Investor Global Kembali ke Pasar Saham dan Obligasi, Rupiah Menguat Lagi

6 days ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Rabu ini. Pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta, rupiah menguat sebesar 24 poin atau 0,14 persen menjadi Rp 16.588 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.612 per dolar AS.

Sedangkan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat ke level Rp 16.588 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.622 per dolar AS.

Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menjelaskan, penguatan nilai tukar rupiah pada Rabu ini dipengaruhi investor asing yang kembali ke pasar saham dan obligasi.

"Rupiah hari ini ditutup menguat lebih dipengaruhi oleh faktor domestik, yaitu kembalinya investor global ke pasar keuangan saham dan obligasi," ujarnya dikutip dari Antara, Rabu (26/3/2025).

Para investor melirik kembali pasar saham karena tujuan jangka pendek mengejar dividen.

Selain itu, keterlibatan investor di pasar obligasi disebabkan yield lebih menarik dan yield spread obligasi Amerika Serikat (AS) semakin melebar.

"Hingga hari ini, perkembangan masih baik dan masih akan berlanjut," ungkap Rully.

Di sisi lain, kurs rupiah kemungkinan besar akan mendapatkan sentimen negatif menjelang rilis data pertumbuhan ekonomi AS pada Kamis (27/3/2025) dan pengumuman estimasi plafon utang pemerintah AS.

"Perkiraan pertumbuhan ekonomi AS tahun 2025 sebesar 2,6 persen, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 2,8 persen," kata dia.

Promosi 1

Rupiah Ambles ke Titik Terendah sejak 1998

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada Selasa 25 Maret 2025 terjun bebas ke level terendah sejak krisis keuangan Asia 1998, menyentuh angka Rp 16.611 hingga Rp 16.641 per dolar AS. Penurunan drastis ini merupakan yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir, memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar dan masyarakat luas.

Pelemahan ini disebabkan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal yang saling terkait dan memperkuat dampak negatifnya terhadap mata uang Indonesia.

Beberapa faktor eksternal turut andil dalam pelemahan Rupiah. pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, penguatan Dolar AS di pasar global, didorong oleh data ekonomi AS yang melampaui ekspektasi dan pernyataan hawkish The Fed, menjadi salah satu penyebab utama.

“Kehati-hatian Federal Reserve dalam pemangkasan suku bunga kemungkinan telah mencegah sentimen bearish lebih lanjut terakumulasi pada dolar, tetapi kami pikir sebagian besar penerapan tarif AS pada tanggal 2 April mendatang yang memaksa beberapa orang untuk berpikir ulang tentang perdagangan jangka pendek USD,” jelas Ibrahim.

Selain itu, pengumuman dari Presiden AS Donald Trump mengenai tarif impor mobil akan segera diberlakukan bahkan saat ia mengindikasikan bahwa tidak semua pungutan pada 2 April mendatang. 

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pelemahan Rupiah

Penguatan dolar AS di pasar internasional menjadi faktor eksternal dominan yang menekan nilai tukar Rupiah. Hal ini didorong oleh kinerja ekonomi AS yang positif dan kebijakan moneter The Fed yang cenderung hawkish. Ketidakpastian global akibat konflik geopolitik, seperti perang di Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah, juga turut memperparah situasi. Sentimen negatif pasar global akibat potensi perang dagang semakin menambah tekanan terhadap Rupiah.

Data ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan membuat The Fed cenderung mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi. Hal ini menarik aliran modal asing ke AS dan mengurangi minat investasi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Konflik geopolitik menciptakan ketidakpastian yang membuat investor enggan mengambil risiko di pasar negara berkembang.

Potensi perang dagang juga menimbulkan kekhawatiran akan penurunan permintaan ekspor Indonesia dan berdampak negatif terhadap neraca pembayaran. Semua faktor eksternal ini saling terkait dan memperkuat tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.

Respons Pemerintah dan Bank Indonesia

Pemerintah, melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. 

"Iya kan ini harian nanti kita lihat. Kan fundamental ekonomi kuat terus pasar juga sudah rebound. Kemarin ekspetasi mengenai RUPS Mandiri dan RUPS BRI kan baik outcomenya," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (26/3/2025).

Dia meyampaikan bahwa ada beberapa faktor sentimental luar yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah. Airlangga menyebut penurunan nilai tukar rupiah merupakan hal yang biasa.

"Kita sudah melihat tentu masih ada beberapa faktor sentimental luar," ujarnya.

Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi di pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), dan surat berharga negara (SBN) untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. BI juga mempertahankan suku bunga kebijakan pada Maret 2025.

BI menyatakan bahwa pelemahan Rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Meskipun demikian, pelemahan Rupiah yang signifikan ini menunjukkan adanya tantangan yang perlu diatasi. Kepercayaan investor perlu dipulihkan melalui kebijakan ekonomi yang kredibel dan transparan serta pengelolaan fiskal yang lebih baik.

Situasi ini masih berkembang dan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia masih perlu dipantau. Langkah-langkah konkret dan kebijakan yang tepat diperlukan untuk mengatasi pelemahan Rupiah dan memulihkan kepercayaan investor.

Read Entire Article
Bisnis | Football |