Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup turun 40 poin atau 0,24 persen menjadi 16.827 pada perdagangan Selasa (15/4/2025) dari sebelumnya 16.787.
Sementara itu, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia melemah ke posisi 16.815 per dolar AS dari sebelumnya 16.773. Demikian mengutip Antara, Selasa pekan ini.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuabi menuturkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibayangi rencana Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor semikonduktor dan farmasi.
“Investor masih berhati-hati karena pemerintahan Trump terus maju dengan rencana untuk berpotensi mengenakan tarif pada impor semikonduktor dan farmasi,” kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Sejak Senin, 14 April 2025, Donald Trump memulai langkah menerapkan tarif baru produk semikonduktor dan farmasi, serta memulai proses yang berpotensi menambah daftar bea masuk atas barang-barang ke AS.
Proses tersebut diawali dengan diterbitkannya pemberitahuan resmi federal kepada publik pemerintah telah memulai investigasi terhadap dampak impor produk farmasi (termasuk bahan bakunya), serta semikonduktor dan peralatan manufakturnya terhadap keamanan nasional.
Menurut pemberitahuan tersebut, investigasi telah dibuka sejak 1 April 2025.
Sebagaimana dikemukakan Desai, tarif baru itu akan diberlakukan berdasarkan Pasal 232 dari Trade Expansion Act tahun 1962, yang memberikan wewenang kepada presiden untuk menetapkan bea masuk terhadap barang-barang impor yang dinilai masuk dalam jumlah atau kondisi tertentu yang dapat mengancam keamanan nasional.
Di sisi lain, Presiden AS mengindikasikan potensi penangguhan tarif otomotif dari tarif 25 persen terhadap impor kendaraan asing, terutama dari negara-negara seperti Meksiko dan Kanada.
“Perkembangan ini telah meredakan beberapa kekhawatiran pasar atas meningkatnya ketegangan perdagangan,” kata Ibrahim.
Pembukaan Rupiah pada Selasa 15 April 2025
Sebelumnya, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Selasa. Kurs rupiah menguat 6 poin atau 0,03 persen menjadi 16.781 per dolar AS dari sebelumnya 16.787 per dolar AS.
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra menyatakan nilai tukar (kurs) rupiah masih akan berkonsolidasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Peluang pelemahan terbuka hingga Rp16.800, dengan potensi penguatan ke arah Rp16.720, hari ini,” ungkapnya dikutip dari Antara, Selasa (15/4/2025).
Pada Senin, 14 April 2025, penguatan rupiah terhadap dolar AS dinilai terbatas karena tidak mencapai 50 basis points (bps). Menurut dia, hal ini menandakan rupiah masih rapuh akibat tekanan dolar AS. Padahal, indeks dolar AS turun lumayan dalam ke bawah level 100 yang tak pernah disentuh sebelumnya sejak Juli 2023.
Sentimen negatif juga berasal dari internal perekonomian Indonesia yang mungkin dipandang pasar masih belum cukup untuk menopang penguatan kurs rupiah.
Di sisi lain, pasar masih merespon positif relaksasi kebijakan Trump. Mulai dari mengecualikan produk-produk elektronik China dari tarif sebesar 145 persen, hingga penangguhan kebijakan tarif di atas batas dasar 10 persen selama 90 hari kepada 75 negara.
“Sebagian indeks saham Asia terlihat positif pagi ini,” kata dia.
BI Siaga Hadapi Dampak Tarif Trump: Stabilitas Rupiah Jadi Prioritas
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan kesiapannya menghadapi potensi dampak dari kebijakan ekonomi global yang memicu gejolak di pasar keuangan.
Hal ini disampaikan menyusul pengumuman kebijakan tarif baru oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada 2 April 2025, yang dinilai menimbulkan ketidakpastian global dan berimbas pada pergerakan pasar finansial dunia, termasuk Indonesia.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menegaskan bahwa Bank Indonesia terus melakukan pemantauan secara intensif terhadap dinamika pasar keuangan, baik di level global maupun domestik.
"BI terus memonitor perkembangan pasar keuangan global dan juga domestik pasca pengumuman kebijakan tarif Trump yang baru pada 2 April 2025," kata Denny dikutip Minggu (6/4/2025).
Pria yang akrab disapa Denny ini menyampaikan, bahwa pengumuman kebijakan tarif tersebut telah menimbulkan reaksi cepat di pasar keuangan global. Ketegangan semakin meningkat setelah Pemerintah Tiongkok mengumumkan langkah retaliasi berupa tarif impor balasan pada 4 April 2025.
"Pasca pengumuman tersebut dan kemudian disusul oleh pengumuman retaliasi tarif oleh Tiongkok pada 4 April 2025, pasar bergerak dinamis dimana pasar saham global mengalami pelemahan dan yield US Treasury mengalami penurunan hingga jatuh ke level terendah sejak Oktober 2024," jelasnya.
Waspada Pelemahan Rupiah
Situasi ini menciptakan tekanan terhadap mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah. Oleh karena itu, Bank Indonesia menyatakan akan terus berada di garis depan untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Komitmen tersebut diwujudkan melalui pelaksanaan strategi triple intervention, yaitu intervensi terkoordinasi di tiga sektor utama pasar keuangan.