Liputan6.com, Jakarta Musim buruk Manchester United menyisakan satu cahaya terang: Bruno Fernandes. Dalam tim yang pincang, Fernandes tampil sebagai sosok penentu dan penggerak utama.
Andai kontribusinya dihapus, MU nyaris terjun ke zona degradasi Premier League. Bahkan kelolosan ke final Liga Europa pun hampir mustahil tanpa dirinya.
Artikel ini akan mengupas betapa krusialnya peran Fernandes, mulai dari statistik luar biasa hingga kepemimpinannya di balik layar. Siap-siap terkejut melihat seberapa dalam dampaknya bagi klub.
Statistik Bicara: Tanpa Bruno, MU Jatuh Bebas
Jika gol dan assist Bruno Fernandes dihapus dari semua pertandingan musim ini, Manchester United akan mengalami krisis hasil. Delapan kemenangan berubah jadi imbang, dan delapan hasil imbang menjadi kekalahan.
Hasil itu akan merosotkan catatan MU menjadi hanya 15 kemenangan dari 60 pertandingan, dan posisi mereka di Premier League nyaris masuk zona degradasi. MU hanya akan aman dari jeratan degradasi dua pekan sebelum musim usai, dengan selisih 10 poin dari dasar klasemen.
Di Eropa, dampaknya tak kalah besar. Tanpa kontribusi Fernandes, lolos ke fase gugur Liga Europa pun tak akan tercapai, apalagi menembus partai final.
Fernandes Bukan Sekadar Pemain Biasa
Menggantikan Fernandes bukan perkara mudah. Tak ada pemain lain di Old Trafford — bahkan di Premier League — yang punya kombinasi visi bermain dan kecerdasan emosional setinggi dirinya.
Selama lima setengah tahun membela MU, ia selalu jadi pusat permainan, bahkan saat tim bermain buruk. Musim ini menjadi bukti paling gamblang, saat ia mengangkat performa tim yang dilanda krisis performa dan cedera.
Kata pelatih Ruben Amorim merangkum semuanya: “Kami butuh lebih banyak sosok seperti Bruno.”
Awal Musim yang Sulit, Akhirnya Meledak
Meski kini dielu-elukan, Fernandes tak luput dari kritik. Awal musimnya jeblok, termasuk dua kartu merah beruntun saat melawan Tottenham dan Porto.
Dalam 11 laga awal, ia belum mencetak gol dan hanya mencatatkan empat assist, semuanya melawan tim lemah. Hal itu membuat publik mulai meragukan kapasitasnya sebagai kapten.
Namun Erik ten Hag kala itu tetap yakin. Dan benar, sejak mencetak gol di laga debut Ruud van Nistelrooy sebagai caretaker, performanya melesat tajam.
Mesin Gol, Pengubah Permainan
Fernandes mengakhiri musim dengan 19 gol dan 18 assist di semua kompetisi. Bahkan jika penalti dikecualikan, kontribusinya nyaris menyamai musim terbaiknya di 2020/2021.
Lebih dari itu, hampir 75% dari kontribusi golnya bersifat menentukan. Entah membuka keunggulan atau menyamakan kedudukan, Fernandes adalah penentu arah pertandingan.
Tak ada pemain MU lain yang lebih banyak mengubah jalannya laga sejak ia datang. Dia bukan hanya playmaker, tapi juga game-changer sejati.
Kapten yang Peduli, Pemimpin Sejati
Lebih dari sekadar bintang lapangan, Fernandes juga jadi panutan di luar lapangan. Saat klub memotong hak staf di final FA Cup, ia menawarkan diri menanggung biaya mereka.
Di bulan Februari, ia menggelar acara makan malam dan bowling untuk menyemangati tim dan staf, semua dibayarnya sendiri. Kepeduliannya nyata, bukan sekadar pencitraan.
Bahkan saat ia diskors dan melihat Zirkzee diejek fans, Fernandes turun langsung dari tribun untuk menenangkannya. Ini bukan tindakan biasa dari seorang pemain bintang.
Masa Depan yang Masih Abu-Abu
Meski kontraknya masih berlaku hingga 2028, ketertarikan dari Al Hilal membuat masa depan Fernandes diselimuti tanda tanya. Tawaran gaji fantastis bisa menggoyahkan loyalitasnya.
Usai final Liga Europa, Fernandes secara terbuka menyatakan siap hengkang jika klub ingin menjualnya. Jika jadi pergi, MU diperkirakan akan menerima setidaknya £80 juta.
Namun kepergiannya berarti kehilangan lebih dari sekadar pemain terbaik. Itu akan jadi kehilangan kapten, pemimpin, dan satu-satunya alasan MU tak runtuh total musim ini.