Liputan6.com, Jakarta Di malam penuh cerita di Allianz Arena, PSG akhirnya merengkuh trofi yang selama ini hanya jadi mimpi: Liga Champions. Bukan hanya klub yang menitikkan air mata bahagia, tetapi juga sang kapten yakni Marquinhos.
Ketika Marquinhos menandatangani kontrak bersama PSG pada musim panas 2012, banyak yang bertanya-tanya: siapa anak muda kurus dari Brasil ini yang dibeli mahal dari AS Roma dengan harga €31,5 juta? Tapi waktu menjawabnya.
12 musim berselang, ia tak hanya menjadi palang pintu kokoh di lini belakang, tetapi juga simbol loyalitas dan ketangguhan Les Parisiens. Dia akan jadi legenda besar, dengan sejarah trofi Liga Champions.
Marquinhos adalah pemain PSG pertama yang mengangkat trofi Liga Champions 2024/2025. Dia adalah kapten tim dan faktor itu membuatnya dipercaya untuk memimpin proses selebrasi. Momen yang sudah lama jadi mimpi bagi PSG dan Marquinhos.
Tumbuh dan Berkembang Bersama Klub
Marquinhos datang sebagai remaja, dan kelak akan pergi sebagai legenda. Dalam kurun waktu lebih dari satu dekade, ia menjadi saksi dari segala transformasi PSG, dari proyek ambisius yang penuh bintang hingga mesin juara domestik yang tak tertandingi.
Sepuluh gelar Ligue 1, berbagai piala domestik, dan musim demi musim dengan skuad bertabur nama besar; semua telah dilaluinya. Namun, satu lubang selalu menganga di lemari trofi PSG: si kuping besar.
"Saya menderita, tetapi saya tumbuh bersama tim ini," ujar Marquinhos dengan emosional, dikutip dari beIN Sports.
Kalimat itu menggambarkan perjalanan panjangnya, bukan sekadar deretan pertandingan, tapi perjalanan spiritual yang menguji mental dan kesabaran. "Ini adalah campuran kegembiraan, dari semua emosi yang telah kita lalui bersama," sambungnya.
Dari Luka 2020 Menuju Puncak 2025
Final Liga Champions 2020 menjadi titik balik. PSG, untuk pertama kalinya dalam sejarah klub, lolos ke partai puncak. Namun harapan itu dipatahkan oleh gol tunggal Kingsley Coman untuk Bayern Munchen. Marquinhos hanya bisa menatap langit kosong di Lisbon dengan dada sesak.
Ia menyebut nama-nama besar yang telah mencoba namun gagal membawa PSG ke puncak Eropa: Thiago Silva, Lucas Moura, Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, Angel Di Maria. "Mereka pantas mendapatkannya dan tidak berhasil," ucap Marquinhos. “Saya memikirkan semua pemain yang datang dan pergi dan tidak berhasil.”
Tapi sejarah akhirnya berpihak pada mereka yang bersabar. Di musim 2024/2025, PSG kembali menembus final. Dan ketika peluit akhir berbunyi, Paris bersorak. Mimpi menjadi nyata.
Kapten, Simbol, dan Inspirasi
Marquinhos bukan sekadar pemain. Ia adalah bagian dari jiwa PSG. Dalam era yang serba cepat dan bergelimang transfer bintang, keberadaannya menjadi pengingat bahwa loyalitas masih ada dalam sepak bola modern.
“Ini adalah hari terbaik dalam hidup saya. Keluarga saya bersama saya dan mengalaminya bersama saya. Ini adalah dua belas tahun kesulitan dan penderitaan. Saya sangat menghargai gelar ini, gelar ini ada bersama kita, dan kita akan membawanya pulang.”
Tak banyak pemain yang mampu menyatu begitu dalam dengan identitas klub. Marquinhos bukan hanya mengangkat trofi di Wembley; ia mengangkat beban sejarah klub, menyeka luka-luka masa lalu, dan mengubahnya menjadi euforia abadi.