Harga Emas Berpotensi Tembus USD 4.324, Analis: Pembeli Masih Dominan di Pasar

2 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia kembali menunjukkan penguatan di awal pekan. Logam mulia tersebut bergerak stabil di level tinggi mendekati USD 4.240 per troy ounce, ditopang ekspektasi pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), semakin dekat mengambil langkah pemangkasan suku bunga.

Penguatan emas juga didukung melemahnya dolar AS serta rangkaian data ekonomi yang menunjukkan perlambatan aktivitas bisnis di Amerika Serikat. Kondisi ini membuat investor beralih ke aset safe haven seperti emas.

Menurut Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, struktur harga emas saat ini menggambarkan dominasi kuat dari sisi pembeli.

“Kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average mengonfirmasi bahwa tren bullish tidak hanya berlanjut, tetapi juga semakin solid dalam jangka pendek,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (2/12/2025).

Andy menambahkan, jika tekanan beli tetap kuat, emas berpotensi menembus resistance berikutnya pada USD 4.324. Namun, jika terjadi aksi ambil untung, harga kemungkinan akan terkoreksi menuju support terdekat di USD 4.208 sebelum kembali melanjutkan penguatan.

Sentimen pasar belakangan ini semakin condong ke arah dovish seiring rilis data PMI Manufaktur AS yang kembali menunjukkan kontraksi selama sembilan bulan berturut-turut.

Pelonggaran Kebijakan Moneter

Ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter semakin kuat setelah data PMI dari Institute for Supply Management (ISM) turun ke level 48,2, mengindikasikan perlambatan ekonomi berkelanjutan. Situasi ini memperbesar peluang The Fed memangkas suku bunga lebih cepat dari perkiraan.

Indikator CME FedWatch mencatat probabilitas pemangkasan suku bunga pada Desember melonjak menjadi 87%, naik tajam dibanding pekan sebelumnya. Dengan prospek suku bunga yang lebih rendah, imbal hasil aset dolar melemah sehingga permintaan terhadap emas sebagai aset non-yielding meningkat.

Meski demikian, terdapat risiko yang menahan laju penguatan emas. Permintaan fisik dari China — salah satu pasar terbesar — mulai melemah. Laporan Financial Times menyebut beberapa pengecer besar mengurangi aktivitas di pasar Tiongkok karena penjualan yang menurun dan beban pajak yang meningkat.

Jika tren ini berlanjut, ruang kenaikan harga emas dapat terbatas dalam jangka pendek.

Petinggi The Fed

Selain faktor ekonomi, dinamika politik Amerika Serikat turut menjadi perhatian pasar. Rumor mengenai Kevin Hassett sebagai kandidat kuat pengganti Jerome Powell sebagai Ketua Federal Reserve menambah ketidakpastian arah kebijakan moneter jangka panjang. Meski belum berdampak langsung, isu ini turut membentuk sentimen investor dalam beberapa pekan terakhir.

Di pasar global, dolar AS melemah 0,16% ke level 99,31, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS naik tujuh basis poin ke 4,092%. Kenaikan yield riil menunjukkan pasar masih berada dalam fase berhati-hati dan belum sepenuhnya beralih ke aset berisiko.

Dengan dukungan faktor fundamental, teknikal, serta ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global, prospek harga emas dalam waktu dekat dinilai tetap positif. Namun volatilitas diperkirakan meningkat menjelang rilis data inflasi PCE dan laporan ketenagakerjaan AS, yang berpotensi menjadi pemicu pergerakan harga emas berikutnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |