan, kapan main satu sentuhan, kapan mulai dari belakang. Itu penampilan tim yang komplet.”

Bukan Salah Mbappe, tapi Ini PSG yang Berbeda

Pernyataan Robson bukan berarti Mbappe penyebab kegagalan. Dia tetap striker kelas dunia. Namun, PSG 2024/2025 bukan lagi tim yang bertumpu pada satu bintang.

Luis Enrique membangun tim yang lebih egaliter. Semua pemain bekerja keras, semua terlibat dalam fase bertahan maupun menyerang. PSG tak lagi bergantung pada individu untuk menciptakan momen magis.

Dengan atau tanpa Mbappe, PSG mungkin tetap kompetitif. Akan tetapi, harmoni, kerja kolektif, dan struktur timlah yang akhirnya mengantar mereka ke puncak Eropa.

Trofi yang Datang Saat sang Bintang Pergi

Mbappe meninggalkan Paris untuk mengejar mimpi. Namun, kadang mimpi justru datang di tempat yang ditinggalkan.

PSG membuktikan bahwa proyek besar mereka tak mati dengan kepergian sang ikon. Justru dari kepergian itulah lahir tim yang lebih solid dan efisien.

Apakah mereka akan menang jika Mbappe masih di sana? Tak ada jawaban pasti. Namun, satu hal jelas: PSG juara tanpa membutuhkan sentuhan magis dari sang superstar.

Read Entire Article
Bisnis | Football |