Luis Enrique Tuntaskan Janji di Munich

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta Allianz Arena di Munich menjadi saksi malam bersejarah untuk Paris Saint-Germain (PSG). Klub raksasa Prancis ini akhirnya meraih gelar Liga Champions pertama mereka setelah menggilas Inter Milan dengan skor mencolok 5-0. Kemenangan ini merupakan tonggak penting dalam sejarah klub.

Sejak awal musim, pelatih Luis Enrique sudah menegaskan tujuannya: membawa PSG juara di level tertinggi. “Sejak hari pertama, saya bilang ingin memenangkan trofi penting, dan Paris belum pernah menjuarai Liga Champions. Sekarang, kami melakukannya untuk pertama kali. Rasanya luar biasa bisa membuat banyak orang bahagia,” ucapnya, seperti dilansir UEFA.com.

PSG menjadi klub ke-24 yang menjuarai Liga Champions. Namun, tak ada yang pernah melakukannya sebrilian ini — mencetak lima gol tanpa balas di laga final. Ini kemenangan yang memecahkan rekor dan membuka era baru bagi Les Parisiens.

Doue dan Hakimi Membuka Jalan

Pertandingan dimulai dengan tempo tinggi, dan PSG langsung menguasai permainan. Achraf Hakimi membuka skor pada menit ke-12 lewat penyelesaian akurat, disusul gol Desire Doue di menit ke-20. Dalam waktu singkat, Inter sudah tertinggal dua gol di babak pertama.

Gol pertama Doue tampaknya menjadi titik balik baginya. Di babak kedua, dia kembali mencatatkan namanya di papan skor pada menit ke-63. Aksi eksplosifnya sepanjang laga membuatnya dinobatkan sebagai pemain terbaik.

“Saya tidak punya kata-kata. Ini benar-benar luar biasa bagi saya, benar-benar luar biasa,” ungkap Doue yang tampil memukau dan menjadi pusat perhatian malam itu.

Enrique Persiapkan Final dengan Sangat Baik

PSG tidak mengendurkan tekanan meski sudah unggul tiga gol. Di menit ke-73, Khvicha Kvaratskhelia menambah luka Inter dengan gol keempat. Senny Mayulu kemudian menutup pesta dengan gol kelima pada menit ke-86.

Sang penjaga gawang, Gianluigi Donnarumma, memuji kerja kolektif tim dan peran pelatih. “Kami nyaris tersingkir beberapa kali musim ini, tapi akhirnya kami menuntaskan musim yang luar biasa. Pelatih memberi kami kebebasan, membuat kami tetap tenang. Ini filosofi dia. Dia mempersiapkan final dengan sangat baik dan kita bisa melihat hasilnya,” kata Donnarumma.

Kemenangan besar ini menunjukkan kualitas dan kedalaman skuad PSG. Tidak hanya dari sisi individu, tapi juga dari strategi dan mentalitas juara yang dibentuk sepanjang musim.

Inter Pulang Tanpa Gelar

Di sisi lain, Inter Milan harus menerima kenyataan pahit. Mimpi mengulang kejayaan Eropa pupus oleh keperkasaan PSG. Simone Inzaghi mengakui keunggulan lawan dan tetap memberi penghargaan kepada para pemainnya.

“Paris pantas menang di laga ini dan meraih trofi. Kami kecewa, tapi perjalanan ke titik ini sudah luar biasa. Sebagai pelatih, saya bangga kepada para pemain. Pertandingan ini jelas tidak cukup baik dari sisi kami. Kami sedih dan kecewa, tapi para pemain sudah memberikan segalanya,” ujar Inzaghi.

Meski kalah telak, semangat tim tidak runtuh sepenuhnya. Gelandang Inter, Nicolo Barella, menunjukkan sikap sportif dan bangga terhadap perjuangan tim. “Selamat kepada Paris, mereka lebih baik dalam segala hal. Mereka punya energi lebih. Ini sepak bola; kekalahan kadang terjadi. Saya bangga menjadi bagian dari tim ini dan apa yang telah kami lakukan sejauh ini,” katanya.

Trofi yang Layak untuk PSG

PSG akhirnya meraih apa yang selama ini mereka kejar: kejayaan Eropa. Setelah bertahun-tahun berinvestasi besar, mereka bisa mengangkat trofi paling prestisius di benua ini. Mereka bukan sekadar menang, tapi menang dengan dominasi mutlak.

Perjalanan menuju gelar ini bukan tanpa rintangan. Ada momen nyaris tersingkir, ada tekanan dari media, ada keraguan. Namun, PSG tampil seperti juara sejati saat momen penentuan tiba.

Kini, Paris bukan hanya kota cahaya, tapi juga ibu kota baru sepak bola Eropa. Malam di Munich pun akan selalu menjadi kenangan manis — malam saat PSG mengubah sejarah.

Read Entire Article
Bisnis | Football |