Liputan6.com, Jakarta - Indonesia belum lama ini memperingati Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2025 yang jatuh pada 9 September. Perayaan itu jadi momentum penting untuk mengingat kembali semangat sportivitas bangsa.
Lebih dari itu, peringatan Haornas juga menjadi waktu untuk mengenang berbagai pencapaian gemilang atlet-atlet Indonesia di kancah internasional.
Salah satu era paling membanggakan dalam sejarah olahraga Indonesia adalah masa kejayaan bulu tangkis, yang tidak bisa dilepaskan dari nama besar Susy Susanti.
Legenda bulu tangkis tunggal putri itu mengukir sejarah dengan meraih medali emas Olimpiade pertama bagi Indonesia.
Kemenangan heroik tersebut terjadi pada Olimpiade Barcelona 1992. Hal ini sekaligus membuka gerbang bagi dominasi bulu tangkis Indonesia di panggung dunia pada era itu.
Kisah perjuangan dan dedikasi Susy Susanti, bersama dengan atlet-atlet hebat lainnya, menjadi inspirasi tak terbatas bagi generasi penerus, khususnya di momentum Haornas 2025.
Lantas bagaimana perjalanan Susy dalam merebut medali emas lebih dari tiga dekade silam? Simak ulasan lengkapnya pada halaman berikut ini.
Keberhasilan Susi Susanti meraih medali emas tunggal putri di Olimpiade 1992 Barcelona kembali dikenang oleh akun Twitter Olimpiade.
Debut Resmi Bulu Tangkis di Olimpiade 1992
Olimpiade Barcelona 1992 merupakan tonggak sejarah bagi Indonesia sebabuntuk pertama kalinya bendera Merah Putih berkibar di podium tertinggi ajang olahraga multievent terakbar dunia.
Momen bersejarah badminton dibuka oleh legenda bulu tangkis tunggal putri, Susy Susanti, yang berhasil meraih medali emas.
Kemenangannya kian spesial sebab tidak hanya menandai emas perdana bagi Indonesia, tetapi juga bertepatan dengan debut bulu tangkis sebagai cabang olahraga resmi yang memperebutkan medali di Olimpiade.
Sebelum Barcelona 1992, bulu tangkis telah menjadi cabang demonstrasi pada 1972 dan cabang ekshibisi pada tahu. Empat tahun berselang, barulah bulu tangkis secara resmi dipertandingkan sebagai cabang olahraga yang memperebutkan medali.
Hal ini membuka peluang besar bagi Indonesia, yang kala itu memiliki kekuatan bulu tangkis sangat solid. Terbukti, kontingen Indonesia sukses membawa pulang medali emas lewat Susy Susanti dan pebulu tangkis lain: Alan Budikusuma.
Perjalanan Menuju Emas
Susy Susanti mengawali kiprahnya di Olimpiade Barcelona 1992 dari babak kedua setelah mendapatkan bye di babak pertama. Perjalanannya menuju final terbilang solid sebab dia tidak kehilangan satu game pun hingga babak semifinal.
Secara rinci, Susy menghadapi tunggal putri Jepang, Harumi Kohara di partai kedua. Dia menang mudah dengan skor 11-2, 11-2.
Dominasi ini berlanjut ketika tunggal putri tanah air menantang pebulu tangkis Hong Kong, Wong Chun Fan. Susy Susanti lagi-lagi menang 11-4, 11-2.
Di perempat final, Susy harus berhadapan dengan wakil Thailand, Somharuthai Jaroensiri dan unggul 11-6, 11-1. Sementara itu di partai semifinal, wakil Indonesia menaklukkan tunggal putri China Huang Hua dengan skor telak 11-4, 11-1, sehingga membuka jalan lebar baginya melangkah ke partai puncak.
Final yang Tak Mudah
Tantangan sesungguhnya bagi Susy Susanti baru muncul di partai puncak. Pada final Olimpiade 1992, Susy Susanti harus bertanding melawan wakil Korea Selatan, Bang Soo-hyun, di Pavello de la Mar Bella, Barcelona.
Sebagai informasi, Bang Soo-hyun sebelumnya memang sudah dikenal sebagai salah satu rival sengit Susy. Dia pernah membantu Korea Selatan menyabet Piala Sudirman 1991 di Copenhagen usai menekuk perlawanan Susy Susanti dan kolega di final.
Bertemu kembali dalam partai puncak Olimpiade 1992, Susy dan Bang terlibat pertarungan dramatis serta penuh ketegangan. Tunggal putri Indonesia sempat dibuat tertinggal di gim pertama dengan skor 5-11.
Beruntung, Susy Susanti berhasil bangkit di gim kedua. Dia memukul balik Bang Soo-hyun dengan skor 11-5. Pertandingan pun berlanjut ke gim penentu.
Di tahap ini, Susy menunjukkan keunggulan fisiknya dan berhasil mengunci kemenangan telak 11-3, yang menjadikan dia berhak atas medali emas tunggal putri.
Dimulainya Tradisi Medali Olimpiade
Kemenangan Susy Susanti pada 4 Agustus 1992 menjadi momen yang sangat emosional dan bersejarah. Saat lagu "Indonesia Raya" berkumandang dan bendera Merah Putih dikibarkan, Susy tak kuasa menahan tangis haru.
Medali emas ini adalah yang pertama bagi Indonesia sepanjang sejarah keikutsertaan di Olimpiade, setelah 40 tahun sejak pertama kali berpartisipasi pada Olimpiade Helsinki 1952.
Tidak lama setelah kemenangan Susy, Alan Budikusuma 'tertular' mendapatkan medali emas di nomor tunggal putra menyusul kemenangan atas sesama wakil Indonesia, Ardy B. Wiranata.
Kedua kemenangan ini menjadikan Susy dan Alan dijuluki pasangan emas Olimpiade yang sekaligus membuka tradisi medali cabor bulu tangkis Indonesia.
Hingga Paris 2024, badminton masih menjadi salah satu penyumbang prestasi dalam ajang olahraga multievent terakbar dunia, meski lewat raihan perunggu dari Gregoria Mariska Tunjung di nomor tunggal putri.
Di siisi lain, Susy Susanti tidak hanya membawa kebanggaan bagi bangsa, tetapi juga mengukuhkan namanya sebagai legenda bulu tangkis Indonesia. Tahun 1990-an secara keseluruhan menjadi era keemasan bagi bulu tangkis Indonesia, dengan banyak atlet yang meraih prestasi gemilang.
Warisan semangat juang dan mental juara yang ditunjukkan oleh Susy Susanti dan atlet lainnya terus menginspirasi atlet-atlet Indonesia hingga kini, termasuk dalam peringatan Haornas 2025.