Liputan6.com, Jakarta Manchester United akhirnya menuntaskan transfer Matheus Cunha dari Wolverhampton. Setelah melalui proses negosiasi yang cukup alot, pemain asal Brasil itu resmi berseragam Setan Merah mulai musim 2025/2026.
Transfer ini menjadi bagian dari rencana besar MU untuk membangun ulang skuad setelah musim 2024/2025 yang mengecewakan. Kedatangan Cunha diharapkan bisa menjadi angin segar di lini depan. Dia dipercaya akan menjadi salah satu pilar era baru bersama Ruben Amorim.
Cunha bukan nama baru di Premier League. Selama dua musim terakhir ia memperkuat Wolves dan tampil cukup menonjol. Namun, kiprahnya yang penuh liku justru membuat kisah kariernya begitu menarik untuk disimak. Dari futsal di Brasil, ke Swiss, lalu menjelajah Bundesliga dan La Liga, sampai akhirnya mendarat di Old Trafford.
Cunha telah melewati banyak hal untuk berada di titik ini. Berikut redaksi sajikan lima fakta menarik tentang Matheus Cunha, pemain yang digadang-gadang bakal menjadi senjata baru Setan Merah. Simak selengkapnya di bawah ini:
1. Karier Matheus Cunha Dimulai dari Futsal
Matheus Cunha lahir di kota pesisir Joao Pessoa, Brasil, daerah yang lebih dikenal karena pantainya ketimbang melahirkan pesepak bola top. Namun, Cunha punya awal yang tidak biasa. Sebelum menginjak lapangan hijau, ia lebih dulu mengasah keterampilannya di lapangan futsal bersama klub lokal di Recife.
Kelebihan bermain di ruang sempit membuatnya lihai dalam mengontrol bola dan melewati lawan dalam situasi satu lawan satu. Cunha kemudian bergabung dengan akademi Coritiba.
Meski tak sempat tampil di tim senior, ia mulai mencuri perhatian saat tampil di ajang Dallas Cup 2017. Dalam turnamen itu, Cunha mencetak dua gol dan membawa Coritiba menahan imbang Manchester United dengan skor 1-1. Sebuah pertanda?
2. Pernah Satu Tim dengan Federico Dimarco
Karier profesional Cunha dimulai di Eropa bersama FC Sion, klub asal Swiss, pada usia 18 tahun. Di sana, ia sempat satu tim dengan pemain yang kini bersinar di Inter Milan, Federico Dimarco. Keduanya hanya semusim di Sion, tapi pengalaman itu menjadi batu loncatan penting bagi mereka.
Dimarco kemudian pulang ke Italia dan kini menjadi bagian penting dari dominasi Inter di Serie A. Sementara itu, perjalanan Cunha lebih berliku, namun akhirnya mengantarkannya ke Manchester United.
Menariknya, musim ini MU tidak tampil di kompetisi Eropa, jadi kemungkinan duel antara Cunha dan Dimarco di level klub harus tertunda.
3. Pernah Dilatih Ralf Rangnick
Setelah mencuri perhatian di Swiss, Cunha hijrah ke Jerman dan bergabung dengan RB Leipzig pada 2018. Di klub inilah ia merasakan sentuhan tangan dingin Ralf Rangnick, pelatih yang juga sempat melatih Manchester United, meski dengan hasil yang jauh dari memuaskan.
Rangnick dikenal dengan filosofi gegenpressing yang kental. Gaya bermain agresif dan cepat yang kemudian membentuk karakter Cunha sebagai penyerang yang tidak hanya mengandalkan teknik, tapi juga intensitas.
Sayangnya, hubungan Rangnick dengan MU saat itu tak berjalan mulus, apalagi setelah friksi dengan Cristiano Ronaldo. Kini, Cunha datang ke Old Trafford dengan cerita berbeda.
4. Harga Transfernya Terus Meroket
Jika melihat riwayat transfernya, Cunha jelas bukan pemain yang biasa-biasa saja. Harga jualnya terus meningkat setiap kali pindah klub, tanda bahwa performanya selalu dinilai positif.
Dari €15 juta saat pindah dari Sion ke Leipzig, lalu €18 juta ke Hertha Berlin, €35 juta ke Atletico Madrid, dan €50 juta ke Wolves.
Teranyar, Manchester United harus merogoh kocek hingga €74,2 juta untuk mendapatkan tanda tangannya. Ini menempatkan Cunha di jajaran pembelian termahal MU dalam satu dekade terakhir. Angka besar yang tentu datang dengan ekspektasi besar pula.
5. Reuni dengan Antony, Rekan Setim di Olimpiade
Meski belum banyak caps di Timnas Brasil senior, Cunha punya catatan impresif di level usia. Ia pernah menjadi top skor Toulon Tournament 2019 dan menjadi bagian dari tim Brasil U-23 yang meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020.
Uniknya, dalam tim itu, Cunha bermain bersama Antony, pemain yang kini lebih dulu merumput di Manchester United. Keduanya akan bereuni di Old Trafford dan bisa jadi membentuk koneksi baru di lini serang.
Jika mampu mengulangi chemistry seperti di tim Olimpiade, lini depan MU bisa punya warna baru yang eksplosif.