Liputan6.com, Jakarta Sepuluh bulan tanpa bermain di level klub tidak menyurutkan semangat Mariano Diaz untuk memperjuangkan impian terbesar negaranya. Striker berusia 31 tahun yang pernah membela Real Madrid, Lyon, dan Sevilla ini kembali mengenakan jersey Republik Dominika setelah absen selama 12 tahun dari timnas.
Comeback yang penuh emosi ini ditandai dengan gol dalam kemenangan 2-0 atas Puerto Rico pada 26 Maret lalu, tepat 10 bulan setelah pertandingan resmi terakhirnya pada 26 Mei 2024. Momen tersebut menjadi bukti bahwa dedikasi dan latihan mandiri di Barcelona mampu menjaga performa fisiknya tetap prima.
Keputusan Mariano untuk kembali membela timnas bukanlah tanpa alasan. Dengan Piala Dunia 2026 di depan mata, ia melihat peluang emas bagi Republik Dominika untuk pertama kalinya tampil di panggung sepak bola tertinggi dunia, sebuah mimpi yang telah dipupuk sejak masa kecil.
Comeback Penuh Makna Setelah Dekade Absen
Perjalanan kembali Mariano Diaz ke timnas Republik Dominika dimulai dari rayuan konsisten pelatih Marcelo Neveleff. Sang pelatih terus berusaha meyakinkan striker berpengalaman ini untuk kembali sejak pertama kali memimpin tim.
"Mereka telah mengejar saya untuk waktu yang lama, terutama pelatih, Marcelo, yang telah mencoba membuat saya kembali ke timnas sejak dia datang," ungkap Mariano. Perubahan dan perbaikan yang terjadi dalam tim nasional menjadi faktor penentu keputusannya untuk mengakhiri absen panjang.
Debut ulang Mariano berlangsung dramatis dengan kontribusi gol dalam kemenangan atas Puerto Rico. Momen ini membangkitkan memori indah debut internasionalnya pada 2013 saat mencetak gol dalam kemenangan 3-1 atas Haiti, kali ini dengan beban emosional yang jauh lebih besar setelah perjalanan karier yang panjang.
Tantangan Mempertahankan Performa Tanpa Klub
Situasi tanpa klub selama hampir setahun menjadi tantangan unik bagi Mariano dalam mempertahankan kebugaran. Di Barcelona, ia menjalani program latihan mandiri dengan pelatih kebugaran pribadi, meski mengakui perbedaan signifikan dibanding latihan bersama 24 rekan setim.
"Berlatih dengan pelatih kebugaran tidak sama dengan berlatih bersama 24 rekan setim," jelasnya. Interaksi di ruang ganti dan dinamika tim merupakan aspek yang paling dirindukan selama periode tanpa klub ini.
Meski demikian, Mariano tetap optimis menunggu proyek klub yang tepat sambil memastikan kondisi fisiknya prima untuk timnas. Pengalaman bermain di klub-klub besar Eropa membuatnya tidak terburu-buru dalam memilih klub baru, prioritasnya kini tertuju pada misi bersama Republik Dominika di Piala Dunia 2026.
Mimpi Piala Dunia dan Laga Krusial di Guatemala
Laga kualifikasi melawan Guatemala menjadi pertaruhan terbesar dalam karier internasional Mariano. Pertandingan ini dianggap sebagai "final" yang menentukan nasib Republik Dominika dalam perjuangan menuju Piala Dunia 2026.
"Ini adalah pertandingan yang sangat penting untuk menjaga kami tetap dalam perjuangan meraih tempat di Piala Dunia," tegasnya. Seluruh negeri menantikan hasil laga ini sebagai langkah crucial menuju mimpi besar yang telah lama dinanti-nantikan.
Bagi Mariano, tampil di Piala Dunia bersama Republik Dominika akan menjadi puncak pencapaian karier. "Membawa Republik Dominika ke Piala Dunia adalah sesuatu yang telah kita semua impikan sejak kecil," ungkapnya dengan penuh harapan.