Air Mata di Ibu Kota: Kisah Cinta Claudio Ranieri dan AS Roma

3 months ago 15

Liputan6.com, Jakarta Musim 2024/25 menjadi babak dramatis dalam perjalanan AS Roma. Klub ibu kota Italia ini sempat terlihat seperti perahu terombang-ambing, tanpa arah dan harapan yang jelas. Dua kali berganti pelatih, performa tim sempat jauh dari stabil.

Roma memulai musim dengan Daniele De Rossi di kursi pelatih. Namun, hasil buruk memaksa manajemen mengambil keputusan sulit. Ivan Juric masuk sebagai pengganti, tapi nasibnya pun tak jauh berbeda.

Roma seperti kehilangan jiwanya. Ketika situasi semakin suram, langkah tak terduga pun terjadi. Claudio Ranieri, yang telah pensiun, dipanggil kembali oleh klub yang amat dia cintai.

Pada 13 November 2024, rumor kembalinya Ranieri mulai berhembus. Sehari setelahnya, dia resmi diumumkan sebagai pelatih baru Giallorossi. Dari sana, kisah keajaiban dimulai.

Membangkitkan Roma dari Abu

Ranieri turun gunung saat Roma terpuruk di papan bawah klasemen. "Kami memulai dari situasi sulit, tapi tim ini tidak kehilangan arah," ucapnya dengan bangga, usai mengalahkan AC Milan 3-1 di Olimpico pada pekan ke-37, seperti dikutip Football Italia. Dalam kondisi nyaris tanpa harapan, dia membangkitkan semangat yang nyaris padam.

Bersama para pemain yang katanya nyaris kehilangan harga diri, Ranieri membangun kembali fondasi kepercayaan. “Saya menaruh kepercayaan kepada mereka karena saya tahu saya tak bisa sendiri,” kata Ranieri. Sentuhan ajaibnya menyulut semangat baru.

Hasilnya adalah rentetan 19 laga tak terkalahkan yang membawa Roma kembali bersaing untuk tiket Liga Champions. "Kami perlahan berhasil mendaki gunung itu," ucapnya. Para pemain mengikuti arahannya tanpa ragu.

Ranieri membentuk Roma yang tangguh, bukan hanya di Serie A, tapi juga di Liga Europa dan Coppa Italia. Dia mengatakan, "Saya selalu katakan kepada pemain, bertarunglah hingga detik terakhir. Jika sudah berikan segalanya, apa pun hasilnya bisa diterima."

Tangisan di Stadion yang Membesarkannya

Pertandingan melawan Milan pada giornata ke-37 menjadi momen tak terlupakan. Roma menang 3-1 dan itu adalah laga terakhir Ranieri di Stadio Olimpico. Tangis haru mengalir di sepanjang malam itu.

Sebelum laga dimulai, Curva Sud dipenuhi dengan pesan terima kasih besar untuk Ranieri. Dia mengaku, “Saya menatap wasit dan mendesaknya untuk segera memulai laga,” katanya, sembari menahan air mata. Itulah sepak bola: emosi yang tak bisa dibendung.

Usai laga, sebuah parade diadakan sebagai penghormatan untuk karier Ranieri bersama Roma. Dia menerima hadiah, lalu berdiri di tengah lapangan dengan mikrofon di tangan. “Saya ada di antara kalian 60 tahun lalu, di tribune itu,” katanya terisak. “Saya minta bantuan kalian, kini tinggal satu langkah terakhir. Saya sangat bangga pada anak-anak ini. Terima kasih. Terima kasih yang tak terkira.”

Dia menutup pidatonya diiringi gemuruh tepuk tangan. itu adalah sebuah momen yang akan terus hidup dalam kenangan kolektif para Romanisti.

Keyakinan Ranieri Tak Pernah Bergeser

Di sesi wawancara pascalaga, Ranieri masih diliputi emosi. “Saya masih merasakan adrenalin. Jika saya menonton ulang nanti, mungkin saya akan lebih tersentuh lagi,” ujarnya di depan kamera DAZN. “Rasanya luar biasa dihargai oleh orang-orang sendiri.”

Dia tahu bahwa musim ini tidaklah mudah. “Saya sangat bahagia untuk mereka, para pemain, tifosi, dan Presiden,” katanya. Semua itu seakan menjadi penebusan atas musim penuh gejolak yang sempat membuat Roma limbung.

Roma saat ini cuma terpaut satu poin dari peringkat empat Juventus. Meski nanti Roma ternyata gagal finis di empat besar, Ranieri tetap optimistis. “Saya tak pernah percaya pada target. Saya percaya pada kerja keras dan melupakan hasil lalu, entah itu menang atau kalah,” ujarnya. Prinsip itu yang membimbingnya selama ini.

Kini Roma tinggal berharap pada hasil pekan terakhir. Ranieri berkata, “Saya percaya pada pemain saya. Torino adalah tim kuat dan enerjik. Kami akan bermain dan melihat di mana posisi kami nanti.” Entah lolos ke Liga Champions atau tidak, cinta Ranieri untuk Roma sudah ditulis abadi di rumput Olimpico.

Read Entire Article
Bisnis | Football |