Di Tengah Riuh Juara, Ada Keheningan: Sebuah Kisah Tentang Xana

3 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta Di tengah riuh selebrasi Paris Saint-Germain (PSG) usai kemenangan bersejarah di final Liga Champions, ada momen hening yang menyentuh hati di pinggir lapangan. Luis Enrique, pelatih yang baru saja mencatat sejarah dengan membawa dua klub berbeda menjuarai Liga Champions, menepi dari perayaan besar untuk mengenang sosok kecil yang sangat berarti dalam hidupnya: putrinya, Xana.

PSG menggasak InterMilan dengan skor telak 5-0 di Allianz Arena, Munich, malam yang akan dikenang selamanya dalam sejarah klub Prancis itu. Namun, bagi Enrique, trofi itu bukan hanya lambang kejayaan, melainkan juga jembatan emosional yang menghubungkannya dengan sang buah hati yang telah tiada.

Usai peluit panjang dibunyikan, Enrique mengganti pakaiannya dengan kaus khusus bergambar Xana — foto ikonik dari malam final di Berlin tahun 2015, saat dia membawa Barcelona juara. Di dalam gambar itu, Xana kecil terlihat bahagia mengibarkan bendera klub di tengah lapangan.

Xana, Selalu Ada di Setiap Momen

Xana meninggal dunia pada Agustus 2019 setelah berjuang melawan osteosarkoma, jenis kanker tulang yang langka dan agresif. Di usia sembilan tahun, dia telah menuliskan kenangan yang tak akan pernah pudar di hati sang ayah.

Salah satu kenangan paling kuat adalah ketika dia menemani Luis Enrique di final Liga Champions 2015, berlari kecil di lapangan sambil membawa bendera besar Barcelona. Gambar itu bukan hanya simbol kemenangan, tapi juga cinta antara ayah dan anak yang abadi.

Menjelang final melawan Inter, Enrique mengakui bahwa dia sudah membayangkan momen serupa terjadi. “Saya punya kenangan luar biasa karena putri saya sangat menyukai pesta dan saya yakin dia masih merayakannya di mana pun dia berada,” ucapnya kepada para wartawan.

Kemenangan yang Membawa Rasa Kehilangan

Luis Enrique tak hanya mengenang, tapi juga merancang caranya sendiri untuk merayakan hidup Xana. Dia berharap bisa kembali menanamkan bendera, kali ini bendera PSG, di lapangan Munich sebagai bentuk penghormatan spiritual bagi sang putri.

“Saya ingat foto luar biasa bersama dia di final Liga Champions di Berlin, setelah kami menang, menanamkan bendera FC Barcelona di lapangan. Saya harap bisa melakukan hal yang sama bersama PSG,” ujarnya. “Putri saya tidak akan ada di sana secara fisik, tapi dia akan hadir secara spiritual. Itu sangat penting bagi saya.”

Dia menambahkan, “Saya termotivasi untuk terus maju dengan apa pun yang diberikan hidup, membaginya bersama keluarga saya.” Dalam setiap langkah, Xana tetap menjadi cahaya yang membimbingnya.

Ketika Spanduk Menyentuh Langit

Ketika Luis Enrique mendekati tribune penonton dengan kaus penghormatan untuk Xana, para ultras PSG mempersembahkan kejutan luar biasa: sebuah tifo raksasa menampilkan gambar Xana dan dirinya — sama seperti di Berlin, tapi kali ini dalam warna PSG.

Sambil menatap tifo itu, matanya basah. Dia tak berkata banyak, tapi keheningan itu telah berkata cukup banyak. “Saya sangat bahagia. Itu sangat emosional di akhir pertandingan, dengan spanduk dari para suporter untuk keluarga saya. Saya selalu memikirkan putri saya,” katanya.

Enrique melanjutkan, “Itu sangat berarti. Itu indah, tapi saya tidak perlu memenangkan Liga Champions untuk mengingat putri saya.” Kemenangan boleh datang dan pergi, tapi bagi Enrique, Xana selalu hadir — terutama saat kehilangan paling terasa.

Dalam Duka, Enrique Menemukan Harapan

Di balik strategi cemerlang dan kemenangan mutlak, Enrique memeluk sisi paling manusiawinya. Dia menunjukkan bahwa pelatih besar pun bisa rapuh, bisa menangis, dan bisa menemukan kekuatan dari cinta yang tak terlihat.

“Putri saya selalu bersama kami, terutama ketika kami kalah,” ucap Enrique dengan nada pelan namun mantap. Kalimat itu bukan sekadar ungkapan rindu, melainkan refleksi dari proses penyembuhan yang terus berjalan.

Bersama keluarganya, Enrique mencoba memetik makna dari setiap langkah kehidupan, tak peduli sesakit apa pun perjalanan itu. “Dengan keluarga saya, menikmati semuanya dan mencoba melihat sisi positif, bahkan dalam momen terburuk sekalipun,” pungkasnya. Sebab, di mata Enrique, setiap kemenangan adalah kesempatan untuk menghidupkan kembali kenangan tentang Xana.

Read Entire Article
Bisnis | Football |