PSG Juara Liga Champions Pertama Kalinya: Bukan Neymar, Bukan Messi, dan Bukan Mbappe yang Jadi Pahlawan

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta Suasana di Allianz Arena mendadak sakral saat Javier Pastore mengangkat trofi dan menyerahkannya kepada PSG. Pria asal Argentina itu tersenyum, tapi jelas bukan dirinya yang jadi pusat perayaan malam itu.

Di sinilah sejarah ditulis ulang, bukan oleh nama-nama besar seperti Messi atau Mbappe. PSG akhirnya juara Liga Champions untuk pertama kalinya dan pahlawannya adalah seorang remaja bernama Desire Doue.

Lewat penampilan magisnya, Doue bukan hanya membawa PSG menuju puncak Eropa. Ia juga menandai era baru dalam sejarah klub dan sepak bola Prancis.

Perjalanan Panjang Menuju Momen Ini

PSG sudah lama mengincar gelar Liga Champions sejak diambil alih Qatar Sports Investment pada 2011. Saat itu, Javier Pastore adalah simbol ambisi baru, dibeli seharga 42 juta euro demi mencari "Messi baru".

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Mereka akhirnya merekrut Messi asli satu dekade kemudian, meski sang megabintang tak mampu mempersembahkan trofi Liga Champions.

Harapan sempat kembali bersandar pada Kylian Mbappe, putra asli Paris. Tapi ia memilih Real Madrid musim lalu dan meninggalkan PSG dengan tanya: siapa yang akan menyelesaikan misi ini?

Akhirnya, Piala Itu Jadi Milik PSG

Di final yang digelar di Allianz Arena, Pastore hanya bisa menatap kagum. Ia menyaksikan para pemain PSG menyentuh trofi yang dulu hanya bisa mereka impikan.

Satu nama mencuri sorotan: Desire Doue. Remaja 18 tahun itu bukan cuma jadi Man of the Match, ia adalah pemain yang benar-benar mengubah segalanya untuk PSG.

Lewat refleksi trofi, Doue melihat bayangan dirinya. Bukan Messi, bukan Neymar, bukan Mbappe—melainkan dirinya yang mengakhiri penantian 32 tahun sepak bola Prancis atas gelar Liga Champions.

Performa Brilian Seorang Remaja

Simone Inzaghi dan Inter Milan dibuat pusing sepanjang laga oleh Doue. Federico Dimarco yang seharusnya menjaganya, berkali-kali tertinggal langkah.

Gol pertama lahir dari pergerakan cerdas Doue yang membuka ruang dan memberi umpan matang untuk Hakimi. Ia memancing Dimarco keluar dari posisi sebelum membuka celah untuk gol kedua.

Meski gol pertama sedikit beruntung karena defleksi, gol keduanya sangat klinis. Berhadapan dengan Yann Sommer, ia menyelesaikan peluang dengan ketenangan luar biasa.

Transfer Senyap yang Berbuah Trofi

PSG tak lagi mendatangkan nama-nama besar musim ini. Tapi itu bukan berarti mereka berhenti belanja—sekitar 250 juta euro digelontorkan, termasuk 50 juta euro untuk memboyong Doue dari Rennes.

Nama-nama seperti Khvicha Kvaratskhelia, Joao Neves, dan Ousmane Dembele bergabung tanpa kemewahan presentasi. Tapi mereka adalah pondasi dari revolusi diam-diam yang kini membuahkan hasil.

Luis Campos, sang direktur olahraga, terlihat memainkan strategi jangka panjang. Bukan superstar, tapi talenta muda yang lapar akan sejarah.

Penutup Era Lama, Awal Dinasti Baru

Allianz Arena kini menyimpan dua momen historis. Tahun lalu, Lamine Yamal mencuri perhatian di Euro U-21. Tahun ini, giliran Doue bersinar di panggung tertinggi klub Eropa.

PSG tak hanya mengakhiri kutukan Liga Champions mereka. Mereka juga membuka babak baru yang tak lagi tergantung pada individualitas megabintang.

"Kami sedang menulis ulang sejarah. Bukan hanya untuk klub ini, tapi juga untuk sepak bola Prancis dan Eropa," kata Doue. Dan sejarah itu kini dimulai dari dirinya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |