AS Roma vs Inter Milan: Fokus, Mentalitas, dan Respek Chivu untuk Lawan

5 days ago 11

Liputan6.com, Jakarta Cristian Chivu tahu betul apa arti konsistensi bagi Inter Milan. Setelah jeda internasional, pelatih asal Rumania itu menegaskan bahwa timnya harus melanjutkan performa impresif saat menghadapi AS Roma di Stadio Olimpico. Pertandingan ini bukan sekadar duel dua tim papan atas, melainkan ujian mentalitas dan fokus dalam perburuan gelar Serie A.

Dalam konferensi pers jelang laga, Chivu membicarakan banyak hal: dari kondisi fisik pemain usai jeda internasional, pandangannya terhadap taktik Gian Piero Gasperini, hingga perkembangan penyerang muda Pio Esposito. Tak ketinggalan, ia memberi kabar terbaru soal pemulihan Marcus Thuram.

“Para pemain internasional kembali dengan kondisi baik, tanpa masalah,” ujar Chivu, seperti dikutip Sempre Inter, memastikan bahwa kebugaran timnya tetap terjaga. Ia menambahkan, sebagian pemain mendapat waktu istirahat tambahan agar tampil maksimal di laga penting ini.

Bagi Chivu, setiap laga, termasuk melawan Roma, bukan pertandingan biasa. “Kami memperlakukan setiap pertandingan seperti final,” tegasnya. Pernyataan itu menggambarkan mentalitas yang ingin ditanamkan sang pelatih: tak peduli siapa lawannya, Inter harus selalu bermain dengan determinasi penuh.

Roma yang Disiplin dan Sulit Ditembus

Chivu menaruh respek besar pada Roma, yang kini dikenal dengan pertahanan terbaik di Serie A. Ia menilai kesuksesan tim ibu kota itu merupakan hasil kesinambungan dari era Claudio Ranieri yang kini disempurnakan oleh Gasperini.

“Apa yang saya suka dari Roma adalah kontinuitas terhadap pekerjaan Ranieri,” kata Chivu. “Gasperini lalu menambahkan sistem man-marking-nya. Mereka menemukan keseimbangan yang tepat sambil mempertahankan soliditas.”

Ia juga menyoroti kinerja kiper Mile Svilar yang tampil luar biasa dalam menjaga gawang Roma. Menurut Chivu, Inter harus bermain dengan kejelasan dan ketajaman untuk memanfaatkan setiap celah yang muncul. “Kami harus tajam dalam memecah organisasi mereka,” ujarnya.

Rotasi di Lini Depan dan Situasi Thuram

Menjelang laga di Olimpico, Chivu memberi sedikit gambaran soal komposisi pemain. Ia memastikan Yann Sommer akan tampil di bawah mistar. Namun, ketika ditanya soal Marcus Thuram yang masih menjalani pemulihan cedera paha, Chivu hanya tersenyum, “Thuram? Saya tidak tahu.”

Pelatih berusia 44 tahun itu juga menolak memastikan siapa yang akan mengisi lini depan. “Saya punya tiga penyerang bagus. Semuanya bisa menafsirkan peran tergantung lawan,” ujarnya diplomatis. Saat ditanya apakah Lautaro Martinez pasti menjadi starter, ia menjawab ringan, “Siapa bilang Lautaro akan bermain?”

Pio Esposito dan Seni Mengelola Tekanan

Performa gemilang Pio Esposito dalam dua bulan terakhir menjadi perbincangan hangat di Italia. Namun, Chivu memilih untuk menjaga keseimbangan antara kebanggaan dan kewaspadaan terhadap ekspektasi berlebih.

“Dia bermain untuk Inter dan Italia – tekanan adalah bagian dari permainan,” ujarnya. “Perbandingan itu mengganggu karena tidak masuk akal. Pio punya kepribadian dan mentalitas hebat, tapi dia harus dikelola dengan hati-hati.”

Bagi Chivu, kesalahan adalah bagian dari proses tumbuh. “Dia sudah berada di level internasional, tapi dia harus menerima kesalahan dengan keinginan untuk memperbaiki diri,” jelasnya. “Dia ambisius dan terus belajar setiap hari.”

Inspirasi dari Gasperini

Bertemu kembali dengan Gasperini di pinggir lapangan membuat Chivu bernostalgia. Pelatih berpengalaman itu sempat menanganinya di Inter pada 2011. Meski singkat, pengalaman itu meninggalkan kesan mendalam.

“Walau waktunya singkat, dia meninggalkan kesan kuat,” kenang Chivu. “Di Bergamo dia berinovasi dalam sepak bola; semua pelatih muda terinspirasi oleh filosofinya. Saya selalu mengaguminya – sama seperti dulu.”

Chivu juga menyinggung sistem 3-4-2-1 yang diperkenalkan Gasperini. “Latihan sangat intens, dan saya merasa dalam kondisi fisik terbaik sepanjang karier,” katanya. “Sayangnya, hasil tak mendukung dan dia dipecat terlalu cepat. Namun, sekarang, dia telah membuktikan nilainya.”

Dari Gasperini, Chivu belajar pentingnya keberanian dan inovasi. “Keberaniannya membawanya sukses di Eropa. Metodenya unik, tapi kita semua bisa belajar darinya,” ucapnya. “Kita harus mencuri hal-hal baik dari para pelatih hebat.”

Kembali ke Roma, Kembali ke Akar

Pertandingan ini juga punya makna emosional bagi Chivu. Ia kembali ke kota yang menjadi titik awal kariernya di Italia. “Saya hidup empat tahun penting di sana,” ujarnya. “Saya datang di usia 22 tahun, bermain di liga terbaik dunia, dan bekerja dengan pelatih hebat seperti Capello, Spalletti, Voeller, Prandelli, Conti, Delneri.”

Ia mengakui bahwa masa-masa itu membentuknya sebagai pemain dan pribadi. “Saya jatuh cinta pada Italia. Negara ini memberi saya banyak hal, dan saya masih di sini sampai sekarang,” katanya. “Roma membuat saya tumbuh sebagai manusia dan pemain. Saya akan selalu berterima kasih.”

Kunci Keberhasilan Inter: Konsistensi dan Keyakinan

Jelang periode penting dengan jadwal tandang berat ke Roma, Napoli, dan Liga Champions, Chivu menegaskan pentingnya kontinuitas dan konsentrasi. “Kami tahu siapa diri kami,” ujarnya. “Kami ingin tetap di puncak dan menunjukkan bahwa Inter bisa berjuang sampai akhir di setiap kompetisi.”

Meski mengakui Roma sedang dalam performa bagus, Chivu yakin musim masih panjang. “Kita baru di pekan ketujuh. Setiap tim masih bisa berkembang,” katanya. “Roma pun begitu – mereka akan terus membaik bersama Gasperini.”

Bagi Chivu, inti dari perjalanan ini sederhana: menjaga ritme, bermain dengan keyakinan, dan memperlakukan setiap pertandingan sebagai final. Dalam pandangannya, itulah fondasi bagi Inter Milan untuk bertahan di puncak dan mengejar semua target musim ini.

Sumber: Sempre Inter

Klasemen Serie A/Liga Italia

Read Entire Article
Bisnis | Football |