San Siro: Dari Jejak Sejarah Menuju Era Baru

3 weeks ago 14

Liputan6.com, Jakarta San Siro bukan sekadar stadion. Bagi AC Milan dan Inter Milan, ia adalah rumah, panggung kejayaan, sekaligus saksi bisu sejarah panjang sepak bola Italia. Namun, era baru tengah menanti. Kedua klub raksasa Serie A itu bersiap menyongsong transformasi besar melalui proyek pembangunan stadion modern yang telah mendapatkan lampu hijau dari Dewan Kota Milan.

Kesepakatan akuisisi lahan San Siro dan area sekitarnya senilai 197 juta euro (sekitar Rp 3,9 triliun) pada September 2025 menjadi titik balik. Dari sini, lahirlah rencana menghadirkan stadion masa depan yang tak hanya akan menampung pertandingan, tetapi juga menjadi pusat multifungsi dengan ruang hijau, fasilitas publik, dan aktivitas komersial.

Proyek ini tak hanya berbicara soal infrastruktur. Ia adalah upaya meningkatkan daya saing Milan dan Inter di kancah Eropa, sekaligus menyeimbangkan tuntutan modernisasi dengan pelestarian warisan. Sejarah San Siro akan tetap hidup, meski wujudnya berganti rupa.

Jejak Panjang San Siro

San Siro berdiri sejak 1925, digagas Presiden AC Milan kala itu, Piero Pirelli. Stadion yang awalnya bernama Nuovo Stadio Calcistico San Siro itu didesain hanya untuk sepak bola, berbeda dengan stadion Italia lain yang umumnya memiliki lintasan atletik. Pada 19 September 1926, San Siro diresmikan dengan laga penuh gol ketika Inter mengalahkan Milan 6–3 di hadapan 35.000 penonton.

Awalnya, San Siro dimiliki Milan. Namun, pada 1930-an, Dewan Kota Milan mengambil alih dan memperluas kapasitas. Sejak 1947, Inter bergabung meninggalkan Arena Civica dan sejak itu keduanya berbagi rumah, membentuk rivalitas paling ikonik dalam sepak bola dunia.

Nama resmi stadion berubah pada 1980 menjadi Stadio Giuseppe Meazza, untuk menghormati legenda Inter dan timnas Italia. Meski begitu, baik fans Milan maupun Inter tetap lebih akrab menyebutnya sebagai San Siro.

Transformasi dan Renovasi

San Siro beberapa kali mengalami renovasi besar. Antara 1948 hingga 1955, kapasitas ditingkatkan menjadi 100.000 penonton sebelum kemudian dikurangi demi alasan keamanan. Pada akhir 1980-an, menjelang Piala Dunia 1990, stadion kembali direnovasi dengan biaya sekitar 60 juta dolar AS (sekitar Rp 1 triliun). Kapasitas naik menjadi 85.000 kursi, ditambah atap baru dengan struktur penyangga khas berwarna merah.

Selain menjadi markas Milan dan Inter, San Siro juga pernah menjadi tuan rumah laga-laga penting: final Piala Eropa 1965 dan 1970, final Liga Champions 2001 dan 2016, serta sejumlah laga final UEFA Cup dua leg. Italia dan Juventus pun pernah memanfaatkan stadion ini untuk pertandingan besar.

Seiring perjalanan, San Siro tak hanya menjadi arena sepak bola. Pada 1996, sebuah museum dibuka di dalam stadion, memamerkan koleksi sejarah Milan dan Inter, mulai dari trofi, sepatu, hingga memorabilia berharga lainnya.

San Siro di Era Modern

San Siro tetap lekat dengan kisah epik. Derbi Milan di Liga Champions pernah tiga kali terjadi di sini—2003, 2005, dan 2023—dengan catatan manis dan pahit bagi kedua belah pihak. Laga 2005 bahkan berakhir rusuh setelah fans Inter melempar flare, memaksa pertandingan dihentikan.

Tak hanya itu, stadion ini juga tercatat dalam momen kelam di luar sepak bola. Pada Februari 2020, laga Liga Champions antara Atalanta dan Valencia di San Siro disebut sebagai “Game Zero” dalam penyebaran awal COVID-19 di Italia. Pertandingan yang dihadiri lebih dari 40.000 penonton itu kemudian dikaitkan dengan lonjakan kasus di Bergamo.

San Siro memang istimewa. Ia bukan sekadar bangunan beton dan tribune, tetapi tempat di mana sepak bola Italia menorehkan identitasnya.

Proyek pembangunan stadion baru dijadwalkan dimulai pada 2027 dan rampung pada 2031. Stadion ini akan menjadi markas AC Milan dan Inter, sekaligus venue untuk Euro 2032. Biaya yang diperkirakan lebih dari 1 miliar euro (sekitar Rp 19,8 triliun) mencerminkan ambisi besar yang diusung.

Selama proses pembangunan, Giuseppe Meazza tetap difungsikan, menjaga kontinuitas pertandingan. Stadion lama baru akan dirobohkan setelah proyek baru selesai, sekitar 2031–2032. Meski begitu, 9% dari struktur lamanya—termasuk Curva Sud—akan dipertahankan sebagai memorial.

Foster + Partners dan Manica ditunjuk untuk merancang stadion baru. Dengan desain modern, aksesibilitas yang lebih baik, visibilitas sempurna dari setiap kursi, serta harga tiket terjangkau, San Siro baru diharapkan menjadi contoh ideal stadion masa depan di Eropa.

Antara Warisan dan Masa Depan

San Siro lama akan meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah sepak bola dunia. Namun, dunia olahraga menuntut perkembangan. Fasilitas modern tak lagi sekadar kebutuhan, melainkan syarat untuk bertahan dalam kompetisi global.

Milan dan Inter kini menapaki jalan baru, membawa warisan San Siro ke masa depan. Dengan stadion baru, mereka tak hanya membangun rumah, tetapi juga simbol kebangkitan yang memadukan sejarah dengan inovasi.

San Siro akan tetap hidup, bukan hanya dalam ingatan, melainkan juga dalam wujud baru yang dirancang untuk generasi mendatang. Sebuah bab baru tengah ditulis, dan dunia sepak bola akan kembali menoleh ke Milan.

Read Entire Article
Bisnis | Football |