Liputan6.com, Jakarta Musim panas ini Premier League dihebohkan dengan pergerakan dua rival tradisional dengan tren transfer yang sangat berbeda. Liverpool, sebagai juara bertahan, justru tampil agresif memperkuat skuad mereka.
Sementara Manchester United, sang rival, justru kesulitan bermanuver di bursa transfer. MU yang musim lalu terseok-seok di liga justru kini tampak kesulitan mencoba memperbaiki kondisi skuadnya.
Situasi ini menjadi menarik karena biasanya klub yang bermasalah musim lalu akan lebih aktif di bursa transfer musim panas. Sekarang, justru Liverpool yang baru juara justru aktif mendominasi bursa transfer.
Liverpool Agresif Memperkuat Skuad Juara
Liverpool membuka bursa dengan mendatangkan Jeremie Frimpong (40 juta euro), Florian Wirtz (125 juta eurro) dan Milos Kerkez (46,9 juta euro) dari Leverkusen dan Bournemouth, total belanja mencapai lebih dari 200 juta euro sejauh ini.
Wirtz menjadi rekrutan termahal klub dan menandai ambisi besar Liverpool dalam mempertahankan dominasi domestik dan Eropa. Frimpong dan Kerkez disiapkan menggantikan posisi Alexander-Arnold dan Robertson secara strategis.
Pendanaan transfer ini dilakukan tanpa keharusan menjual pemain utama, berkat keuangan klub yang kuat dan pendapatan tinggi musim sebelumnya.
Manchester United, Gerak Hati-Hati di Tengah Persoalan Skuad
MU merekrut Bryan Mbeumo dari Brentford (75 juta euro), Matheus Cunha (74,2 juta euro) dan Diego Leon (4 juta euro) dari Paraguay, meski usianya masih 18 tahun sebagai proyek masa depan.
Mbeumo mencetak 20 gol dan 9 assist musim lalu, menjadikannya prioritas utama untuk memperkuat lini serang setelah performa MU begitu melempem.
Cunha diharapkan menambah kedalaman dan kreativitas di depan setelah performanya bersama Wolves semusim terakhir positif.
Namun, MU dihadapkan pada tekanan gaji tinggi dan kebutuhan menjual beberapa pemain senior agar bisa menyelesaikan pembelian dan menyeimbangkan neraca klub
Beda Pergerakan Transfer MU dan Liverpool
Liverpool memperlihatkan strategi ofensif, berani mengakuisisi talenta top untuk mempertahankan kejayaan. Aktivitas ini terlihat saat mereka keluar mencari pemain bintang bahkan saat status juara masih sangat segar.
Sebaliknya, MU menempuh jalan berbeda karena kesulitan. Setan Merah harus melepas banyak pemain lebih dahulu, tapi juga harus cepat bergerak mendatangkan pemain baru agar tidak sampai direbut rival.
Kedua klub sama-sama agresif, tetapi kedalaman strategi berbeda: Liverpool bermain spekulatif dan siap bayar mahal, sedangkan MU berusaha selektif dan efisien.