Termasuk Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, 6 Legenda Klub yang Tak Mendapat Perpisahan Layak

5 days ago 15

Liputan6.com, Jakarta - Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo dikenal sebagai dua ikon terbesar dalam sejarah sepak bola dunia. Namun, bahkan pemain sekelas mereka tidak selalu mendapatkan perpisahan yang layak dari klub yang dibelanya.

Perpisahan ideal bagi seorang legenda seharusnya penuh penghormatan dan apresiasi. Kenyataannya, banyak pemain besar justru pergi dalam suasana dingin dan penuh kontroversi.

Faktor finansial, konflik internal, hingga keputusan manajemen kerap menjadi penyebab utama. Situasi tersebut membuat jasa besar seorang pemain seolah terlupakan begitu saja.

Fenomena ini menunjukkan bahwa loyalitas dalam sepak bola modern semakin rapuh. Prestasi dan pengabdian panjang tidak selalu menjamin akhir cerita yang indah.

Termasuk Messi dan Ronaldo, terdapat enam legenda klub yang tidak mendapat perpisahan layak. Kisah mereka menjadi cerminan kerasnya dunia sepak bola profesional.

1. Lionel Messi

Sebelum 2021, gagasan Lionel Messi meninggalkan Barcelona terasa hampir mustahil. Kepergiannya tanpa seremoni besar bahkan tidak pernah terlintas di benak para pendukung.

Cara Barcelona menangani situasi pemain terbaik sepanjang masa itu menjadi pelajaran berharga. Pengelolaan keuangan yang buruk dapat berdampak fatal, tak peduli sebesar apa sebuah klub.

Status kontrak Messi yang bersifat rolling, ditambah aturan ketat finansial La Liga, membuat Barcelona tak mampu mendaftarkannya untuk musim berikutnya. Dalam waktu singkat, isu kepindahan berubah menjadi momen haru saat Messi menangis di balik podium.

Laga terakhir Messi bersama Barcelona berakhir pahit dengan kekalahan 1-2 dari Celta Vigo di Camp Nou yang kosong. Sejak itu, ia hanya sekali kembali secara diam-diam, meski harapan akan perpisahan layak dan sebuah patung penghormatan masih terbuka.

2. Roy Keane

Kepergian Roy Keane dari Manchester United kerap disebut sebagai salah satu perpisahan paling kontroversial sepanjang masa. Kisah ini berawal dari sebuah wawancara internal yang tak pernah ditayangkan kepada publik.

MUTV, saluran resmi klub, memiliki segmen “Play the Pundit” dan menilai Keane sebagai sosok yang tepat. Namun momen itu datang setelah kekalahan telak 1-4 dari Middlesbrough, ketika sang kapten tengah berada dalam suasana hati yang buruk.

Halaman berikutnya

Dalam wawancara tersebut, Keane melontarkan kritik keras terhadap rekan setimnya sendiri. Ucapannya begitu tajam hingga pihak klub memutuskan menyimpan rekaman itu, sebelum akhirnya sampai ke telinga Sir Alex Ferguson. Sejak saat itu, posisi Keane di klub menjadi sulit dipertahankan. Ia bukan hanya kehilangan jabatan kapten, tetapi juga dipecat dan meninggalkan United tanpa perpisahan yang layak.

Read Entire Article
Bisnis | Football |